Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Korban Sriwijaya Air

Tim Identifikasi Kerja Keras Periksa Korban Sriwijaya Air, Setiap Ada Kantong Jenazah Langsung Kerja

Seperti yang diketahui banyaknya potongan tubuh korban kecelakaan Sriwijaya Air membuat Tim Identifikasi berkerja keras diruang jenazah.

Editor: Glendi Manengal
istimewa
Petugas memeriksa kantong jenazah berisi bagian tubuh korban pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, di Dermaga JICT, Jakarta Utara, Senin (11/1/2021). 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Terkait jatuhnya pesawat Sriwijaya Air yang mengakibatkan banyak merenggut nyawa.

Hal tersebut menuntut Tim Disaster Victim Identification (DVI) untuk bekerja keras.

Seperti yang diketahui banyaknya potongan tubuh korban kecelakaan Sriwijaya Air membuat Tim Identifikasi berkerja keras diruang jenazah.

Baca juga: Live Score Hasil Piala Super Spanyol Real Madrid vs Athletic Bilbao, Barca Sudah Menunggu di Final

Baca juga: Jaga Puncak Klasemen, AC Milan Cari Pengganti Ibrahimovic yang Rentan Cedera, Nama Mandzukic Muncul

Baca juga: Pemain Baru Manchester United Amad Diallo Berambisi Memenangi Gelar Liga Inggris dan Champions

Pandemi Covid-19 turut memengaruhi kerja Tim Disaster Victim Identification (DVI) dalam proses identifikasi korban Sriwijaya Air SJ-182.

Dalam proses identifikasi yang dilakukan dengan mengumpulkan data antemortem (sebelum kematian) dari pihak keluarga dan posmortem (setelah kematian).

Kepala Laboratorium DNA Pusdokkes Polri Kombes Ratna mengatakan pengambilan data posmortem yang dilakukan harus 'berpacu' dengan Covid-19.

Pasalnya posko posmortem Tim DVI berada di Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati yang ruangannya juga menangani jenazah pasien Covid-19.

"Karena masa Covid-19 ini kita tidak boleh terlalu lama di kamar jenazah.

Sementara jenazah di rumah sakit ini pun ada yang jenazah Covid-19," kata Ratna di RS Polri Kramat Jati, Kamis (14/1/2021).

Data antemortem dan posmortem yang dicocokkan lewat serangkaian proses sebenarnya sama, meliputi sidik jari, riwayat medis pemeriksaan gigi, dan DNA.

Bedanya data antemortem didapat Tim DVI dari pihak keluarga inti korban yang datang menyerahkan, sementara posmortem diambil dari jenazah.

Khusus sampel DNA diambil dari bagian tubuh jenazah yang berhasil dievakuasi, baik jaringan otot, tulang, dan lainnya diekstrak guna mendapat DNA.

"Misalnya kami dapet 30 kantong (jenazah), 30 kantong harus kami kerjakan (periksa) hari itu juga.

Kita tidak boleh terlalu banyak orang, tidak boleh terlalu lama, jaga jarak, durasi, gitu ya, ventilasi," ujarnya.

Ratna menuturkan dari tiga parameter identifikasi DVI, identifikasi lewat pencocokan sampel DNA butuh waktu paling lama dibanding dua lainnya.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved