Kabar Terbaru Pesawat Sriwijaya Air
Pilot dan Copilot Sriwijaya Air SJ182 Ini Dikenal Rajin Ibadah, Kesaksian Arie Untung Bikin Haru
Status sang pilot Captain Afwan itu berbunyi, "Setinggi apapun aku terbang, tidak akan mencapai surga bila tidak shalat lima waktu."
Penulis: Erlina Langi | Editor: Jumadi Mappanganro
Pilot dan Copilot Sriwijaya Air SJ182 yang Jatuh di Laut Selama Ini Dikenal Rajin Ibadah, Ini Kesaksian Arie Untung
MANADO, TRIBUNMANADO.CO.ID - Pilot dan copilot Sriwijaya Air SJ182 yakni Captain Afwan dan Diego Enrile Mamahit dikenal sebagai sosok yang rajib beribadah.
Kesan tentang sosok Captain Afwan diceritakan Presenter Arie Untung yang merupakan adik kelas korban.
Sedangkan tentang Diego Enrile Mamahi diungkap keluarganya yang bermukim di Sulawesi Utara (Sulut).
Sriwijaya Air SJ182 jatuh di laut beberapa menit setelah take off dari Bandara Soekarno Hatta menuju Pontianak, Sabtu (9/1/2021) sekira pukul 14.36 WIB.
Lokasi jatuhnya pesawat ini masih di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta.
Berikut ini cerita dari presenter Arie Untung tentang Captain Afwan melalui unggahan instagramnya, Minggu (10/1/2021).
Arie Untung membagikan status Whatsapp terakhir dari Captain Afwan
Captain Afwan, rupanya merupakan kakak kelas dari Arie Untung.
Hal itu dibeberkan Arie Untung melalui unggahan di Instagram, Minggu (10/1/2021).
Arie Untung membagikan potret Captain Afwan yang merupakan alumnus SMA 38 Jakarta.
"Kakak kelas di SMA. Pilot #SJ182 Captain H Afwan ternyata adalah kakak kelasku di @sman38.jakarta angkatan 85," tulis Arie Untung seperti Grid.ID kutip.
Meski belum pernah bertemu langsung, Arie Untung mengaku sering mendengar cerita mengenai sosok Captain Afwan.
"Beda jauh angkatannya, belum sempat ketemu tapi banyak kisah-kisah baik mengenai beliau," tutur Arie.
Di lingkungan kerja, Captain Afwan rupanya dijuluki sebagai ustaz lantaran selalu mengajak beribadah sholat.
"Di kantor ternyata beliau adalah seorang ustaz, orangnya sabar banget, selalu memakai kopiah putih," lanjutnya.
"Selalu mengajak orang lain sholat, anaknya pun disekolahkan di SDIT di Cibinong," lanjut Arie.
Di halaman kedua unggahannya, suami Fenita Arie ini lalu membagikan status Whatsapp terakhir dari Captain Afwan.
"Silakan digeser, kabarnya status terakhir WA-nya adalah sebuah pengingat buat banyak orang."
"Terlihat beliau sudah mempersiapkan banyak hal untuk pertemuannya dengan Allah," kata Arie.
Status sang pilot itu berbunyi, "Setinggi apapun aku terbang, tidak akan mencapai surga bila tidak shalat lima waktu."
"Allahummagfirlahu warhamhu, wa afifi wa'fu anhu. Selamat jalan bang Haji Afwan," tutup Arie.
Dikenal Ramah dan Rendah Hati
Captain Afwan sehari-hari tinggal di perumahan Bumi Cibinong Indah RT 1/10 Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
Saat kabar duka ini datang, kediaman Captain Afwan terus didatangi kerabat.
Meski begitu, pihak keluarga Captain Afwan masih belum bisa memberi keterangan pada awak media.
Ketua RT setempat, Agus Pamudio menceritakan soal sosok Captain Afwan.
Menurut Agus, Captain Afwan merupakan pribadi yang sangat baik dan ramah.
"Orangnya baik ramah banget, kalau naik mobil lihat ada warga, berhenti, nyapa, kalau pas lagi jalan habis dari Masjid juga nyapa warga ngobrol biasa," katanya.
Agus mengatakan bahwa Ia mendapat kabar mengenai pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dari warga sekitar dan pemberitaan.
Ia pun belum mengetahui pasti terkait peristiwa tersebut.
Agus mengatakan, dia terakhir bertemu sekitar kemarin saat ada acara keagamaan akekah.
Sementara itu saat ini kondisi di kediaman Captain Afwan sudah mulai dipasang tenda.
Keluarga Diego Enrile Mamahit di Sulawesi Utara

Sementara itu, insiden kecelakaan itu juga membawa duka mendalam bagi keluarga Diego Enrile Mamahit di Sulawesi Utara (Sulut)
Salah satunya Pierre Patrick Pangemanan.
Paman Diego Enrile Mamahit ini tinggal di Desa Suwaan, Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara (Minut)
Pierre Patrick Pangemanan menceritakan, orangtua Diego Enrile Mamahit yakni Evie Tuerah dan Boy Mamahit sudah lama tinggal di Jakarta bersama Diego serta kedua kakaknya.
Namun Pierre Patrick Pangemanan mengaku selama ini Diego Enrile Mamahit dan keluarganya rajin menjalin hubungan baik dan silaturahmi dengan keluarga mereka di Suwaan.
Kata Pierre Patrick Pangemanan, Diego adalah sosok yang sangat santun dan religius.
Korban dikenal sangat rajin beribadah. Sedianya ia tidak ada dalam pesawat tersebut.
"Alasannya, Diego sebenarnya mendapat jadwal flight ke Belitung malam hari," ujarnya
Namun tambahnya, agar bisa masuk gereja hari ini, karena flight ke Belitung itu malam, jadinya dia ambil penerbangan yang pukul 14.00 WIB dan naik Sriwijaya Air SJ182 tersebut.
Pangemanan menambahkan Diego merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, meski begitu ia tumbuh menjadi anak cerdas
"Memang bapak dan ibunya sudah lama tidak pulang ke Suwaan, tapi karena keluarga besar tinggal di Suwaan, kita sering kontak-kontak melalui WA Grup keluarga, sehingga tau kabar mereka seperti apa," ucapnya.
Ia mengatakan pastinya keluarga masih mengharapkan adanya keajaiban, sebab diego merupakan salah satu anak kebanggaan dari kelurga besar mereka.
Sementara Kerabat Diego lainnya dari Desa Suwaan yakni Joiske Mamahit turut merasakan duka yang mendalam.
Ia berharap keluarga Diego diberikan yang terbaik oleh tuhan, baik isteri maupun anaknya
"Kami sekeluarga turut merasakan kehilangan yang mendalam atas insiden ini, semoga tuhan menyambutmu Diego Mamahit," tandasnya.
Kronologi
Pesawat Sriwijaya Air dengan kode penerbangan SJY 182 dikabarkan hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021).
Pesawat dengan rute Jakarta - Pontianak tersebut kehilangan kontak setelah 4 menit lepas landas dari Bandara.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyampaikan kronologis peristiwa hilang kontak pesawat Sriwijaya Air itu, pada Sabtu (9/1/2021).
Menurut Kemenhub hilang kontak pesawat udara Sriwijaya Air Rute Jakarta-Pontianak terjadi kontak pukul 14.40 WIB.
Adapun secara teknis kronologis sementara terkait peristiwa tersebut:
- Pesawat Sriwijaya SJY 182 take off dari Bandara Soekarno Hatta menuju Pontianak pada pukul 14.36 WIB.
- Kemudian pada pukul 14.37 WIB melewati 1700 kaki dan melakukan kontak dengan Jakarta Approach. Pesawat diizinkan naik ke ketinggian 29.000 kaki dengan mengikuti Standard Instrument Departure.
- Tetapi pada pukul 14.40 WIB, Jakarta Approach melihat pesawat Sriwijaya Air tidak ke arah 0,75 derajat melainkan ke Barat Laut, oleh karenanya ditanya oleh ATC untuk melaporkan arah pesawat.
- Tidak lama kemudian dalam hitungan detik, pesawat hilang dari radar. Manajer operasi langsung berkoordinasi dengan Basarnas, Bandara tujuan, dan instansi terkait lainnya.
Menurut data, total penumpang Pesawat 50 orang terdiri dari 40 dewasa, 7 anak-anak dan 3 Bayi serta ditambah 12 orang dengan 6 kru aktif dan 6 ekstra kru. (*)