Berita Manado
Derita Sopir Truk Pengangkut Sampah di TPA Sumompo, Tunggu 10 Jam Untuk Buang Sampah.
Antrian panjang kendaraan pengangkut sampah terjadi sepanjang hampir 500 meter. Satu kendaraan bisa menanti waktu bongkar hingga 10 jam.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Alpen Martinus
TRIBUNMANADO.CO.ID,MANADO-Memainkan game online di ponsel jadi hobi baru Agung, sopir truk pengangkut sampah di kota Manado.
Hobi tersebut tumbuh dalam beberapa hari terakhir.
Ia butuh pengalih perhatian untuk membunuh waktu.
Tempat parkir kendaraan di TPA Sumompo akibat banjir bandang tengah diperbaiki.
Hal itu membuat waktu untuk membongkar sampah memakan waktu lama.
Antrian panjang kendaraan pengangkut sampah terjadi sepanjang hampir 500 meter.
Satu kendaraan bisa menanti waktu bongkar hingga 10 jam.
"Saya datang jam 7 pagi nanti terbongkar pukul 4 sore," ujarnya.
Main ponselnya dilakukan di dalam mobil truk.
Jika baterei ponselnya habis, ia tidur tiduran.
Bosan, dia keluar dan bercakap -cakap dengan rekan - rekannya.
Para sopir lainnya mengisi waktu dengan makan di kantin atau sekedar bercakap - cakap.
"Seperti ini sudah hampir sepekan, biasanya hanya tunggu tak lama.
Kini sampai berjam jam," ungkap Ardi, sopir truk lainnya.
Sebut Ardi, pengangkutan memang sudah molor sebelum bencana.
Penyebabnya hanya satu alat eskavator. "Itu pun selalu rusak. Ditambah bencana ini ya tambah lambat," ujar dia.
Dirinya berharap ada aroma baru berembus di TPA tersebut pasca Wali Kota baru nanti.
Gunungan sampah di TPA Sumompo Manado kian tinggi.
Amatan Tribun Manado, Rabu (3/2/2021) pagi, tinggi gunung sampah sudah mencapai puluhan meter.
Sebuah eskavator di puncak gunungan dengan susah payah coba menyorong sampah ke tempat yang masih lowong.
Di jalan sekeliling TPA, ratusan kendaraan pengangkut sampah antre.
Panjang antrean hampir 500 meter.
Waktu luang menanti pembongkaran sampah dimanfaatkan para sopir truk dengan duduk di warung.
Ada yang tetap di dalam mobil truknya sambil memainkan ponsel.
Musabab kian tingginya gunungan sampah tersebut adalah volume sampah yang meningkat saat bencana banjir.
Diketahui, pada Januari lalu, Manado alami dua kali bencana banjir dalam tempo sepekan.
Yang paling parah terjadi Jumat (22/1/2021).
Sebanyak delapan Kecamatan terdampak.
Data yang dihimpun Tribun Manado dari Dinas Lingkungan Hidup Manado,
volume sampah usai banjir mencapai 700 ton per hari.
Di waktu normal, produksi sampah Manado per hari hanya 200 ton.
"Sampah yang datang hampir dua kali lipat," kata Maruf salah seorang sopir.
Ia membeber, truknya dalam sepekan terakhir selalu memuat sampah melebihi kapasitas.
Hal yang sama diakui Carlos, kepala seksi TPA Sumompo.
Akibatnya, keluar bunyi bunyi pada truk itu pertanda ada kerusakan.
"Sampah akibat bencana ini sangat banyak. Bukan hanya plastik tapi juga tanah. Kami hampir kewalahan," kata dia.
Sampah banyak, sialnya, alat pendukung tak memadai.
Sebut dia, hanya ada sebuah eskavator untuk membongkar sampah.
"Itu pun sudah sering rusak," katanya.
Diungkapnya, pengelolaan sampah di TPA tersebut sudah tak normal sejak bencana alam 2014 lalu.
Kala itu sampah sangat banyak dan TPA pun rusak.
"Ini tidak pakai sanitary landfill. Hanya sorong sorong saja. Jadi sampah disorong ke ruang yang lowong atau jurang," kata dia.
Ia menuturkan, lahan yang lowong sudah tak ada ada.
Karena itulah terjadi gunungan sampah yang kian tinggi.
"Harapan kami tinggal TPA di Ilo Ilo sana. Kalau disini sudah tak memadai," katanya.
Mahmud warga sekitar mengatakan, TPA tersebut sudah berusia hampir lima puluh tahun.
"Dulunya hanya ada dua motor sampah yang kemari. Kini sudah ratusan truk," ujarnya.
Luas TPA Sumompo 13,7 hektare.
Kondisi buruk TPA tersebut membuat Manado tak pernah lagi meraih
piala Adipura sejak beberapa tahun terakhir dan meraih predikat kota kotor. (art)
• Arab Saudi Mulai Larang Masuk WNA 20 Negara, Begini Nasib 589 Jamaah Umrah Indonesia di Sana
• Boy William Buat Pedangdut Lesti Kejora Histeris, Ini Penyebabnya
• Keluhan Kader Partai Demokrat Dibeber, Mulai Janji Hingga Pungutan Iuran