Blusukan Mensos Risma
Mensos Risma Akhirnya Tanggapi soal Blusukannya yang Disebut Settingan hingga Diberi Nama Ratu Drama
Aksi blusukan Menteri Sosial Tri Rismaharini ini tengah menjadi sorotan publik.
@Andhy_SP211 menyertakan kiriman dua foto wajah seorang pemulung berambut dan berkumis putih, bertopi hitam, serta mengenakan masker.
@Andhy_SP211 juga menyertakan tangkapan layar dari kiriman akun Facebook yang bernama Adhe Idol.
“Kalau yang menghadap ke depan atau yang rambutnya putih/ubanan itu kek kenal itu, tukang jualan poster Soekarno. Memang dia orang PDIP. Lokasi jualannya Jalan Minangkabau Manggarai. Selain itu dia jualan es kelapa muda juga. Terciduk juga,” tulis Adhe Idol dalam tangkapan layar yang diunggah @Andhy_SP211.
Selain itu, @Andhy_SP211 juga menyertakan tangkapan layar dari layanan peta digital Google Maps.
Tangkapan layar Google Maps tersebut berisi foto sebuah toko poster dan bingkai Bung Karno.
Kompas.com kemudian menyambangi toko poster dan bingkai Bung Karno yang disebutkan Adhe Idol lalu diunggah @Andhy_SP211 pada Kamis (7/1/2021) siang.
Toko tersebut berlokasi di Jalan Minangkabau, Pasar Manggis, Setiabudi, Jakarta Selatan.
Kompas.com berhasil menemukan toko tersebut dan menemui pemiliknya, Doni BK (59).
Doni mengaku menyayangkan adanya unggahan yang mengaitkan toko miliknya dengan pemulung yang ditemui Risma.
Ia membantah sosok gelandangan dalam twit @Andhy_SP211 adalah dirinya.
“Bahwasanya itu pemulung (gelandangan) itu berstatus jual bingkai itu tidak benar. Pedagang aslinya saya,” ujar Doni saat ditemui, Kamis (7/1/2021) siang.
Ia menyebutkan, sosok pemulung yang di dalam foto tersebut bernama Nur Saman. Nur Saman diakui sebagai teman sekaligus tetangganya.
“Yang (pemulung) ditemui (Risma) itu bukan berstatus seorang pedagang foto Bung Karno. Makanya saya enggak terima itu,” tambah Doni.
Doni kemudian menunjuk sebuah sudut di pinggir Kali Minangkabau. Di sana, Nur Saman sedang duduk.
Anak Doni Dibully
Pemilik toko poster dan bingkai Bung Karno di Setiabudi, Jakarta Selatan, Doni BK beserta keluarga mengaku di-bully setelah dirinya dan tokonya viral di media sosial.
Di media sosial, Doni disebut sebagai pemulung yang memiliki toko poster dan bingkai Bung Karno. Isu tersebut dihembuskan setelah Menteri Sosial Tri Rismaharini blusukan di kawasan jalan protokol Sudirman-Thamrin pada 4 Januari 2021.
Narasi yang dibangun twit dan balasan komentar pada akun @Andhy_SP211 seolah-olah pemulung yang ditemui Risma diatur sedemikian rupa atau di-setting.
“Komen (bully) di media sosial sampai anak nangis. Anak keempat itu di-bully lewat medsos. Kok begitu dibilang, biar laku jualannya. Katanya pencitraan,” kata Doni saat ditemui di tokonya di Jalan Minangkabau, Pasar Manggis, Setiabudi, pada Kamis (7/1/2021) siang.
Anaknya dirundung oleh teman-temannya akibat postingan Twitter yang bernada miring.
Anaknya malu karena ayahnya disebut melakukan pencitraan menjadi pemulung dan bertemu Risma. Padahal, pemulung itu orang yang berbeda.
Anak Doni, Deri Setiadi (19) menceritakan bullying yang ia terima.
Di lingkaran pertemanannya, ayah Doni menjadi sorotan.
“Di komentar-komentar begitu. Mengejek. Kok jualan gitu, aktingnya jago. Di Twitter bilang jago setting. Padahal itu orang ngga tau kebenarannya,” ujar Deri saat ditemui bersama Doni.
Doni mengaku menyayangkan adanya unggahan yang mengaitkan toko miliknya dengan pemulung yang ditemui Risma.
Ia membantah sosok gelandangan dalam twit @Andhy_SP211 adalah dirinya.
Cerita Mengharukan
Ada cerita mengharukan Menteri Sosial, Tri Rismaharini, saat bertemu pemulung di Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Nama pemulung itu adalah Faisal Tanjung (43).
Dia merupakan salah satu dari 22 pemulung atau disebut Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang ditempatkan di Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pemulung (BRSEGP) Pangudi Luhur Bekasi, Bekasi Timur.
Faisal menceritakan saat dijangkau Risma di kawasan Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Kala itu, meski Faisal tak memiliki rumah, ia mengaku hendak pulang ke kediamannya saat ditanya Risma.
"Pas pagi-pagi ketemu. Saya habis mulung, abis itu mobil Bu mensos dengan polisi, ditanya 'kamu mau kemana?', 'mau pulang bu', kata saya," ucap Faisal di lokasi, Kamis (7/1/2021).
Alih-alih beralasan mau pulang, Faisal malah diminta Risma untuk menuju Kantor Kementerian Sosial di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat.
"Habis itu ditanya, 'terus mau naik apa? Ke kementrian lah dulu, mau naik apa? Bajai ya?'. Saya bilang naik Bajai saja," ujarnya.
Kemudian seorang staf Risma memanggil sopir bajaj dan kemudian memberinya uang untuk mengantarkan Faisal ke Kantor Kemensos.
Setelah sampai, ia kemudian dilakukan didata sebelum ditempatkan ke BRSEGP.
"Ada supir bajai dateng trus dikasih uang entah berapa untuk supir bajai. Terus dibawa ke Kementrian Sosial, abis dibawa langsung di data, dikasih makan dulu, langsung dibawa ke Bekasi," kata Faisal.
PPKS yang telah 3 tahun di Jakarta Pusat itu, berharap bisa dibina agar memiliki keterampilan agar bisa bekerja dan tak kembali ke jalanan.
Cerita Pemulung
Ada cerita mengharukan Menteri Sosial, Tri Rismaharini, saat bertemu pemulung di Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Nama pemulung itu adalah Faisal Tanjung (43).
Dia merupakan salah satu dari 22 pemulung atau disebut Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang ditempatkan di Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pemulung (BRSEGP) Pangudi Luhur Bekasi, Bekasi Timur.
Faisal menceritakan saat dijangkau Risma di kawasan Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Kala itu, meski Faisal tak memiliki rumah, ia mengaku hendak pulang ke kediamannya saat ditanya Risma.
"Pas pagi-pagi ketemu. Saya habis mulung, abis itu mobil Bu mensos dengan polisi, ditanya 'kamu mau kemana?', 'mau pulang bu', kata saya," ucap Faisal di lokasi, Kamis (7/1/2021).
Alih-alih beralasan mau pulang, Faisal malah diminta Risma untuk menuju Kantor Kementerian Sosial di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat.
"Habis itu ditanya, 'terus mau naik apa? Ke kementrian lah dulu, mau naik apa? Bajai ya?'. Saya bilang naik Bajai saja," ujarnya.
Kemudian seorang staf Risma memanggil sopir bajaj dan kemudian memberinya uang untuk mengantarkan Faisal ke Kantor Kemensos.
Setelah sampai, ia kemudian dilakukan didata sebelum ditempatkan ke BRSEGP.
"Ada supir bajai dateng trus dikasih uang entah berapa untuk supir bajai. Terus dibawa ke Kementrian Sosial, abis dibawa langsung di data, dikasih makan dulu, langsung dibawa ke Bekasi," kata Faisal.
PPKS yang telah 3 tahun di Jakarta Pusat itu, berharap bisa dibina agar memiliki keterampilan agar bisa bekerja dan tak kembali ke jalanan.
Sejak dilantik pada 28 Desember 2020 lalu, Menteri Sosial Tri Rismaharini gencar berkeliling Jakarta mencari para pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial (PPKS).
Setelah lebih dari seminggu menjabat, Risma telah menjaring sebanyak 22 PPKS di Jakarta yang ditempatkan di Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelangdangan dan Pemulung (BRSEGP) Pangudi Luhur Bekasi, Bekasi Timur.
"Ada 22 PPKS dari sejak tanggal, beliau dilantik hari pertama kerja sampai dengan hari ini. Semuanya dari wilayah DKI Jakarta," kata Kepala BRSEGP Pangudi Luhur, Kokom Komalawati di lokasi, Kamis (7/1/2021).
Mereka yang baru siang tadi diantarkan ke BRSEGP, nantinya akan mendapatkan pelatihan kewirausahaan dan keterampilan untuk membekali diri mereka.
"Kegiatannya ada kewirausahaan, ada bermacam-macam yang sudah berjalan selama ini, ada keterampilannya, menjahit kemudian ternak lele," ucapnya.
Terdapat pula pelatihan pemilahan sampah, tanaman hodroponik beserta pembuatan pupuk kompos dan menanam tumbuhan.
Pihaknya juga akan melakukan monitoring terkait kondisi psikologis, mental dan kesehatan PPKS selama ditempatkan di BRSEGP.
Tuai kritik
Aksi blusukan yang dilakukan Menteri Sosial Tri Rismaharini di wilayah Sudirman-Thamrin menjadi perbincangan publik di sosial media.
Pasalnya, dalam blusukan ke jantung Kota Jakarta itu Risma menemui Tunawisma.
Risma pada Senin (4/1/2021) pagi menyusuri jalur pedestrian Jalan Thamrin, Jakarta Pusat. Ia pun bertemu dengan tiga tunawisma.
Sejak blusukan Risma ramai diperbincangkan publik, kini tunawisma di Jakarta Pusat mulai marak ditemui, Rabu (6/1/2020).
Setelah aksi blusukan Mensos Risma blusukan menemui tunawisma di beberapa ruas jalan di Jakarta, sejumlah tunawisma mulai marak terlihat di jalanan Ibu Kota.
Pantauan Wartakotalive.com, di Jalan Salemba hingga jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, beberapa gerobak berhenti di pinggir jalan.
Ada pula tunawisma yang hanya duduk sambil membawa karung.
Meski tidak bergerombol, para tunawisma muda ditemukan di sejumlah ruas jalan tersebut.
Beberapa dari mereka ada membawa gerobak dengan muatan kardus-kardus di dalam gerobak itu.
Tak hanya di ruas jalan Kramat Raya dan Salemba, para tunawisma juga terlihat di sekitar Gereja Katedral, Sawah Besar.
Ada sekitaran lima orang tunawisma yang duduk di trotoar, ada beberapa dari mereka juga membawa gerobak.
Menyikapi hal itu, Kepala Suku Dinas Sosial (Kasudinsos) Jakarta Pusat, Ngapuli Parangin-angin tak menampik soal keberadaan tunawisma di Jakarta Pusat.
Ia bahkan membenarkan jika kini fenomena tunawisma di Jakarta Pusat mulai marak beberapa akhir minggu ini.
"Kita tidak tahu ada apa ini, tiba-tiba banyak kan. Jadi tanda tanya juga. Jadi pertanyaan juga," ungkapnya Ngapuli Parangin-angin, Rabu (6/1/2021).
Ngapuli tak bisa menuding maraknya fenomena tunawisma, dampak dari blusukan Mensos Risma.
Apalagi dalam blusukan itu Risma menjanjikan tempat penampungan bagi para tunawisma.
"Ini agak curiga apakah informasi seperti itu orang yang dari luar Jakarta pada datang ke Jakarta sama kayak Lebaran," katanya.
PMKS juga bermunculan di kawasan Sudirman-Thamrin pada Rabu hari ini.
Koordinasi dengan Satpol PP
Meski begitu, Sudin Sosial Jakarta Pusat kini tengah berkoordinasi dengan Satpol PP.
Koordinasi itu untuk melakukan penyisiran wilayah secara rutin.
Bahkan tadi malam pihaknya juga melakukan penjangkauan terhadap 29 Tunawisma.
Ngapuli, tak dapat memastikan apakah para Tunawisma tersebut datang dari luar Jakarta atau telah dikoordinir oleh oknum.
Saat ini pihaknya masih melakukan assesment kepada para tunawisma yang sempat dijangkau tadi malam.
"Saya ngak berani ngomong sebelum lakukan assesment. Karena kita masih telusuri nanti hasil assesmentnya pasti ke baca, kenapa mereka dan ada apa. Saat ini belum bisa simpulkan," ucapnya.
Warganet minta Pemprov buka rekaman CCTV
Temuan tunawisma di kawasan Sudirman-Thamrin membuat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diserang oleh para 'pembencinya'.
Anies Baswedan dianggap tidak bisa menangani masalah gelandangan dan pengemis, apalagi ditemukan di kawasan sentral seperti Sudirman-Thamrin.
Meski demikian, sebagian pihak mempertanyakan temuan tersebut.
Hingga frasa #Sudirman menjadi trending topik Twitter sepanjang Selasa (5/1/2021).
Sejumlah karyawan yang bekerja di kawasan Sudirman-Thamrin mengaku tidak pernah menjumpai adanya gelandangan yang mondar-mandir di kawasan Sudirman.
"Bang @aniesbaswedan dan @SatpolPP_DKI selama sy 8 th kerja di daerah sudirman thamrin ngga pernah ketemu tunawisma besok besok kalau ada tunawisma yang tiba tiba ada di daerah utama, tangkap aja! Tuman! Supervisornya juga tangkap aja," tulis akun kusumawardhana.
"Jangan ngelawak lah .. anak baru bikin lucuk lucukan di jkt. Gembel masuk scbd atau mega kuningan aja bisa diparanin satpam.. ini kok sudirman/thamrin? Ngelawaknya parah bro @KemensosRI?" tulis iamJackthe.
Sejumlah warganet curiga temuan itu digunakan untuk mendiskeditkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan,
Lantaran ragu pada temuan Risma, sejumlah netizen meminta Gubernur Anies Baswedan agar membuka CCTV yang berada di sepanjang jalan tersebut untuk mengungkap darimana asalnya gelandangan tersebut.
“Sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin kan hampir semuanya bisa dipantau lewat CCTV. Coba dicek aja itu tunawisma datangnya darimana, dan bandingkan aja hari-hari sebelumnya ada gak mereka di sana,” kata @AlasBanjaran.
Juru bicara Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDem) Enggal Pramesti melalui juga mendesak agar Pemprov DKI membuka CCTV untuk menjawab keraguan publik.
“Wan @aniesbaswedan CCTV Jalan Sudirman dong. Gw mulai curiga nih,” tulis @EnggalPMT
Tanggapan Pemprov DKI
Sementara itu, menanggapi temuan Risma, Kasudin Sosial Jakarta Pusat Ngapuli Parangin-angin heran dengan temuan Tunawisma di kawasan Sudirman.
"Saya juga nggak tahu kok tiba-tiba ada di sana. Selama ini kan tim kita dan Pol PP juga mobile. Kalau menurut analisis kita, itu orang sekitar, rumahnya sekitar situ. Pas banget dia keluar, sekitar situ (Karet)," kata Ngapuli
Ngapuli menyebut pihaknya kerap melakukan patroli setiap hari, tapi tidak pernah menemukan tunawisma di kawasan Sudirman-Thamrin
"Selama ini juga nggak ada kan. Jadi namanya menteri pas lewat, dia keluar. Kalau menetap, kita sudah selamatkan dari awal-awal. Tim kita juga lagi sisir, nggak ketemu ketemu juga, karena Pak Wagub juga sudah nanya kenapa ada di sana. Kita juga bingung, kan," katanya.
"Tim kita kan ada mobile setiap hari, ada P3S, Pol PP juga mobile, pagi-sore. Nggak mungkin nemu gitu dibiarin, apalagi tim sosial. Kalau pas kita lihat, kita selamatkan," imbuh Ngapuli. (abs)
Penulis: Rangga Baskoro | Editor: Mohamad Yusuf
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Begini Reaksi Risma saat Blusukannya Disebut Settingan, https://wartakota.tribunnews.com/2021/01/08/begini-reaksi-risma-saat-blusukannya-disebut-settingan?page=all.