Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Uskup Rolly Rayakan HUT Ke-64, Pimpin Rekoleksi Virtual "Fratelli Tutti"

Ensiklik ini ingin menanggapi banyak bayang-bayang gelap itu dengan contoh cemerlang, bentara harapan yaitu Orang Samaria yang baik hati.

Istimewa
Uskup Rolly Untu menjelaskan tentang Ensiklik Fratelli Tutti dalam rekoleksi daring perayaan HUT ke-64, Senin (4/1/2021). 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Uskup Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC merayakan ulang tahun ke-64, Senin (4/1/2021), dengan cara yang unik.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, Uskup Rolly tidak membuat open house karena situasi pandemi Covid-19.

Uskup Rolly, pastores dan umat merayakan HUT itu secara virtual via Zoom Meeting.

Perayaan virtual juga bukan dalam bentuk pesta melainkan dalam bentuk rekoleksi virtual.

Rekoleksi dibawakan langsung oleh Uskup Rolly dengan materi “Ensiklik Fratelli Tutti”.

Fratelli tutti (Saudara Sekalian) adalah ensiklik ketiga Paus Fransiskus yang beranak judul "Tentang Persaudaraan dan Persahabatan Sosial".

Dalam dokumen tersebut, Paus Fransiskus menyatakan bahwa cara penanganan pandemi Covid-19 oleh negara-negara dunia menunjukkan kegagalan dalam kerja sama global.

Ensiklik tersebut menyerukan persaudaraan dan solidaritas yang lebih manusiawi, dan merupakan sebuah dorongan untuk menolak perang.

Paus Fransiskus menandatangani ensiklik ini di Assisi, tempat kelahiran dan hidup St Fransiskus dari Assisi, 3 Oktober 2020.

Hari berikutnya, 4 Oktober, ensiklik tersebut dipublikasikan.

Rekoleksi diberikan kepada pastores, perwakilan hidup bakti dan umat Keuskupan Manado yang berkesempatan hadir secara virtual.

Yang menjadi moderator ialah Diakon Micky Kojongian, asisten uskup.

Uskup Rolly yang banyak bereferensi pada ringkasan Isabella Piro mengatakan, ensiklik ini berfokus pada persaudaraan dan persahabatan sosial yang inspirasinya ditemukan dalam kisah dan spiritualitas St Fransiskus Assisi.

Uskup membahas bab per bab.

Ia memulai dengan bab I "Awan-awan gelap yang meliputi dunia".

Ia menyebut banyak penyimpangan zaman ini: manipulasi dan deformasi konsep-konsep demokrasi, kebebasan, keadilan; hilangnya makna komunitas sosial dan sejarah; cinta diri dan ketidakpedulian terhadap kesejahteraan bersama; meningkatnya logika pasar yang didasarkan pada keuntungan dan budaya membuang; pengangguran, rasisme, kemiskinan; ketidaksamaan hak dan akibat-akibatnya seperti perbudakan, perdagangan manusia, dan sebagainya.

Ia mengatakan, Paus menekankan bahwa masalah-masalah global ini membutuhkan tindakan-tindakan global.

"Diingatkan pula bahaya “tembok-tembok budaya” yang menyuburkan kejahatan terorganisir, yang disulut oleh ketakutan dan kesendirian," katanya.

Mengenai Bab II "Orang-orang asing di jalan", Uskup Rolly mengatakan, ensiklik ini ingin menanggapi banyak bayang-bayang gelap itu dengan contoh cemerlang, bentara harapan yaitu Orang Samaria yang baik hati.

Ia mengatakan, dalam masyarakat yang tidak sehat ini kita dipanggil, seperti orang Samaria yang baik itu, untuk menjadi sesama bagi yang orang-orang lain.

Kita bertanggung jawab bersama menciptakan masyarakat yang bisa menerima, mengintegrasikan dan mengangkat mereka yang telah jatuh atau menderita.

Kasih membangun jembatan dan “kita diciptakan untuk mencintai”.

Dalam Bab III "Visi dari dunia yang terbuka", ia mengatakan, Paus mendorong kita untuk pergi “’keluar’ diri sendiri” untuk menemukan “eksistensi lebih penuh dalam diri orang lain”, dengan membuka diri terhadap yang lain sesuai dengan dinamika cinta kasih yang membuat kita terarah kepada “kepenuhan universal”.

Hidup rohani seseorang diukur dengan cinta kasih, yang selalu “menempati tempat pertama” dan menuntun kita untuk mencari apa yang lebih baik bagi hidup orang lain, jauh dari cinta diri.

Rasa solidaritas dan persaudaraan dimulai dalam keluarga yang harus dijaga dan dihormati perutusan pertama dan utama mereka dalam pendidikan.

Semua orang berhak untuk hidup secara bermartabat, tidak ada seorangpun yang dikecualikan.

Bapa Paus meminta kita untuk mempertimbangkan “etika hubungan-hubungan international”, karena setiap negara juga milik dari orang-orang asing dan kemakmuran suatu wilayah tidak bisa dielakkan bagi mereka yang membutuhkan dan datang dari tempat.

Dalam Bab IV "hati terbuka kepada dunia", Uskup mengatakan, Paus berbicara tentang migrasi.

Para migran hidup dalam keadaan bahaya, baik peperangan, penganiayaan, bencana alam, dan sebagainya.

Mereka harus diterima, dilindungi, didukung.

Memang migrasi yang tidak perlu hendaknya dihindari dengan menciptakan kesempatan-kesempatan hidup di negara asal.

Namun sekaligus kita perlu menghormati hak untuk mencari kehidupan yang lebih baik di mana pun.

Mengenai Bab V "Politik yang lebih baik", menurut Uskup Rolly, politik yang lebih baik merupakan salah satu bentuk amat berharga dari karya kasih, karena melayani kesejahteraan bersama dan mengakui pentingnya orang-orang.

Politik memberi ruang untuk diskusi dan dialog.

Politik yang lebih baik juga yang melindungi pekerjaan, sebagai “dimensi hakiki hidup sosial”.

Tugas politik adalah untuk menemukan solusi bagi semua yang menyerang hak-hak asasi manusia, seperti penolakan sosial; perdagangan organ-organ tubuh, senjata, narkoba; eksploitasi seksual; perbudakan, terorisme dan kejahatan terorganisir.

Paus menyerukan untuk secara definitif menghapuskan perdagangan manusia yang merupakan “sumber yang memalukan bagi umat manusia”, dan kelaparan yang merupakan “kriminal” karena makanan adalah “hak yang harus ada”.

Politik juga harus berpusat pada martabat manusia dan tidak tunduk pada ekonomi.

Harapan lain juga disampaikan berkaitan dengan reformasi PBB: dalam menghadapi dominasi dimensi ekonomi.

PBB diharapkan menjadi “keluarga bangsa-bangsa” yang bekerja untuk kesejahteraan umum, pengentasan kemiskinan dan perlindungan hak-hak manusia.

Acara dilanjutkan menyanyi selamat ulang tahun yang dipimpin Pastor Feighty Boseke.

Setelah materi ada ucapan selamat dari perwakilan para pastor dan awam.

Yang didaulat mengucapkan selamat antara lain vikaris episkopalis/vikep (wakil uskup) Kevikepan Tonsea Pastor Ferry Runtu, vikep Tomohon Pastor Berty Imbar, Vikep Tondano/Mitra Pastor Leksi Nangoy, Vikep Stella Maris Pastor Canis Rumondor MSC.

Juga Pastor Joy Derry, Ketua Komisi PSE Keuskupan Manado, yang tugas Natal di Kevikepan Palu; Pastor Cor Keban MSC mewakili Vikep Luwuk Banggai.

Selain itu, Pastor Hanny Mentang mewakili Vikep Tombulu, Pastor Stevi Undap mewakili Vikep Nusa Utara, Pastor Melky Malingkas mewakili komisi dan seminari, suster Monica JMJ mewakili para suster.

Juga Pastor Maxi Manewus, Direktur Bruder Tujuh Duka Cita Maria (BTD), Juli Saroingsong mewakili umat Keuskupan Manado dan Credit Union, dan Pastor Steven Lalu, Sekretaris Eksekutif Komisi Sosial Komunikasi Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Pastor Johanis Ohoitimur MSC sebagai Rektor Universitas Katolik De La Salle juga mengucapkan selamat atas nama universitas De La Salle, yayasan dan Yayasan Lokon.

Pastor Yong, sapaannya, juga berdoa penutup.

Semua ditutup berkat dari Uskup Rolly. (*)

Baca juga: Presiden Jokowi Ingatkan Menteri dan Kepala Daerah Kawal Bansos dan Tidak Ada Potongan

Baca juga: Pemkab Minahasa Percepat Program Penyaluran Bantuan Produktif Usaha Mikro

Baca juga: Terkait Penemuan Drone di Laut Sulawesi Selatan, Prabowo: Jangan Terjebak Polemik Kontraproduktif

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved