Gempa Bumi Majene
Pasca Gempa Sulbar, XL Axiata Pastikan Jaringan Telekomunikasi Beroperasi Normal
Hanya beberapa titik yag terdampak karena adanya pemadaman listrik dari PLN yaitu 18 BTS di Kabupaten Majene, 12 BTS di Kabupaten Mamuju Utara.
Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Rizali Posumah
Adapun hasil analisis BMKG tersebut didapatkan dengan memperhatikan lokasi pusat gempa atau episenter dan kedalaman hiposenternya, baik gempa signifikan pertama maupun yang kedua.
“Baik gempa signifikan pertama dan kedua yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal,” jelas BMKG dalam keterangan resmi, Jumat (15/1/2021).
Seperti diketahui, gempa bumi yang pertama sebagai pembuka atau foreshock dilaporkan terjadi pada Kamis (14/1/2021) pukul 13.35 dini dengan magnitudo 5,9 pada episenter 2,99 LS dan 118,89 BT atau di darat pada jarak 4 kilometer arah barat laut Majene, kedalaman 10 km.
Kemudian, gempa yang kedua atau mainshock terjadi pada Jumat pukul 01.28 WIB dini hari dengan magnitudo 6,2 pada episenter 2,98 LS dan 118,94 BT atau di darat pada jarak 6 kilometer arah timur laut Majene, kedalaman 10 kilometer.
Adapun dugaan sementara BMKG, gempa bumi yang tercatat menewaskan sebanyak 42 jiwa tersebut dipicu oleh adanya sesar naik Mamuju atau Mamuju Thurst.
“Diduga kuat pemicu gempa ini adalah sesar naik Mamuju,” jelas BMKG.
Hal itu dibuktikan dari hasil analisis mekanisme sumber yang menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik atau thurst fault.
BMKG juga mengatakan bahwa mekanisme sesar naik ini mirip dengan pembangkit gempa Lombok yang terjadi pada 2018, yang mana bidang sesar membentuk kemiringan bidang sesar ke daratan.
Lebih lanjut, mengenai sesar naik Mamuju, BMKG mengatakan bahwa hal itu memiliki magnitudo dengan target mencapai 7,0 dengan laju geser sesar adalah 2 milimeter (mm) per tahun, sehingga sesar aktif ini harus diwaspadai karena mampu memicu gempa kuat.