Rahasia Bung Karno Bisa Lahirkan Pidato Spektakuler, Ajudan Ungkap Kebiasaannya Selama Dipenjara
Total Bung Karno sudah mendekam di tujuh Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai tahanan politik saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia
TRIBUNMANADO.CO.ID - Inilah sosok Presiden Soekarno yang diungkap ajudannya.
Ajudan Presiden Soekarno Sidarto Danusubroto pun berkisah kebiasaan presiden pertama Indonesia ini saat di penjara.
Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia, Presiden Soekarno atau Bung Karno, semasa hidupnya harus menerima kenyataan berpindah dari satu tempat pengasingan ke tempat pengasingan lainnya.
Pemerintahan Hindia Belanda tidak ingin membiarkan Bung Karno bebas bergerak.
Total Bung Karno sudah mendekam di tujuh Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai tahanan politik saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Sidarto Danusubroto/Lusius Genik. (Tribunnews/Lusius Genik)
Teman Bung Karno selama mendekam di dalam penjara hanyalah buku.
Setidaknya itulah sedikit kenangan tentang Bung Karno yang masih membekas dalam ingatan Sidarto Danusubroto, ajudan Presiden Soekarno pada 1967-1968.
"Beliau habit reading-nya tinggi sekali. Beliau lama di lapas Sukamiskin, di lapas Banceuy, Kota Ende, di Bengkulu, itu temannya buku," ucap Sidarto dalam sesi wawancara eksklusif bersama Tribun Network di Jakarta, Jumat (22/1/2021).
Sidarto menceritakan, hobi membaca Bung Karno membuat sosok Presiden Pertama Indonesia itu dapat menciptakan berbagai pidato yang spektakuler.
Salah satu yang paling diingat Sidarto saat Bung Karno berpidato mengenai Pancasila di kongres Amerika Serikat.
"Jadi bagaimana pidatonya di kongres Amerika waktu bicara mengenai Pancasila itu dapat standing applaus.
Waktu di New York semua orang keluar itu. Di mana-mana beliau itu disambut seperti itu," kenang Sidarto.
Sidarto mengungkapkan bahwa dirinya sangat mengagumi sosok Bung Karno.
"Saya terus terang saya kagum sama beliau," kata Sidarto.
"Bagaimana Pancasila dilahirkan, bagaimana Indonesia menggugat, pidatonya di banyak kesempatan di kongres itu punya kelas, pidato yang punya kelas," sambung Sidarto.
Selain itu, lanjut Sidarto, Bung Karno adalah satu-satunya presiden Indonesia yang namanya diabadikan di banyak negara.
"Di Kairo ada, di Maroko ada, di Aljazair ada patung Soekarno, di Leningrad (Saint Petersburg, Rusia) juga ada, di Pakistan juga ada Soekarno Square, di Mexico ada, Mesir juga ada," ujar Sidarto.
"Hanya beliau yang diabadikan di banyak negara," sambung dia.
Derita Pilu Soekarno di Akhir Hayat, Kelaparan Minta Roti atau Nasi Kecap, Ini Jawaban Ketus Pelayan
Ini sebuah kisah tragis mantan Presiden Soekarno di masa akhir kepemimpinannya.
Kisah ini dicuplik dari buku berjudul "Maulwi Saelan, Penjaga Terakhir Soekarno" terbitan Penerbit Buku Kompas 2014 dan ditulis oleh Asvi Warman Adam, Bonnie Triyana, Hendri F. Isnaeni, M.F. Mukti.
Pada suatu pagi di Istana Merdeka, Soekarno minta sarapan roti bakar seperti biasanya.
Langsung dijawab oleh pelayan, “Tidak ada roti.”
Soekarno menyahut, “Kalau tidak ada roti, saya minta pisang."
Dijawab, “Itu pun tidak ada.” Karena lapar, Soekarno meminta, “Nasi dengan kecap saja saya mau.”
Soekarno membacakan naskah proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Cikini, Jakarta.
Foto Presiden Soekarno membacakan naskah proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Cikini, Jakarta.
Lagi-lagi pelayan menjawab, “Nasinya tidak ada.”
Akhirnya, Soekarno berangkat ke Bogor untuk mendapatkan sarapan di sana.
Maulwi Saelan, mantan ajudan dan kepala protokol pengamanan presiden juga menceritakan penjelasan Soekarno bahwa dia tidak ingin melawan kesewenang-wenangan terhadap dirinya.
“Biarlah aku yang hancur asal bangsaku tetap bersatu,” kata Bung Karno.
Di saat lain, setelah menjemput dan mengantar Mayjen Soeharto berbicara empat mata dengan Presiden Soekarno di Istana.
Dokumen arsip KOMPAS.COM, Presiden Soekarno
Maulwi mendengar kalimat atasannya itu, ”Saelan, biarlah nanti sejarah yang mencatat, Soekarno apa Soeharto yang benar.”
Maulwi Saelan tidak pernah paham maksud sebenarnya kalimat itu.
Ketika kekuasaan beralih, Maulwi Saelan ditangkap dan berkeliling dari penjara ke penjara.
Bung Karno
Dari Rumah Tahanan Militer Budi Utomo ke Penjara Salemba, pindah ke Lembaga Pemasyarakatan Nirbaya di Jakarta Timur.
Sampai suatu siang di tahun 1972, alias lima tahun setelah ditangkap, dia diperintah untuk keluar dari sel.
Soekarno dikenal sebagai singa mimbar.
Ternyata itu hari pembebasannya. Tanpa pengadilan, tanpa sidang, namun dia harus mencari surat keterangan dari Polisi Militer agar tidak dicap PKI.
“Sudah, begitu saja,” kenangnya. (Yoyok Prima Maulana)
Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul Berhasil Buat Penasaran, Ini Jawaban Mengapa Soekarno Tak Puasa Ramadhan Saat Proklamasi Kemerdekaan
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Bung Karno dalam Kenangan Ajudan: Beliau Habit Reading-nya Tinggi Sekali