Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Gurun Sahara

Potret Gurun Sahara Diguyur Hujan Salju, Seharusnya Tidak Terjadi di Bulan Januari, Mengapa Bisa?

Foto hujan salju di Gurun Sahara. Semestinya pada bulan Januari salju tidak pernah ada di kawasan gurun tersebut. Mengapa bisa?

Editor: Frandi Piring
Instagram @kaaarimo
Fenomena Langka hujan salju di Gurun Sahara. 

Tak seperti dulu, kini Gurun Sahara tak setandus hingga gersang seperti dulu.

Gurun Sahara adalah daerah yang tandus, gersang dan panas. Uniknya, sebuah penelitian menunjukkan gurun ini ternyata dulu adalah daerah kaya air

dan memiliki banyak spesies ikan, salah satu populasi terbanyak adalah ikan lele.

Catatan fosil, melansir Science Focus, Senin (24/2/2020) menunjukkan pada masa Holocene awal dan menengah,

Gurun Sahara merupakan wilayah yang lembab dan kaya air.

Area tersebut juga dihuni orang-orang kuno, serta beragam hewan.

Para peneliti di Museum Sejarah Alam di Belgia dan Sapienza University di Roma menggali sekitar 17.551 tulang, termasuk tulang ikan, katak, buaya dan burung.

Sebelumnya, para arkeolog ini telah menemukan bukti pada awal periode Holocene, sekitar 10.200 hingga 8.000 tahun lalu, Pegunungan Tadrart Acacus di Gurun Sahara memiliki banyak perairan.

"Sulit mengatakan berapa banyak air yang ada di sana. Selama awal periode ini, ada genangan air dengan banyak ikan,

tetapi segalanya berubah sekitar 5.900 tahun yang lalu," ungkap Prof Savino di Lernia.

Manusia diketahui menetap di gurun ini, yakni dilihat dari adanya struktur batu dan perapian di daerah tersebut.

Dalam investigasi tersebut, peneliti fokus melakukan penggalian di tempat penampungan batu Takarkori di barat daya Pegunungan Acacus, Libya.

Melansir Newsweek, peneliti menemukan hampir sisa-sisa 18.000 spesimen, 80 persen di antaranya adalah ikan.

Dua pertiga di antaranya adalah anggota genus lele (Clariidae) dan genus Tilapia, ikan nila. Sementara itu, sisanya terdiri dari sejumlah kecil burung, reptil, moluska, dan amfibi.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS ONE ini menyebut jika spesimen tersebut sebagian besar berasal dari periode Holocene awal atau antara 10.200 dan 4.650 tahun yang lalu.

Sumber: Tribunnews
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved