Budaya
Mengenal Silat Ragay, Seni Bela Diri Warisan Kerajaan Bolaang Mongondow yang Nyaris Punah
Soal Silat, setiap daerah punya gerak tersendiri, yang disesuaikan dengan budaya serta lingkungan alamnya.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID - Seni beladiri pencak silat punya banyak ragam di daerah seluruh Indonesia.
Setiap daerah punya gerak tersendiri, yang disesuaikan dengan budaya serta lingkungan alamnya.
Daerah Bolaang Mongondow juga punya silat sendiri. Silat ini adalah warisan Kerajaan Bolaang Mongondow.
Yang disebut Ragay. Silat khas Mongondow ini punya banyak keunikan.
Salah satunya latihan pugutan yanat. Informasi yang dihimpun Tribun Manado dari sejumlah sumber Pustaka Bolmong, latihan tersebut adalah meneteskan air jahe di mata.
Tujuannya adalah melatih panca indra. Pelatihan berlangsung dalam suasana sakral.
Pesilat yang sudah beroleh pugutan akan memiliki ketajaman panca indra dan mata batin.
Di mata para pesilat ragay, sabetanparang atau tusukan tombak akan terlihat lambat bak gerakan slow motion hingga mudah dielakkan.
Pelatihan berlangsung malam hari. Hanya diterangi tuntul (obor), pesilat ditutup matanya dengan kain hitam dan berusaha mengelak dari sabetan parang maupun pukulan.
Itu karena prinsip Ragay adalah menangkis dan menghindar.
Selain kemampuan melihat dengan lambat serangan lawan, para pendekar ragay memiliki kekebalan serta ilmu menotok.
Ilmu totok itu dipamerkan dalam prosesi peminangan.
Selain berkelana di dunia Kang Ouw (persilatan), para pesilat biasa tunjuk kebolehan dalam perkawinan.
Mempelai pria memakai seorang pesilat yang akan bertarung melawan pesilat yang disediakan mempelai wanita.
Untuk pamer ilmu, para pesilat akan menotok papan selebar 4 cm hingga tembus.