Pesawat Sriwijaya Air Jatuh
Cockpit Voice Recorder Sriwijaya Air SJ 182 Diduga Tertimbun Lumpur, Begini Perkiraan Jatuhnya
Kepastian penyebab jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 terus didalami Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Kepastian penyebab jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 terus didalami Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Namun, seiring waktu berjalan dan semua pihak membutuhkan kepastian.
Maka dengan data-data yang diperoleh saat ini KNKT melaporkan perkiraan jatuhnya pesawat ini.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merilis laporan awal penyebab Sriwijaya Air SJ 182 jatuh.
KNKT menyebut, pesawat terbang mengikuti jalur keberangkatan yang sudah ditentukan sebelumnya.
Dalam rilis awal tersebut, terungkap bahwa Cockpit Voice Recorder (CVR) belum ditemukan.

KNKT menduga, CVR belum bisa ditemukan karena tertimbun lumpur di dasar laut.
Lantas, apa makna dari rilis awal yang disampaikan oleh KNKT tersebut?
Pengamat penerbangan, Budhi Muliawan Suyitno, menyampaikan, KNKT nantinya masih akan melaporkan terkait jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182.
Pasalnya, mereka masih menunggu ditemukannya perekam suara kokpit tersebut.
"Ada laporan lagi tentunya, ini masih menunggu Cockpit Voice Recorder," ujar Budhi saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu (10/2/2021).
Baca juga: Apa Itu Autothrottle? Komponen yang Sempat Diduga Jadi Penyebab Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182
Baca juga: Soal Dugaan Penyebab Sriwijaya Air SJ-182 Jatuh, KNKT: Harusnya Mesin Mati Satu Tak Apa
Budhi Muliawan Suyitno. (Tangkap Layar YouTube Kompas TV)
Ia mengatakan, CVR itu akan dipadukan dengan data-data yang sebelumnya sudah ditemukan.
"Setiap saat antara pembicaraan dengan reaksi pilot, tindakannya apa gitu. Supaya lebih jelas," jelasnya.
"Kalau ini baru gerakan pesawat, walaupun lebih dari 300 parameter dan bisa merekam sampai 18 jam."
"Jadi laporannya awal, menunggu bukti-bukti, data-data baru yang masuk," sambungnya.
Mantan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan ini berujar, CVR akan banyak membantu memecahkan misteri jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 tersebut.
"Kalau Cockpit Voice Recorder ada, sudah banyak membantu," katanya.

"Kemudian nanti ada data-data baru lagi, maintenance logbook bagaimana, catatan pilot selama ini fligt logbook-nya bagaimana."
"Banyak data yang harus digabung, supaya utuh laporannya," terang Budhi Muliawan Suyitno.
Asops Pangkoarmada I, Kolonel Laut I Gung Alit Jaya (kanan) menyerahkan kotak penyimpanan Cockpit Voice Recorder (CVR) kepada Direktur Operasi Basarnas, Brigjen TNI (Mar) Rasman, Minggu (17/1/2021). (Tribunnews/Jeprima)
Menurutnya, KNKT berhati-hati membuat laporan karena keterbatasan data.
"Mereka berhati-hati, jadi ini adalah laporan awal."
"Karena berdasarkan keterbatasan data-data yang mampu dikumpulkan," imbuh mantan Menteri Perhubungan di zaman Gus Dur itu.
Kronologi Jatuh
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, berdasarkan rekaman Flight Data Recorder (FDR), sistem autopilot pesawat aktif di ketinggian 1.980 kaki.
Kepala Sub Komite Penerbangan KNKT, Kapten Nur Cahyo Utomo mengatakan, pesawat SJ 182 setelah lepas landas dan melewati ketinggian 8.150 kaki, tuas pengatur tenaga mesin atau Throttle sebelah kiri bergerak mundur sehingga tenaga berkurang.
"Sementara itu tuas pengatur tenaga mesin sebelah kanan tetap."
"Kemudian saat melewati ketinggian 10.600 kaki, pesawat berada di posisi 46 derajat lalu mulai berbelok ke arah kiri," ujar Nur Cahyo dalam konferensi pers virtual, Rabu (10/2/2021).
Ia menjelaskan, sebelumnya pilot pesawat SJ 182 meminta kepada petugas Air Traffic Controller (ATC) untuk berbelok ke 75 derajat dan diizinkan.
ATC pun memprediksi perubahan arah ini akan membuat SJ 182 bertemu dengan pesawat lain dengan tujuan yang sama.
Maka pesawat ini pun diminta untuk mempertahankan ketinggian di 11.000 kaki.
• Pendiri Demokrat Kecam AHY, Tak Hargai Tetesan Darah & Keringat yang Dibangun: 2024 Pemilu Terakhir
• Kunci Jawaban SD Kelas 4 Tema 7 Halaman 59 60 61 62 Buku Tematik Indahnya Keragaman di Negeriku
"Pada ketinggian 10.900 kaki, menurut data FDR sistem autopilot tidak aktif dan tuas Throttle sebelah kiri kembali turun dan tenaga semakin berkurang sedangkan tuas Throttle sebelah kanan tidak bergerak," lanjutnya.
Kemudian pada ketinggian tersebut, pesawat kemudian mulai turun dan sistem autopilot tidak aktif atau disengage.
Sikap pesawat pun menurut data FDR pada posisi naik atau pitch up, dan pesawat miring ke kiri.
Kemudian tuas mesin Throttle sebelah kiri kembali berkurang.
Melihat anomali tersebut, ATC pun meminta pesawat SJ 182 untuk menaikkan ketinggian ke 13 ribu kaki dan dijawab oleh pilot.
"Ini komunikasi terakhir ATC dengan pesawat SJ 182, dan FDR sudah tidak merekam data penerbangan selama 20 detik," jelas Nur Cahyo.
(Tribunnews.com/Nuryanti/Hari Darmawan)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul KNKT Rilis Laporan Awal Penyebab Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182, Pengamat: Masih Tunggu CVR, https://www.tribunnews.com/nasional/2021/02/11/knkt-rilis-laporan-awal-penyebab-jatuhnya-sriwijaya-air-sj-182-pengamat-masih-tunggu-cvr?page=all.
Penulis: Nuryanti
Editor: Sri Juliati