Wisata Alam
Mengenal Cagar Alam Gunung Tangkoko, Melihat Surga Aneka Satwa Endemik Sulawesi Utara
provinsi paling utara di Pulau Sulawesi ini tak hanya dikenal dengan wisata berbasis lautnya, keunikan satwanya pun tak kalah dengan daerah lain.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Soal wisata pantai dan pemandangan bawah laut, Sulawesi Utara sudah kadung terkenal.
Tapi provinsi paling utara di Pulau Sulawesi ini tak hanya dikenal dengan wisata berbasis lautnya, keunikan satwa di tanah berjuluk Bumi Nyiur Melambai ini pun tak kalah dengan daerah lain di Indonesia.
Tentunya Anda pernah mendengar cagar budaya alam bernama Gunung Tangkoko Batuangus.
Ini adalah sebuah tempat yang berada di Kotamadya Bitung. Jaraknya tak jauh dari Kota Manado.
Namun begitu, untuk jalan yang harus Anda tempuh hingga sampai ke cagar ini cukup berliku.
Anda harus melewati jalanan yang menanjak di tengah perhutanan.

Meski begitu, perjalanan Anda akan terbayar dengan mendapatkan udara yang segar ketika memasuki kawasan wisata satu ini.
Jika Anda berangkat dari Kota Manado dengan mengendarai mobil, akan memerlukan waktu sekitar satu jam lebih untuk bisa sampai ke lokasi.
Tempat ini memiliki banyak sekali keragaman hayati yang bisa Anda temukan.
Berbagai macam flora pun bisa Anda jumpai. Sebut saja seperti kantong semar, edelweis, nantu dan juga aras maupun pohon beringin.
Selain itu, Anda pun juga akan menemukan berbagai macam binatang lainnya yang mendiami tempat satu ini,
Berbagai satwa tersebut di antaranya adalah seperti musang coklat, elang laut, maleo, rangkong, tarsius, kuskus, dan juga rusa juga.
Warga sekitar pun nantinya akan senang hati untuk mengantar Anda mengelilingi cagar alam sini sembari menjelaskan dan berperan sebagai pemandu.
Bagi Anda yang hendak berkunjung untuk pertamakalinya, sebaiknya perlu untuk bertanya kepada penduduk sekitar.
Cagar alam ini berbatasan langsung dengan Cagar Alam Gunung Duasudara.
Meskipun tempat ini sangat terpencil, tapi Cagar alam Tangkooko ini telah banyak diketahui oleh para pecinta wisata alam dan juga para peneliti.
Hal ini terbukti, ketika Alfred Russel Wallace di tahun 1861 telah mengunjugi dan menemukan spesies babirusa dan maleo. Meski tetapi sejak tahun 1915, spesies maleo pun sudah tak bisa untuk anda temukan di tempat ini lagi.
Hal ini dikarenakan adanya eksploitasi yang dilakukan oleh penduduk, mendesak maleo untuk masuk ke pedalaman.
Monyet Wolai

Monyet wolai atau yang sering dikenal dengan sebutan Yaki merupaakn salah satu monyet hitam yang berasal dari Sulawesi Utara.
Untuk jumlah keseluruhan di dunia yakni terdapat 23 spesies macaca. Dimana 7 diantaranya merupakan spesies yang ada di Sulawesi.
Untuk macaca nigra ini hanya terdapat di Sulawesi Utara dan berada di Cagar Alam Gunung Tangkoko. Satwa satu ini pun memiliki tubuh hitam dan juga mempunyai rambut jambul di atas kepalanya.
Untuk ciri khas selanjutnya yang perlu untuk anda ketahui adalah memiliki pantat yang berwarna merah muda.
Selain itu, Yaki ini pun juga memiliki keunikan lainnya yakni mempunyai moncong yang lebih menonjol dan juga kulit yang berada di sekitar penis berwarna merah muda.
Untuk yang berjenis kelamin bertina, maka anda memiliki pantat berwarna merah menyala yang sangat mencolok.
Yaki ini merupakan salah satu binatang yang tersebar di hutan lindung dan juga hutan primer di Sulawesi Utara.
Akan tetapi, anda pun nantinya akan banyak menemuinya di Cagar Alam Tangkoko.
Akan tetapi, sayangnya populasi dari hewan bernama Yaki ini, tiap tahun mengalami penurunan.
Hal ini dikarenakan banyak diburu oleh masyarakat dan Yaki pun relatif sering untuk turun ke pemukiman warga karena mencari makanan.
Yaki adalah hewan yang mengonsumsi daun dan juga ular. Akan tetapi, sebagian besar makanannya adalah buah buahan, tikus dan juga erau. Ketika musim reproduksi tiba, Yaki betina sering kali untuk hamil pada bulan Juli hingga Desember. Sehingga nantinya akan melahirkan pada musim yang paling tinggi yakni di bulan Maret hingga April.
Hal tersebut dikarenakan apabila curah hujan sedang tinggi, maka Yaki pun akan cenderung lebih sering untuk melahirkan.
Sedangkan ketika curah hujan sedang rendah maka Yaki pun akan sedikit untuk melahirkan. Hal ini berdasarkan sebuah penelitian, dimana ketika sedang mengalami musim curah hujan yang tinggi, banyak makanan yang terdapat di hutan.
Selain Yaki, ketika anda berada di Cagar Alam Tangkoko ini nantinya anda pun akan mendapati Tarsius, salah satu mamalia terkecil yang hidup di tempat satu ini.
Tarsius merupakan seekor mamalia kecil yang hidupnya tersebut di pulau pulau yang ada di wilayah Asia Tenggara. Anda pun nantinya akan dengan mudah untuk menunmukan hewan satu ini ketika sedang berada di Cagar Alam Tangkoko.
Tarsius

Spesies Tarsius tersier ini pun akan bisa untuk anda temui tengah bergelantungan pada rimbunnya pohon belantara yang ada di cagar alam satu ini.
Ciri khas yang paling mencolok dari satwa liar endemik satu ini adalah memiliki mata yang bulat membelalak yang besar. Sehingga akan terlihat sangat kontras dengan tubuhnya yang mungil dan kecil. Tentu saja hal ini akan sangat menggemaskan.
Untuk itu, ketika anda sedang berkunjung ke derah Sulawesi Utara maka anda pun bisa singgah sebentar ke tempat satu ini. Hal ini tentu saja akan menjadi pengalaman yang menyenangkan dan juga berkesan ketika anda mampir untuk melihat cagar alam yang memiliki beraneka ragam hayati dan juga satwa liar endemik.
Selain itu juga akan menambah pengetahuan anda tentang hewan hewan asli yang ada di Indonesia dan anda pun akan memiliki rasa untuk melestarikannya. (*/tribunmanado.co.id)
• Kecelakaan Maut Pukul 10.15 WIB, Tukang Galon Tewas Usai Tabrak Tiang, Korban Antar Air Mineral
• Nikita Mirzani Ajari Cicit Cut Nyak Meutia Jadi Artis Sensasional: Ada Bakat
• Tata Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 12, Login Prakerja.go.id, Simak 4 Syaratnya
Artikel ini telah tayang di Tribuntribunmanadotravel.com dengan judul Yuk Mengembara di Gunung Tangkoko, Surga Aneka Satwa Endemik Sulawesi Utara.