Sarundajang Meninggal
Rekam Jejak Sinyo Harry Sarundajang, Damaikan Perang Saudara di Maluku, Jadi Gubernur Terbaik Sulut
Karir tokoh nasional Sinyo Harry Sarundajang (SHS) yang dikabarkan telah meninggal dunia pada Sabtu (13/2/2021) dini hari.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Rekam jejak perjalanan karir tokoh nasional Sinyo Harry Sarundajang (SHS) yang dikabarkan telah meninggal dunia pada Sabtu (13/2/2021) dini hari.
Kabar berpulangnya SHS membuat Sulawesi Utara dirundung dukacita.
Sosok gubernur pertama pilihan rakyat itu meninggal dunia di UGD Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC) Siloam Hospitals Semanggi, Jakarta.
Mantan Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Sinyo Harry Sarundajang kini telah berpulang ke pangkuan Snag Khalik untuk selama-lamanya.
SHS sapaan akrabnya, saat ini menjabat sebagai Duta Besar Filipina.
Selain itu juga merangkap kepulauan Marshall dan Palau.
(Foto: Postingan Vanda Sarundajang dan Sinyo Harry Sarundajang meninggal dunia/ISTIMEWA)
Kabar duka berpulangnya gubernur ke-12 ini ramai jadi perbincangan di media sosial.
Hal tersebut juga terlihat dari postingan sang putri Vanda Sarundajang.
Banyak sudah prestasi yang ditorehkan Gubernur Sulut, Dr SH Sarundajang selama hampir sepuluh tahun berkuasa.
Namun yang paling fenomenal suksesnya World Ocean Conference (WOC).
Saat Menjadi Gubernur Sulut
Melansir Tribunnews.com, pada tanggal 21 Juli 2005 untuk pertama kali di Indonesia dilakukan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara secara langsung oleh rakyat,
dimana berhasil terpilih pasangan Dr SH Sarundajang sebagai Gubernur Sulawesi Utara dan F.H. Sualang sebagai Wakil Gubernur Sulawesi Utara untuk masa bhakti 2005 - 2010.
Sedangkan Ketua DPRD dijabat oleh Drs. Syarial Damapolii yang dibantu oleh wakil ketua masing-masing Djendri Keintjem, R. Pandegirot, dan Arthur Kotambunan.
Sekretaris daerah selama periode pertama dipegang Dr. Johanis Kaloh lalu dilanjutkan Drs Robby J Mamuaja pada tahun 2006.
Menariknya di masa tugas Mamuaja sempat ada Pelaksana tugas (Plt) Sekda Sulut berturut-turut yakni, HR Makagansa dan Siswa Rachmat Mokodongan.
Pada masa kepemimpinan Dr SH Sarundajang dan Freddy Sualang ketambahan empat kota dan kabupaten baru pada tahun 2007.
Antara lain, Kota Kotamobagu berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2007, Kabupatan Minahasa Tenggara berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2007,
Kabupaten Bolmong Utara berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2007 dan Kabupaten Siau Tagulandang Biaro berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2007.
Pada tahun 2008 ketambahan lagi 2 (dua) kabupaten baru yakni Kabupaten Bolaang Mongondow Timur berdasarkan Undang-undang Nomor 29 Tahun 2008
dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2008
sehingga jumlah daerah otonom di Provinsi Sulawesi Utara menjadi 11 (sebelas) kabupaten dan 4 (empat) kota.
(Foto: Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Dr Sinyo Harry Sarundajang (SHS) memasang tanda pangkat dan jabatan pada pasangan Toni Supit dan Siska Salindeho yang sudah resmi menjabat sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sitaro periode 2013-2018, Minggu (8/9/2013)/ Sinyo Harry Sarundajang (SHS) meninggal dunia./IST)
Melalui Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur untuk kedua kali Dr SH Sarundajang terpilih sebagai Gubernur Sulut masa bakti 2010-2015 dengan Wagub Dr Djouhari Kansil, MPd.
Sedangkan Ketua DPRD dijabat oleh Pdt Mieva Salindeho STh, dibantu wakil ketua masing-masing Jody Watung, Sus Pangemanan dan Arthur Kotambunan.
Sedangkan Sekkab dipegang Plt Sekda Ir Siswa Rachmat Mokodongan lalu dipegang Drs Robby J Mamuaja hingga 7 Maret 2011 dan dilanjutkan lagi oleh Ir Siswa Rachmat Mokodongan.
Selama hampir sepuluh tahun memimpin Sulut banyak sudah prestasi yang ditorehkan Sarundajang. Di antaranya mampu menggelar beberapa event bertaraf internasional.
Misalnya, Word Ocean Conference (WOC), Sail Bunaken, CTI Summit dan beberapa event skala internasional dan nasional lainnya.
Prestasi lainnya beberapa kali Pemerintah Provinsi Sulut mendapatkan penilaian Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),
dan hingga saat ini slogan pemerintahan yang diusung yaitu, membangun tanpa korupsi belum tersandung satupun kasus.
Saat Mendamaikan Maluku dan Maluku Utara
Dikutip dari lama fkub.org, Sinyo Harry Sarundajang (SHS) menceritakan pengalamannya dalam menyelesaikan kasus kerusuhan di Maluku Utara dan Maluku.
Kinerjanya di Maluku Utara dan Maluku bukan tanpa hambatan.
Kehadirannya justru diawali oleh tantangan yang bisa mangancam nyawanya.
Apalagi, Sarundajang adalah seorang Kristen yang harus berperan sebagai mediator di kelompok garis keras Kristen dan Muslim.
Saat itu SHS diperintah oleh Megawati Soekarnoputri yang pada saat itu menjabat sebagai wakil presiden, untuk menyelesaikan kasus di Maluku Utara dan Maluku.
Daerah tersebut sudah empat setengah tahun konflik, sudah tujuh Panglima TNI dan empat Kapolda tapi belum bisa menyelesaikan kerusuhan di dua Maluku tersebut.
Akhirnya SHS berangkat ke daerah konflik tersebut dan bisa menyelesaikannya dalam waktu 11 bulan.
Menurut SHS konflik di Maluku Ambon lebih rumit, karena di Ambon selain ada konflik antar dua agama Islam dan Kristen, di Ambon juga ada RMS.
Namun SHS mampu mengatasi masalah yang rumit itu dengan tetap menyesuaikan budaya dan kearifan lokal masyarakat.
Ketika bertugas di daerah konflik seperti Maluku dan Maluku Utara, SHS berusaha untuk menyelesaikan konflik dengan melihat akar permasalahan yang sesungguhnya.
Akhirnya kasus di Maluku dan Maluku Utara bisa selesai dan sehingga sampai sekarang Maluku dan Maluku Utara bisa aman.
Kesuksesan Sarundajang membawa misi perdamaian, berbuahkan hasil.
Beberapa tokoh terkemuka umat Muslim Maluku, menyebutnya sebagai ‘Panglima Laskar Jihad Maluku’.
Sedangkan tokoh Kristen di sana menyapanya sebagai ‘Malaikat Kecil’.
SHS juga memaparkan keberhasilannya dalam memimpin Sulawesi Utara, menjadikan Sulut daerah yang aman.
Padahal ketika itu berkembang isu ATM (Ambon, Ternate, Manado) yang menjadi daerah target kerusuhan.
Namun itu tidak terjadi, pemerintah Sulut bekerja sama dengan aparat kemanan, tokoh agama dan masyarakat mampu menjaga daerah ini.(fin)
Profil Sinyo Harry Sarundajang (SHS)
Nama : Sinyo Harry Sarundajang
Tempat Lahir : Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara
Tanggal Lahir : Selasa, 16 Januari 1945
Istri : Deetje Adelin Sarundajang Laoh Tambuwun
Anak : Steven J. Sarundajang, Vanda D. Sarundajang, Fabian R Sarundajang, Eva C. Sarundajang, Shinta Sarundajang
Profil SHS, Sinyo Harry Sarundajang yang biasa dipanggil SHS lahir di Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara 16 Januari 1945. Ia menghabiskan masa sekolahnya di kota kelahirannya.
Sementara kuliahnya, ia mengambil Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Sosial dan Politik, Universitas Sam Ratulangi di Manado. SHS berhasil meraih sarjana muda pada tahun 1968.
Untuk meraih gelar sarjana penuh, ia harus mengikuti pendidikan ke jenjang berikutnya.
SHS kuliah di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, Jurusan Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan.
Ia berhasil menyabet gelar sarjana pada tahun 1970. Dalam perjalanan hidupnya, ia juga meneruskan ke jenjang doktor.
Karier Sinyo Harry Sarundajang dimulai sebagai dosen pada tahun 1971.
Saat usianya 26 tahun, ia menjadi dosen luar biasa Fakultas Sospol Universitas Sam Ratulangi Manado dengan mata kuliah Ilmu Politik dan dosen luar biasa Akademi Pemerintahan Dalam Negeri Manado dengan Mata Kuliah Administrasi Negara.
Kariernya terus meningkat. Ia sering diberi tugas darurat untuk menyelesaikan persoalan suatu daerah dengan ditunjuk menjadi pejabat sementara (Pj).
Ia mulai sebagai menjadi Pj. Sekwilda Minahasa, Pj. Karo Bina Pemerintahan Daerah Kantor Gubernur Sulawesi Utara, PJ. Walikotamadya Bitung, Walikotamadya Bitung dalam dua periode.
Kariernya terus naik. SHS menjadi Pj. Gubernur Maluku Utara.
Sementara jabatan tetapnya, SHS menjabat Gubernur Sulawesi Utara selama dua periode; 2005-2010 dan 2010-2015.
Dalam berpartai dia bergabung dengan Partai Demokrat, sebelumnya ia adalah kader PDI Perjuangan.
Saat memimpin Sulut, ia didukung oleh Partai Demokrat. Dia juga sempat ikut konvensi calon presiden yang digelar oleh Partai Demokrat pada tahun 2014.
Sayang, Konvensi Capres yang digelar Demokrat tak berjalan mulus.
Bagi SHS tak masalah tidak jadi ikut bakal Capres 2014. Ia pun menuntaskan pekerjaanya sebagai gubernur.
Tak lagi sebagai orang nomor satu di Sulut, ia diminta berkontribusi di tempat lain. SHS terpilih sebagai anggota Dewan Pers periode 2016-2019.
(fin/tribunmanado.co.id/tribunnews.com)