Terkini Nasional
Pekan Depan Vaksinisasi Dilakukan, Jokowi: Kalau Tidak Mau Rugikan Diri Sendiri dan Orang Lain
Vaksinasi penting untuk membentuk kekebalan komunitas atau herd immunity guna menghentikan penyebaran virus corona.
Vaksinasi dimulai pada pekan depan.
Total akan ada 182 juta atau 70 persen penduduk Indonesia yang divaksin secara bertahap.
Pada tahap pertama, vaksin akan diperuntukkan bagi para pejabat publik seperti presiden dan kepala daerah.
Ada dua jenis vaksin yang sudah diberi izin edar sebagai penggunaan darurat, yakni vaksin Moerdna dan Pfizer.
Menurut pakar penyakit menular dari Vanderbilt University, Dr. William Schaffner, kedua jenis vaksin tersebut telah diperiksa secara ketat oleh badan berwenang dan independen.
Jadi, tidak ada alasan bagi masyarakat untuk mengkhawatirkan keamanan vaksin tersebut.
"Vaksin tidak seperti obat yang dapat menumpuk di tubuh Anda. Jadi, tidak akan mengubah susunan dalam tubuh sehingga menyebabkan efek samping jangka panjang nantinya," ucapnya.
Menurut data Cleveland Clini, agar vaksin ini benar-benar ampuh menghentikan pandemi harus ada sekitar 50 hingga 80 persen populasi yang harus mendapatkan vaksin agar tercapai kekebalan kelompok atau herd immunity.
Namun, ada beberapa kelompok orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin.
Berikut beberapa kelompok orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin:
1. Orang dengan alergi
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) ada beberapa orang pernah mengalami reaksi alergi yang parah setelah mendapatkan vaksin COVID-19.
Itu sebabnya, CDC menyarankan agar orang-orang yang memiliki reaksi alergi parah terhadap salah satu bahan dalam vaksin COVID-19 untuk tidak boleh melakukan suntik vaksin.
Orang yang pernah mengalami reaksi alergi parah terhadap jenis vaksin lain atau terapi suntik juga harus berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan vaksin.