Berita Bitung
Kepala BNN Sulut Brigjen Pol Victor Lasut Sebut Zat Adiktif Banyak Digunakan di Sulut
Narkotika didapati kesimputan 80 persen peredaran narkotika di kendalikan dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas).
Penulis: Christian_Wayongkere | Editor: Alpen Martinus
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Brigjen Pol Victor J. Lasut MM Kepala BNN Provinsi Sulut mengatakan, Indonesia darurat Narkoba.
Termasuk Provinsi Sulut. Merupakan pangsa Narkotika karena permintaan
tinggi dan bisnis menggiurkan hingga bisa berlipat-lipat keuntungannya.
Pasalnya negara Indonesia merupakan negara kedua terpanjang garis pantainya.
"Untuk Sulut, banyak pintu masuk. Seperti di Pulau Kawio Sangihe wilayah perbatasan Sulut,
penjahat Narkotika tidak masuk dari depan, melainkan dari belakang yang berbatasan dengan sebuah wilayah di Filipina," katanya.
Baca juga: Opa Salasa Sedih, Anaknya Ditemukan Meninggal Gantung Diri
Lasut saat menjadi narasumber di sebuah kegiatan BNN Kota Bitung, Selasa (16/2/2021).
Selain itu kontrol terhadap peredaran gelap narkotika masih kurang.
Kerap terjadi penyeludupan banyak melalui laut, karena Indonesia daerah kepulauan.
Mantan Direktur Narkotika BNNP ini, juga membeberkan dari pengalamannya tiga tahun mengamati dan mencermati tentang
Narkotika didapati kesimputan 80 persen peredaran narkotika di kendalikan dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas).
Dia mencontohkan pengalamannya bersama BNNP, menangkap seorang ibu pengedar Narkotika di Sukamiskin dan beberapa Lapas lainnya.
Baca juga: Masih Ingat Uut Permatasari? Dulu Jago Goyang Ngecor, Sekarang Urus Anak
"Di Manado sendiri, bandar kelas kakap Narkotika sudah di kirim ke Nusakambangan namun masih bisa mengendalikan lagi Narkoba dari dalam Nusakambangan," katanya menambahkan.
Selain itu Lasut jelaskan, kenapa Narkotika masih terus ada karena pertama gaya hidup, kamampuan finansial dan pandangan keliru tehardap Narkotika.
"Ada pendapat yang bilang, konsumsi Narkotika bisa tahan mata, tahan bekerja dan obati stres.
Tidak seperti itu. Itu hanya sesaat, kalau kena akan sulit lepaskan diri.
Dari pengalam kami di Direktur Narkotika BNNP ada yang sudah rehabilitasi tapi masih kembali konsumsi Narkotika," kata dia.
Diresnarkoba Polda Sulut tahun 2008 - 2010 ini menambahkan, narkotika kini sudah menyasar hingga ke obat batuk, lem dan hirup bensin atau tiner.
Pihaknya saat ini menangani tiga kasus (tiga orang), yang tingkatannya sudah akut atau ketergantungan dengan benda-benda di atas.
Menurutnya, untuk kasus ini pihaknya tersandung kendala.
Karena cikal bakal pengguna narkoba di Sulut seperti ngelem, dan obat batuk tidak ada dalam aturan karena itu juga masuk bahan zat adiktif.
Dalam sepekan pihaknya bisa ambil 50 anak sampai remaja, dibawa ke tempat rehabilitasi karena masalah ini.
Terkait dengan itu, pihaknya sudah dilaporkan ke Gubernur Sulut Olly Dondokambey agar dibuatkan peraturan daerah (perda).
"Yang beli lem kalau anak-anak tidak boleh, harus orang tua atau sudah SMA beli lem untuk studinya buat prakarya dan lainnya.
Atau tidak boleh anak beli lem atau obat batuk, harus didampingi orang tua, lalu ada batas waktu penjualan diatas jam 6 sore.
Karena ini jam rawan, waktu dimana mereka mengkonsumsi. Sampai ada hukuman bagi yang melanggar aturan itu," jelas pria bintang satu ini.
Baca juga: Celine Evangelista Suruh Ibunya Diam, Saat Bantah Stefan William tak Lagi Beri
Kemudian Narkotika jenis Ganja, banyak masuk ke Sulut dari Papua dan Papua Nugini melalui transportasi laut.
Untuk bandara juga termasuk tempat masuk Narkotika.
Dia menceritakan pernah menangkap penyelundupan dengan berbagai modus operandi.
Mulai dari masukkan dalam perut atau di makan, masukkan ke badan ,dubur, ke kemaluan, ada yang dimasukkan ke boneka bayi hingga didalam laptop.
Bahkan pernah juga didalam kacang dan dalam biskuit...
"Serta banyak modus dan cara-cara hingga tongkat lansia hingga kitab suci," tandasnya.(crz)