Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sriwijaya Air SJ 182

Awan Cumulonimbus Selimuti Langit Jakarta Saat Sriwijaya Air SJ-182 Lepas Landas, Ini Kata BMKG

Meski begitu, area perlintasan Sriwijaya Air SJ-182 bukan wilayah awan signifikan.

Editor: Isvara Savitri
(Dok. Basarnas)
Serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dan beberapa potongan tubuh kembali tiba di Posko SAR Terpadu Jakarta International Container Terminal (JICT) 2 Tanjung Priok, Minggu (10/1/2021) siang. (Dok. Basarnas) 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Saat Sriwijaya Air SJ-182 lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pada Sabtu (9/1/2021), awan Cumulonimbus terlihat menyelimuti langit Jakarta.

Hal ini diungkapkan pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Dwikorita Karnawati selaku Kepala BMKG menyampaikannya langsung ketika Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi V DPR RI, Rabu (3/2/2021).

"Kondisi cuaca sebelum dan saat (pesawat Sriwijaya Air SJ 182) take off terdapat awan CB (Cumulonimbus) di atas Jakarta dan mulai meluruh seiring dengan berkurang intensitas hujan dan meningkatnya jarak pandang," terang Dwikorita, dikutip Tribunnews dari bmkg.go.id.

Tak hanya di sekitar Jakarta, Dwikorita menyebutkan awan Cumulonimbus juga ada di jalur penerbangan yang membentang di atas Jawa bagian barat yang bergerak ke arah tenggara.

Marsekal Muda TNI Henri Alfiandi bersimbah keringat usai mencari pesawat Sriwijaya Air SJ-182 menggunakan Helikopter EC-725 Caracal.
Marsekal Muda TNI Henri Alfiandi bersimbah keringat usai mencari pesawat Sriwijaya Air SJ-182 menggunakan Helikopter EC-725 Caracal. (Tribunnews.com/ Lusius Genik)

"Sedangkan dalam rute cuaca penerbangan masih terdapat sebagian awan CB yang membentang di atas Jawa bagian barat yang bergerak ke arah tenggara," imbuh dia.

Meski begitu, ia memastikan area perlintasan yang dilalui Sriwijaya Air SJ-182 bukan wilayah awan signifikan dan tak berada di area hujan, serta bukan area turbulensi.

Lebih lanjut, Dwikorita menerangkan, berdasarkan analisa Citra Satelit Himawari, suhu puncak awan mencapai minus 43 hingga minus 48 derajat Celcius ketika Sriwijaya Air SJ-182 terbang.

Namun, saat pesawat mencapai ketinggian 11 ribu kaki, tak ada potensi icing.

"Berdasarkan data Radiosonde pada tanggal 7-9 Januari 2021 potensi icing berada pada ketinggian 16 ribu-27 ribu feet."

Dugaan Fetish Tersebar di Media Sosial, Karier Aktor Hollywood Armie Hammer Langsung Anjlok

Masih Ingat Pemuda yang Viral Acungkan Airsoft Gun di Jakarta? Ternyata Positif Gunakan Narkoba

"Sedangkan pada ketinggian sekitar 11 ribu feet tidak terdapat potensi icing," ungkap dia.

Dilansir Kompas.com, Cumulonimbus adalah jenis awan cumulus yang terkait badai petir dan hujan lebat.

Awan ini juga merupakan variasi dari nimbus atau awan bantalan presipitasi yang rata-rata terbentuk di bawah 20 ribu kaki dan relatif dekat dengan daratan.

Cumulonimbus adalah awan yang sangat lembab karena mengandung banyak air, sehingga membuatnya tampak gelap di langit.

Sementara icing adalah proses pembekuan dari embun maupun air yang dipengaruhi suhu sehingga bisa mengganggu mobilitas pesawat.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved