Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Imlek di Sulut

Tembak Meriam VOC Dari Kelenteng Ban Hin Kiong, Tradisi Unik Malam Imlek di Manado Zaman Lampau

Di tahun pendemi Covid ini, pemasangan kembang api ditiadakan karena dapat memicu kerumunan. Malam tahun baru Imlek di Manado juga tanpa kembang api. 

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Istimewa
Kelenteng Ban Hin Kiong yang sudah berusia tiga abad punya tradisi unik di masa lampau. Yakni menembakkan meriam peninggalan VOC ke laut. 

Kelenteng tersebut kala itu hanya berdindingkan Nibung dan beratapkan Rumbia.

Pengunjung Klenteng Ban Hin Kiong Saat Sedang Berdoa, Senin (14/10/2019)
Pengunjung Klenteng Ban Hin Kiong Saat Sedang Berdoa, Senin (14/10/2019) (TRIBUN MANADO / PASCHALIS SERTY)

Kala itu, pemerintah kolonial belanda tidak mengizinkan bangunan Klenteng dibuat semi permanen.

Barulah, pada 1819, klenteng tersebut dibuat semi permanen. Dindingnya terbuat dari kayu, atapnya dari seng.

Klenteng tersebut sempat menjalani pemugaran, yakni pada periode 1854 - 1859 dan 1895 -1902.

Kisah pahit sempat dialami klenteng itu. Pada peristiwa 14 Maret 1970, klenteng dibakar dan semua catatan sejarah klenteng serta barang berharga lainnya musnah.

Tak heran, kisah berdirinya klenteng itu yang disebut pada 1607, hanyalah berdasarkan tradisi lisan. Klenteng dibangun kembali pada tahun 1971 hingga 1975.

Wajah klenteng saat ini adalah hasil pemugaran pada kurun waktu itu.

Lalu pada 10 September 1994, dilakukan upacara sembahyang besar peresmian yang dilakukan lewat upacara Poa Pwe.

Turis Tiongkok mendatangi Klenteng Ban Hin Kiong Manado pada Hari Raya Imlek 2570, Selasa (5/2/2019).
Turis Tiongkok mendatangi Klenteng Ban Hin Kiong Manado pada Hari Raya Imlek 2570, Selasa (5/2/2019). (Tribun Manado)

Sisa peninggalan belanda masih terlihat dalam tiga buah meriam yang tersimpan di Klenteng itu. Tiga meriam itu konon pemberian VOC.

Nah, saat menggelar prosesi Cap Go Meh, Klenteng ini punya sebuah keunikan yang tidak dimiliki klenteng lain.

Jadi tidaknya prosesi digelar di luar Klenteng ditentukan lewat ritual Poa Pwe.

Ritual menggunakan dua bilah kayu yang dilempar petugas sembahyang.

Jika dua bilah kayu terbuka, maka diadakan pelemparan kembali hingga tiga kali.

Jika dua bilah kayu tertutup, maka prosesi tidak jadi dilaksanakan di luar Klenteng.

Prosesi dinyatakan direstui Thian (Tuhan), jika dua bilah kayu terbuka dan tertutup.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved