Sarundajang Meninggal
Cerita Sinyo Harry Sarundajang Berhasil Atasi Konflik Maluku, Dapat Perintah Langsung Megawati
SHS meninggal saat dalam perawatan di UGD Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC) Siloam Hospitals Semanggi, Jakarta
Penulis: Finneke Wolajan | Editor: Finneke Wolajan
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sulawesi Utara kehilangan salah seorang putra terbaiknya, Sinyo Harry Sarundajang (SHS).
SHS yang kini menjabat Duta Besar Republik Indonesia untuk Filipina meninggal dunia dalam usia 76 tahun di Jakarta, pada Sabtu (13/2/2021) pukul 00.31 WIB dinihari.
Sinyo Harry Sarundajang Meninggal saat dalam perawatan di UGD Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC) Siloam Hospitals Semanggi, Jakarta.
Selama menjadi duta besar RI untuk Filipina pada 2018-2021, SHS berjasa menyelamatkan warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina.
SHS juga merangkap Duta Besar Indonesia untuk Kepulauan Marshall dan Palau.
Sinyo Harry Sarundajang (TRIBUN MANADO/RIZKY ADRIANSYAH)
SHS merupakan mantan Gubernur Sulawesi Utara ke-12 yang menjabat selama dua periode sejak 2005 hingga 2015
Selain cakap dalam dunia birokrasi dan politik, SHS juga dikenal sebagai tokoh Sulut yang sangat berprestasi.
Karena prestasinya tersebut, ia bahkan memiliki sekitar 51 penghargaan (Sumber Wikipedia), baik dari Kementerian hingga Presiden
SHS tak hanya dikenal sebagai tokoh berprestasi dan pintar namun juga tokoh yang menjunjung tinggi toleransi baik antar suku hingga agama
Sarundajang bahkan menerima penghargaan sebagai tokoh perdamaian Maluku dan Maluku Utara, karena berhasil menyelesaikan konflik disana
Karir birokrat yang matang dengan segudang prestasi dan pengalaman membuat SHS berkontribusi besar atas kemajuan Sulut selama menjabat.
Bahkan tanpa perjuangan SHS Sulut, tak mungkin mendapat sorotan dunia dan melaksakan event akbar World Ocean Conference (WOC) pada tahun 2009.
Kini SHS telah berpulang dan sumbangsi pemikiran serta pembangunan yang dilakukan akan menjadi landasan para generasi muda untuk membawah Sulawesi Utara lebih baik lagi.
Sinyo Harry Sarundajang (Tribun Manado/Arthur Rompis)
Damaikan Konflik Maluku dan Maluku Utara
Dikutip dari lama fkub.org, Sinyo Harry Sarundajang (SHS) menceritakan pengalamannya dalam menyelesaikan kasus kerusuhan di Maluku Utara dan Maluku.
Kinerjanya di Maluku Utara dan Maluku bukan tanpa hambatan.
Kehadirannya justru diawali oleh tantangan yang bisa mangancam nyawanya.
Apalagi, Sarundajang adalah seorang Kristen yang harus berperan sebagai mediator di kelompok garis keras Kristen dan Muslim.
Saat itu SHS diperintah oleh Megawati Soekarnoputri yang pada saat itu menjabat sebagai wakil presiden, untuk menyelesaikan kasus di Maluku Utara dan Maluku.
Daerah tersebut sudah empat setengah tahun konflik, sudah tujuh Panglima TNI dan empat Kapolda tapi belum bisa menyelesaikan kerusuhan di dua Maluku tersebut.
Akhirnya SHS berangkat ke daerah konflik tersebut dan bisa menyelesaikannya dalam waktu 11 bulan.
Menurut SHS konflik di Maluku Ambon lebih rumit, karena di Ambon selain ada konflik antar dua agama Islam dan Kristen, di Ambon juga ada RMS.
Namun SHS mampu mengatasi masalah yang rumit itu dengan tetap menyesuaikan budaya dan kearifan lokal masyarakat.
Ketika bertugas di daerah konflik seperti Maluku dan Maluku Utara, SHS berusaha untuk menyelesaikan konflik dengan melihat akar permasalahan yang sesungguhnya.
Akhirnya kasus di Maluku dan Maluku Utara bisa selesai dan sehingga sampai sekarang Maluku dan Maluku Utara bisa aman.
Kesuksesan Sarundajang membawa misi perdamaian, berbuahkan hasil.
Beberapa tokoh terkemuka umat Muslim Maluku, menyebutnya sebagai ‘Panglima Laskar Jihad Maluku’.
Sedangkan tokoh Kristen di sana menyapanya sebagai ‘Malaikat Kecil’.
SHS juga memaparkan keberhasilannya dalam memimpin Sulawesi Utara, menjadikan Sulut daerah yang aman.
Padahal ketika itu berkembang isu ATM (Ambon, Ternate, Manado) yang menjadi daerah target kerusuhan.
Namun itu tidak terjadi, pemerintah Sulut bekerja sama dengan aparat kemanan, tokoh agama dan masyarakat mampu menjaga daerah ini.
Profil Sinyo Harry Sarundajang
Nama Lengkap : Sinyo Harry Sarundajang
Tempat Lahir : Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara
Tanggal Lahir : Selasa, 16 Januari 1945
Istri : Deetje Adelin Sarundajang Laoh Tambuwun
Anak : Steven J. Sarundajang, Vanda D. Sarundajang, Fabian R Sarundajang, Eva C. Sarundajang, Shinta Sarundajang
Profil SHS, Sinyo Harry Sarundajang yang biasa dipanggil SHS lahir di Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara 16 Januari 1945. Ia menghabiskan masa sekolahnya di kota kelahirannya.
Sementara kuliahnya, ia mengambil Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Sosial dan Politik, Universitas Sam Ratulangi di Manado. SHS berhasil meraih sarjana muda pada tahun 1968.
Untuk meraih gelar sarjana penuh, ia harus mengikuti pendidikan ke jenjang berikutnya.
SHS kuliah di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, Jurusan Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan.
Ia berhasil menyabet gelar sarjana pada tahun 1970. Dalam perjalanan hidupnya, ia juga meneruskan ke jenjang doktor.
Karier Sinyo Harry Sarundajang dimulai sebagai dosen pada tahun 1971.
Saat usianya 26 tahun, ia menjadi dosen luar biasa Fakultas Sospol Universitas Sam Ratulangi Manado dengan mata kuliah Ilmu Politik dan dosen luar biasa Akademi Pemerintahan Dalam Negeri Manado dengan Mata Kuliah Administrasi Negara.
Kariernya terus meningkat. Ia sering diberi tugas darurat untuk menyelesaikan persoalan suatu daerah dengan ditunjuk menjadi pejabat sementara (Pj).
Ia mulai sebagai menjadi Pj. Sekwilda Minahasa, Pj. Karo Bina Pemerintahan Daerah Kantor Gubernur Sulawesi Utara, PJ. Walikotamadya Bitung, Walikotamadya Bitung dalam dua periode.
Kariernya terus naik. SHS menjadi Pj. Gubernur Maluku Utara.
Sementara jabatan tetapnya, SHS menjabat Gubernur Sulawesi Utara selama dua periode; 2005-2010 dan 2010-2015.
Dalam berpartai dia bergabung dengan Partai Demokrat, sebelumnya ia adalah kader PDI Perjuangan.
Saat memimpin Sulut, ia didukung oleh Partai Demokrat. Dia juga sempat ikut konvensi calon presiden yang digelar oleh Partai Demokrat pada tahun 2014.
Sayang, Konvensi Capres yang digelar Demokrat tak berjalan mulus.
Bagi SHS tak masalah tidak jadi ikut bakal Capres 2014. Ia pun menuntaskan pekerjaanya sebagai gubernur.
Tak lagi sebagai orang nomor satu di Sulut, ia diminta berkontribusi di tempat lain. SHS terpilih sebagai anggota Dewan Pers periode 2016-2019.
(tribunmanado.co.id/finneke wolajan)