Demo di Myanmar
Tolak Kudeta, Ratusan Ribu Pendemo di Myanmar Tak Gentar Ditembak Militer, Serukan Mogok Massal
Pendemo tak gentar meski militer mengancam akan menembak siapa pun yang dianggap membuat kericuhan.
Gerakan protes di Myanmar sebenarnya berlangsung damai dan hanya sesekali terlibat dalam konfrontasi dengan polisi dengan melemparkan botol ke arah polisi ketika diprovokasi.
Di Yangon, kota terbesar Myanmar, truk-truk melaju di jalanan pada Minggu malam waktu setempat.
Truk-truk tersebut dengan nyaring mengumumkan bahwa rakyat tidak boleh menghadiri aksi pada Senin dan harus menaati larangan berkumpul.
Larangan berkumpul dikeluarkan tak lama setelah kudeta tetapi tidak diberlakukan di Yangon, yang selama dua pekan terakhir telah menjadi tempat demonstrasi besar-besaran.
Pada Minggu pagi waktu setempat, massa menghadiri pemakaman wanita muda yang menjadi korban tewas pertama dalam aksi penolakan kudeta militer. Wanita tersebut bernama Mya Thwet Thwet Khine.
Dia ditembak di kepala oleh polisi pada 9 Februari dalam sebuah aksi protes di ibu kota Myanmar, Naypyidaw. Setelah dirawat, Mya mengembuskan napas terakhirnya pada Jumat (19/2/2021).
Para demonstran juga berduka atas dua pengunjuk rasa lainnya yang ditembak mati pada Sabtu (20/2/2021) di Mandalay.
Salah satu korban ditembak di kepala dan meninggal seketika, sementara korban lainnya ditembak di dada dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
Di Mandalay, pengunjuk rasa yang menentang kudeta berkumpul lagi pada Minggu.
Buruh kereta api, pengemudi truk, dan banyak pegawai negeri telah bergabung dalam kampanye pembangkangan sipil melawan junta militer.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Demo Kudeta Myanmar Membesar, Ratusan Ribu Orang Tak Gentar Ditembak Militer dan Demonstran Myanmar Serukan Mogok Massal, Junta Militer Langsung Keluarkan Ancaman