Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sosok Tokoh

Marie Thomas, Dokter Wanita Pertama asal Minahasa Jadi Google Doodle, Sosok Pendidiknya Pahlawan

Marie Thomas lahir di Likoepang, Minahasa di Celebes, Sulawesi Utara, saat itu masih Hindia Belanda, yakni pada 17 Februari 1896.

Editor: Aldi Ponge
kebudayaan.kemdikbud.go.id
Marie Thomas 

Sayangnya, masih banyak tak mengenal sosok tante tokoh Nasional AA Maramis ini.

Bahkan siswa sekolah-sekolah di tanah kelahirnya pun nyaris tak ada yang mengetahui 1 Desember merupakan hari kelahiran Maria Walanda Maramis sekaligius hari perempuan Minahasa.

Berikut fakta tentang Maria Walanda Maramis yang dihimpun dari wikipedia dan dokumen tribunmanado.co.id: 

1. Lahir di Kema, Dimakamkan di Maumbi

Maria Walanda Maramis memiliki nama lahir Maria Josephine Catherine Maramis dan lahir di Kema, Sulawesi Utara, 1 Desember 1872.

Maria Walanda Maramis menghembuskan napas terakhir di di Maumbi, Sulawesi Utara, 22 April 1924 pada usia 51 tahun.

Maria Walanda Maramis jadi Pahlawan Nasional karena usahanya untuk mengembangkan keadaan wanita di Indonesia pada permulaan abad ke-20.

Setiap tanggal 1 Desember, masyarakat Minahasa memperingati Hari Lajir Maria Walanda Maramis yang dianggap sebagai sosok pendobrak adat, pejuang kemajuan dan emansipasi  perempuan di dunia politik dan pendidikan.

Menurut Nicholas Graafland, dalam sebuah penerbitan "Nederlandsche Zendeling Genootschap" tahun 1981, 

Maria Walanda Maramis ditahbiskan sebagai salah satu perempuan  teladan Minahasa yang memiliki "bakat istimewa untuk menangkap mengenai apapun juga dan untuk memperkembangkan daya pikirnya, bersifat mudah menampung pengetahuan  sehingga lebih sering maju daripada kaum lelaki".

Untuk mengenang jasanya, telah dibangun Patung Maria Walanda Maramis yang terletak di Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, sekitar 15 menit dari pusat Kota Manado yang dapat ditempuh menggunakan angkutan darat.

Di sini, pengunjung dapat mengenal sejarah perjuangan seorang wanita asal Bumi Nyiur Melambai ini.

2. Bibi AA Maramis

Orang tuanya adalah Maramis dan Sarah Rotinsulu.

Maria Walanda Maramis adalah anak bungsu dari tiga bersaudara di mana kakak perempuannya bernama Antje dan kakak laki-lakinya bernama Andries.

Andries Maramis adalah ayah dari Alexander Andries Maramis yang terlibat dalam pergolakan kemerdekaan Indonesia dan menjadi menteri dan duta besar dalam pemerintahan  Indonesia pada mulanya.

3. Yatim Piatu Usia 6 Tahun

Maria Walanda Maramis menjadi yatim piatu pada saat ia berumur enam tahun karena kedua orang tuanya jatuh sakit dan meninggal dalam waktu yang singkat.

Paman Maria Walanda Maramis yaitu Rotinsulu yang waktu itu adalah Hukum Besar di Maumbi membawa Maramis dan saudara-saudaranya ke Maumbi dan mengasuh dan membesarkan mereka di sana.

Maria Walanda Maramis beserta kakak perempuannya dimasukkan ke Sekolah Melayu di Maumbi.

Sekolah itu mengajar ilmu dasar seperti membaca dan menulis serta sedikit ilmu pengetahuan dan sejarah.

Ini adalah satu-satunya pendidikan resmi yang diterima oleh Maria Walanda Maramis dan kakak perempuannya karena perempuan pada saat itu diharapkan untuk menikah dan mengasuh keluarga.

Maria Walanda Maramis memperoleh ketrampilan dari Pendeta orang Belanda yang tinggal di Maumbi.

"Jadi makam ini bertempat di Maumbi, karena suaminya orang Maumbi. Ibu Maria Walanda Maramis ini orang asli Kema. Ketika lahir sekitar 6 tahun ayah dan ibunya meninggal kemudian diasuh oleh kakak dari ibundanya.

Walanda itu marga suaminya," turunan Maria Walanda Maramis, Dra Anatje Maramis, mantan Hukum Tua Desa Maumbi beberapa tahun silam

4. Miliki 4 Anak

Maria Walanda Maramis menikah dengan Joseph Frederick Caselung Walanda, seorang guru bahasa pada tahun 1890.

Setelah pernikahannya dengan Walanda, ia lebih dikenal sebagai Maria Walanda Maramis.

Mereka mempunyai tiga anak perempuan.

Dua anak mereka dikirim ke sekolah guru di Betawi (Jakarta).

Salah satu anak mereka, Anna Matuli Walanda, kemudian menjadi guru dan ikut aktif dalam PIKAT bersama  ibunya.

"Setelah dia dewasa menikah dengan suaminya. Kemudian dikaruniai empat orang anak, 3 putri dan 1 putra. Memperoleh ketrampilan dari Pendeta orang Belanda yang tinggal di sini.

Ketika meninggal, ia dimakamkan di pekuburan umum desa Maumbi. Gubernur Rantung dicari kemudian dikembalikna ke tempat ini," tutur turunan Maria Walanda Maramis, Dra Anatje Maramis, mantan Hukum Tua Desa Maumbi beberapa waktu lalu.

5. Hak Pilihan Wanita di Minahasa

Pada tahun 1919, sebuah badan perwakilan dibentuk di Minahasa dengan nama Minahasa Raad.

Mulanya anggota-anggotanya ditentukan, tetapi pemilihan oleh rakyat direncanakan untuk memilih wakil-wakil rakyat selanjutnya.

Hanya laki-laki yang bisa menjadi anggota pada waktu itu, tetapi Maramis berusaha supaya wanita juga memilih wakil-wakil yang akan duduk di dalam badan perwakilan 
tersebut.

Usahanya berhasil pada tahun 1921 di mana keputusan datang dari Batavia yang memperbolehkan wanita untuk memberi suara dalam pemilihan anggota-anggota Minahasa Raad.

6. Dorongan Bumi Minahasa

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terbagi banyak klan (walak) yang berada dalam proses ke arah satu unit geopolitik yang disebut Minahasa dalam suatu tatanan kolonial Hindia Belanda.

Sejalan dengan hal ini Hindia Belanda mengadakan perubahan birokrasi dengan mengangkat pejabat-pejabat tradisional sebagai pegawai pemerintah yang bergaji dan di bawah 
kuasa soerang residen.

Komersialisasi agraria melahirkan perkebunan-perkebunan kopi dan kemudian kopra membuat ekonomi ekspor berkembang pesat, penanaman modal mengalir deras, dan kota-kota 
lain tumbuh seperti Tondano, Tomohon, Kakaskasen, Sonder, Romboken, Kawangkoan, dan Langowan.

7. Mendirikan PIKAT

Setelah pindah ke Manado, Maramis mulai menulis opini di surat kabar setempat yang bernama Tjahaja Siang.

Dalam artikel-artikelnya, ia menunjukkan pentingnya peranan ibu dalam keluarga di mana adalah kewajiban ibu untuk mengasuh dan menjaga kesehatan anggota-anggota keluarganya.

Ibu juga yang memberi pendidikan awal kepada anak-anaknya.

Menyadari wanita-wanita muda saat itu perlu dilengkapi dengan bekal untuk menjalani peranan mereka sebagai pengasuh keluarga, Maramis bersama beberapa orang lain mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT) pada tanggal 8 Juli 1917.

Tujuan organisasi ini adalah untuk mendidik kaum wanita yang tamat sekolah dasar dalam hal-hal rumah tangga seperti memasak, menjahit, merawat bayi, pekerjaan tangan, dan sebagainya.

Melalui kepemimpinan Maramis di dalam PIKAT, organisasi ini bertumbuh dengan dimulainya cabang-cabang di Minahasa, seperti di Maumbi, Tondano, dan Motoling. Cabang-cabang di Jawa juga terbentuk oleh ibu-ibu di sana seperti di Batavia, Bogor, Bandung, Cimahi, Magelang, dan Surabaya

Pada tanggal 2 Juni 1918, PIKAT membuka sekolah Manado. Maramis terus aktif dalam PIKAT sampai pada kematiannya pada tanggal 22 April 1924.

Untuk menghargai peranannya dalam pengembangan keadaan wanita di Indonesia, Maria Walanda Maramis mendapat gelar Pahlawan Pergerakan Nasional dari pemerintah Indonesia pada tanggal 20 Mei 1969. 

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati) (Kompas.com/Bill Clinten)

SUMBER: https://www.tribunnews.com/nasional/2021/02/17/siapa-marie-thomas-ada-di-google-doodle-hari-ini-dokter-wanita-pertama-di-indonesia-asal-minahasa?page=allPenulis: garudea prabawati
Editor: Ayu Miftakhul Husna

Sumber: Tribunnews
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved