Berita Internasional
Kim Yo Jong Bisa Menjadi Diktator Perempuan Pertama di Sejarah Modern Ini
Kritik kasar Kim Yo-Jong lebih mengecewakan bagi Moon Jae In karena hanya sehari sebelum ledakan merupakan perayaan kesepakatan gabungan Utara-Selatan
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sosok nomor 2 di Korea Utara yaitu adik Kim Jong-Un, Kim Yo Jong, malah mendapat porsi sorotan lebih banyak.
Kim Yo Jong meningkat sangat cepat popularitasnya di tahun 2020 ini.
Hal ini membuatnya menjadi sosok yang kuat menggantikan kakaknya atau justru menjadi musuhnya.
Dikutip dari Yahoo News, Kim Yo Jong yang berusia 32 tahun itu telah membuat keberadaannya semakin diakui.
Dalam pernyataan yang ia buat, meskipun disampaikan oleh Kim Jong-Un, Kim Yo Jong memastikan namanya tidak akan dilupakan orang lagi.
Pernyataan yang dimaksud adalah saat ia umumkan Juni lalu kecamannya terhadap para pembelot Korea Utara yang menembakkan balon dari Korea Selatan.
Balon tersebut berisi selebaran berisi kritik atas rezim Korea Utara.
Mereka adalah "sampah manusia tidak bernilai sebagai manusia", "sejenis hewan liar yang mengkhianati rumah mereka sendiri", itu adalah sekian maki-makiannya kepada para pembelot Korea Utara itu.
Ini merupakan "waktu membawa pemilik mereka" dan menanyai "otoritas Korea Selatan jika mereka siap menghadapi konsekuensi tindakan setan oleh anjing yang tidak malu menjelek-jelekkan kami sembari menceritakan 'isu nuklir' dengan cara sejahat mungkin."
Itu hanyalah segelintir retorika berwarna Kim Yo Jong, lebih ekstrim daripada apapun yang dikatakan Kim Jong-Un di publik sejak menjabat.
Dewan Perwakilan Rakyat Korea Selatan yang didominasi oleh partai berkuasa yang menaungi Presiden Moon Jae-In, bulan ini menyatakan ilegal untuk membakar selebaran dan permen dan uang serta flash drive berisi kehidupan baik di selatan ke zona demiliterisasi dan masuk ke wilayah-wilayah Korea Utara yang diliputi kelaparan.
Moon Jae-In sendiri mengadopsi kebijakan berpaling ke orang lain setelah tentara Korea Utara pada 16 Juni meledakkan kantor demiliterisasi atas perintah Kim Yo Jong kepada militer Korea Utara.
Ledakan tersebut terdengar bermil-mil jauhnya, tunjukkan maksudnya saat ia meminta Korea Selatan "siap" untuk "penutupan kantor" yang "keberadaannya hanya menambah masalah saja."
Kritik kasar Kim Yo-Jong lebih mengecewakan bagi Moon Jae In karena hanya sehari sebelum ledakan merupakan perayaan kesepakatan gabungan Utara-Selatan di Pyongyang antara Kim Jong-Il dan mantan Presiden Korea Selatan Kim Dae Juung.
Ia telah meminta dua negara saat itu untuk "beranjak maju, perlahan-lahan, menuju rekonsiliasi nasional, perdamaian dan reunifikasi."