Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pesawat Sriwijaya Air Jatuh

3 Kemungkinan Penyebab Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh

Menurut dia, kondisi cuaca di sekitar lokasi yang diduga jatuhnya pesawat cenderung cerah.

Editor: Indry Panigoro
Kolase Foto: Wikimedia Commons CC-BY-SA-4.0/medcom.id/istimewa
Penyebab Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di laut kepulauan Seribu. 

TRIBUNMANADO.CO.ID -  Hingga belum dianalisanya kotak hitam.

Penyebab kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air belum bisa dipastikan.

Namun ada beberapa kemungkinan yang dibeberkan.

Diketahui, Pesawat Sriwijaya SJ-182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021).

Pesawat berpenumpang 50 orang dan 12 orang kru pesawat serta awak kabin itu hilang kontak pada pukul 14:40 WIB atau empat menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Belum diketahui penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 tersebut karena black box pesawat belum diangkat.

Baca juga: Sudah 74 Kantong Jenazah yang Terkumpul dalam Pencarian Korban Pesawat Sriwijaya Air SJ 182

Titik jatuhnya pesawat Sriwijaya Air, Sabtu (9/1/2021).

Pesawat dengan registrasi PK-CLC tersebut melayani rute Jakarta-Pontianak. Pesawat yang lepas landas pukul 14.36 WIB itu seharusnya tiba pada pukul 15.15 di Bandara Soepadio, Pontianak. (googlemaps)

Black box pesawat sendiri sudah diketahui lokasinya.

Untuk memeriksa data penerbangan dan mengengetahui penyebab kecelakaan juga butuh waktu berbulan-bulan.

Black box tersebut akan dianalisa lebih dahulu sebelum diketahui penyebab pasti pesawat hilang kendali.

Pengamat penerbangan Budhi Muliawan Suyitno mengungkap sejumlah kemungkinan penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, empat menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Sabtu (9/1/2021) siang.

Budhi Muliawan Suyitno yang mantan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan menjelaskan penyebabnya bisa karena murmi kesalahan manusia (human error), teknis atau masalah cuaca.

“Kita harus berpikir sebagai investigator kira-kira dugaan apa yang paling memungkinkan. Bisa saja karena faktor kesalahan manusia (human error)."

"Bisa juga karena teknik yang diawali oleh manusia dan yang lainnya karena cuaca,” ujar mantan Menteri Perhubungan di era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ketika dihubungi Tribunnews.com, Minggu (10/1/2021).

Untuk menentukan penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya rute Jakarta-Pontianak itu, menurut dia, harus melihat secara keseluruhan karena bukti-bukti yang ditemukan dari lapangan masih sangat minim.

Namun kata dia, kalau melihat data awalnya, pesawat Sriwijaya yang jatuh ini sudah beroperasi sejak lebih dari 26 tahun yang lalu.

“Kemudian kita bisa menyelidiki track record pesawat ini dari pengoperasiannya dari catatan perawatannya secara konsisten dilakukan apa tidak,” jelasnya.

 “Apalagi selama pandemi ini banyak pesawat-pesawat yang grounded, pesawat-pesawat yang tinggalnya di lapangan, tidak beroperasi."

"Apakah waktu dioperasikan kembali telah memenuhi persyaratan kelayakan udara dan perawatan,” tegasnya.

Hal ini kata dia, bisa dicek di buku perawatan dan pengoperasian pesawat.

Begitu juga imbuh dia, bisa dicek training terakhir yang dilakukan oleh pilot pesawat yang menerbangkan Sriwijaya Air SJ182.

“Jadi masih sangat luas sekali dugaannya,” jelasnya.

Sebelumnya, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT ) Surjanto Tjahjono mengatakan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk menerjunkan Kapal Riset atau KR Baruna Jaya I dalam proses pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang hilang kontak pada Sabtu, (9/1/2021).

"Kami juga sudah berkoordinasi dengan BPPT Kapal Baruna untuk diterjunkan bila diperlukan," katanya dalam konferensi pers di Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu, (9/1/2021).

Selain itu KNKT sudah menyiapkan peralatan bawah laut untuk melakukan pencarian pesawat yang diduga jatuh di perairan Kepulauan Seribu tersebut.

KNKT fokus mencari kotak hitam atau black box pesawat yang berisi rekaman dan data penerbangan.

"Sudah ada beberapa peralatan untuk underwater recovery, mempersiapkan untuk operasional besok mencari black box," katanya.

SERPIHAN PESDAWAT SRIWIJAYA AIR -- Tim SAR Gabungan dari Detasemen Jalamangkara (Denjaka) TNI AL memperlihatkan serpihan pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di antara pulau Laki dan Pulau Lacang, Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (9/1/2020) petang. Serpihan pesawat ini ditemukan Tim SAR Gabungan, Minggu (10/01/2021) pagi.
SERPIHAN PESDAWAT SRIWIJAYA AIR -- Tim SAR Gabungan dari Detasemen Jalamangkara (Denjaka) TNI AL memperlihatkan serpihan pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di antara pulau Laki dan Pulau Lacang, Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (9/1/2020) petang. Serpihan pesawat ini ditemukan Tim SAR Gabungan, Minggu (10/01/2021) pagi. (TribunJakarta.com)

KNKT, menurutnya, saat ini sudah mengumpulkan sejumlah informasi mengenai pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dengan kode 8735 PKCLC Soeta-Pontianak tersebut.

Selanjutnya KNKT akan berkoordinasi dengan Basarnas untuk mencari keberadaan kotak hitam pesawat.

"Mengikuti koordinasi dengan Basarnas. perlu kami sampaikan bahwa memang KNKT dalam rangka mengumpulkan semua informasi dari masyarakat," pungkasnya.

Kisah Tim Penyelam

Tim Leader Indonesia Divers Rescue Team IDRT Bayu Wardoyo menceritakan soal penyelaman untuk mencari pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di sekitar pulau Laki dan pulau Lancang.

Menurut dia, kondisi cuaca di sekitar lokasi yang diduga jatuhnya pesawat cenderung cerah.

Namun pihaknya tidak menampik memiliki sejumlah masalah saat melakukan penyelaman.

"Cuma yang mesti kita dikasih tau mengenai kapan soal arus laut. Tapi visibilitas (jarak pandang) enggak begitu bagus. Ini 3 meter saja sudah bagus," kata Bayu di Kapal Negara (KN) SAR Basudewa, Kepulauan Seribu, Minggu (10/1/2021).

Baca juga: Update Jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182 Hingga Sore, Pesawat Hancur Berkeping-keping sampai Black Box

Ia menuturkan jarak pandang yang pendek itu membuat tim penyelam akan kesulitan dalam proses pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ-182.

"Tingkat visibilitas itu dari jarak pandang. Kalau dia jarak penglihatannya dekat berarti airnya keruh. Biasanya dekat daratan juga airnya keruh. Tapi dipengaruhi juga dengan arus. Kalau arus kencang itu sampahnya kebawa jadi lebih bening," ujarnya.

Lebih lanjut, ia menuturkan waktu yang terbatas juga menjadi kendala tim penyelam.

Sebab, tim penyelam akan kesulitan melakukan proses pencarian jika memasuki malam hari.

Tim Taifib TNI AL memperlihatkan beberapa barang dan pakaian korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang didapat di Kepulauan Seribu.
Tim Taifib TNI AL memperlihatkan beberapa barang dan pakaian korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang didapat di Kepulauan Seribu. (Warta Kota/Joko Suprianto)

"Kalau malam gelap, sebenernya kita bisa menyelam malam hari. Tapi risikonya lebih tinggi dan enggak efektif juga,"ujarnya.

Bayu mengatakan para penyelam akan menyelam di bawah lautan sampai dengan 40 meter untuk memastikan apakah yang berada di dasar laut itu adalah serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 atau bukan.

"Diver akan turun untuk memastikan apakah itu memang potongan pesawat, serpihan atau bukan, tugas kita mastiin," ujar Bayu.

Bayu menyelam di arah selatan Pulau Laki.

Titik-titiknya sudah ditentukan oleh Basarnas.

Alat-alat pun sudah dipersiapkan.

"Yang kita bawa tengki, kompresor, dan sebagainya," tutur Bayu.

Petugas memeriksa benda yang diduga serpihan dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta - Pontianak yang hilang kontak di perairan Pulau Seribu, di Dermaga JICT, Jakarta, Minggu (10/1/2021). Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang hilang kontak pada Sabtu (9/1) sekitar pukul 14.40 WIB di ketinggian 10 ribu kaki tersebut membawa enam awak dan 56 penumpang. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Petugas memeriksa benda yang diduga serpihan dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta - Pontianak yang hilang kontak di perairan Pulau Seribu, di Dermaga JICT, Jakarta, Minggu (10/1/2021). Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang hilang kontak pada Sabtu (9/1) sekitar pukul 14.40 WIB di ketinggian 10 ribu kaki tersebut membawa enam awak dan 56 penumpang. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (Tribunnews/Irwan Rismawan)

"Lebih utamanya menyelam mencari potongan pesawat," sambungnya.

Bayu menjelaskan akan menyelam dengan radius sekira 100-200 meter.

"Kita kedalaman di 30-40 meter radiusnya boleh dibilang 100 -200 meter persegilah," imbuh Bayu.

Dilengkapi dengan tabung oksigen yang bisa bertahan kurang lebih 1 jam.

Menurut Bayu, yang menyelam adalah para diver yang memiliki keahlian dan kualifikasi untuk melakukan pertolongan di bawah air.

"Kita instruktur semua dan memang kita sebelumnya sudah bantu Basarnas waktu Air Asia dan Lion Air. Ini yang ketiga," ucap Bayu.

Sementara itu, Anggota Tim Penyelam Kopaska TNI AL, Mayor Laut Edi Tirtayasa mengatakan bahwa pesawat Sriwijaya Air SJ 182 ditemukan dengan kondisi hancur berkeping-keping di tempat penyelaman sekitar Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta.

Saat menyelam, Edi melihat serpihan pesawat dengan ukuran kecil.

“Di dalam laut ada serpihan pesawat. Pesawat hancur total,” ujar Edi.

Keluarga korban Pesawat Sriwijaya Air bawa bayi 7 hari untuk jalani pengambilan sampel Ante Mortem di RS Polri Kramat Jati
Keluarga korban Pesawat Sriwijaya Air bawa bayi 7 hari untuk jalani pengambilan sampel Ante Mortem di RS Polri Kramat Jati (Warta Kota/Desy Selviany/Istimewa)

Sebelumnya, tim Kopaska TNI AL menemukan bagian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 setelah melakukan penyelaman di sekitar Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Jakarta pada Minggu pagi.

Penemuan bagian pesawat Sriwijaya Air diinformasikan oleh Komandan KRI Teluk Gilimanuk, Letkol Laut Fakhrul.

“Ini ada temuan, akan dibawa ke KRI Kurau,” kata Fakhrul di KRI Teluk Gilimanuk.

Bagian pesawat yang ditemukan seperti pecahan ban pesawat, pelampung penumpang, bagian kelistrikan pesawat, bagian badan pesawat warna biru merah, moncong pesawat, dan lainnya.

Beberapa temuan bagian pesawat Sriwijaya Air telah dibawa ke Kapal KRI Kurau.(Tribun Network/nis/kps/wly)
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Tiga Kemungkinan Penyebab Pesawat Sriwijaya Air Jatuh, KR Baruna Jaya Disiapkan Bantu Pencarian, https://jabar.tribunnews.com/2021/01/11/tiga-kemungkinan-penyebab-pesawat-sriwijaya-air-jatuh-kr-baruna-jaya-disiapkan-bantu-pencarian?page=all

Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul PESAWAT SRIWIJAYA AIR JATUH: Ini 3 Kemungkinan Penyebab Pesawat Sriwijaya Air Jatuh,Kondisi Korban, https://kupang.tribunnews.com/2021/01/12/pesawat-sriwijaya-air-jatuh-ini-3-kemungkinan-penyebab-pesawat-sriwijaya-air-jatuhkondisi-korban?page=all

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved