Imlek di Sulut
Tembak Meriam VOC Dari Kelenteng Ban Hin Kiong, Tradisi Unik Malam Imlek di Manado Zaman Lampau
Di tahun pendemi Covid ini, pemasangan kembang api ditiadakan karena dapat memicu kerumunan. Malam tahun baru Imlek di Manado juga tanpa kembang api.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Kelenteng tersebut kala itu hanya berdindingkan Nibung dan beratapkan Rumbia.

Kala itu, pemerintah kolonial belanda tidak mengizinkan bangunan Klenteng dibuat semi permanen.
Barulah, pada 1819, klenteng tersebut dibuat semi permanen. Dindingnya terbuat dari kayu, atapnya dari seng.
Klenteng tersebut sempat menjalani pemugaran, yakni pada periode 1854 - 1859 dan 1895 -1902.
Kisah pahit sempat dialami klenteng itu. Pada peristiwa 14 Maret 1970, klenteng dibakar dan semua catatan sejarah klenteng serta barang berharga lainnya musnah.
Tak heran, kisah berdirinya klenteng itu yang disebut pada 1607, hanyalah berdasarkan tradisi lisan. Klenteng dibangun kembali pada tahun 1971 hingga 1975.
Wajah klenteng saat ini adalah hasil pemugaran pada kurun waktu itu.
Lalu pada 10 September 1994, dilakukan upacara sembahyang besar peresmian yang dilakukan lewat upacara Poa Pwe.

Sisa peninggalan belanda masih terlihat dalam tiga buah meriam yang tersimpan di Klenteng itu. Tiga meriam itu konon pemberian VOC.
Nah, saat menggelar prosesi Cap Go Meh, Klenteng ini punya sebuah keunikan yang tidak dimiliki klenteng lain.
Jadi tidaknya prosesi digelar di luar Klenteng ditentukan lewat ritual Poa Pwe.
Ritual menggunakan dua bilah kayu yang dilempar petugas sembahyang.
Jika dua bilah kayu terbuka, maka diadakan pelemparan kembali hingga tiga kali.
Jika dua bilah kayu tertutup, maka prosesi tidak jadi dilaksanakan di luar Klenteng.
Prosesi dinyatakan direstui Thian (Tuhan), jika dua bilah kayu terbuka dan tertutup.