Tajuk Tamu
Tim Sukses dan Personal Branding
Perhelatan pemilihan kepala daerah dan wali kota/bupati telah selesai dilaksanakan lebih dua pekan lalu.
Penulis: maximus conterius | Editor: Alexander Pattyranie
Tajuk Tamu oleh Teddy Tandaju SE MBA (Advanced).
Certified Business Coach & Dosen Fakultas Ekonomi
Unika De La Salle Manado
TRIBUNMANADO.CO.ID - Perhelatan pemilihan kepala daerah dan wali kota/bupati telah selesai dilaksanakan
lebih dua pekan lalu.
BERITA PILIHAN EDITOR :
Baca juga: Gibran Mengaku Kenal Juliari Batubara tapi Tidak Pernah Ketemu, Merasa Dirugikan dengan Pemberitaan
Baca juga: Oknum Polisi Tahan Tangis, Dengar Putusan Hukuman 5 Tahun Penjara Mohon Pikir-pikir Yang Mulia
Baca juga: Sejak 2000 Silam Tercatat 119 Wartawan Dibunuh, Negara Berikut Ini yang Paling Berbahaya
TONTON JUGA :
Hasil penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan Kabupaten/Kota telah
menetapkan pasangan terpilih.
Akhirnya, pesta demokrasi terlaksana sesuai rencana meskipun masih dalam suasana pandemi covid 19.
Sebagai warga Kota Manado, saya turut serta aktif dalam proses pesta demokrasi ini yang sebenarnya
tidak saya ikuti aktif lebih dari 15 tahun, dengan kata lain, saya memilih sebagai golongan khusus
dan hanya memilih pada tingkatan tertentu saja.
Menarik sekali pesta demokrasi khususnya untuk Wali Kota dan Wakil untuk Kota Manado di tahun 2020
karena terdapat empat calon yang memiliki Visi, Misi, Karakter dan Prestasi yang sangat kompetitif & ‘menjual’
meskipun program yang ditawarkan, secara pribadi, saya nilai ada yang realistis dan ada yang ‘sulit
bahkan cenderung tidak dapat tercapai’.
Setelah melewati pemilihan langsung pada tanggal 9 Desember 2020, dan hasil quick count (sebagai hasil
bayangan yang dapat dijadikan tolak ukur) terlihat di malam hari, pendukung pasangan calon (paslon)
tertentu sudah menyatakan kemenangan walaupun hal ini belum ditetapkan oleh KPU.
Euphoria pendukung tentunya tak dapat dibendung, berbagai konvoi pada malam itu dilakukan
pendukung paslon pemenang berkeliling kota dan sekitaran.
Sambil menonton konvoi kelompok pemenang yang meluapkan kegembiraan, saya menyempatkan
diri berbincang dengan beberapa teman yang sudah sangat lama menjadi pendukung partai politik
tertentu dan dapat dikategorikan sebagai pengamat politik lokal matang; dibandingkan saya yang
sebenarnya baru kali ini terlibat ‘keras’ dan menjadi salah satu relawan pendukung paslon tertentu.
Dari perbincangan ini, kami membahas berbagai point dalam pilkada dan porsi terbesar dalam
diskusi kami berada di rana anggota tim sukses (TS) paslon.
Berbagai pendapat, tanggapan, argumentasi dikemukakan rekan saya ini yang saya setujui namun
ada juga yang tidak sepaham.
Ada satu point yang saya utarakan dalam perbincangan ini bahwa seorang tim sukses adalah
seorang agen pemasaran yang harus memiliki Personal Branding (Merek Pribadi) yang kuat.
Apa itu Personal Branding? Menurut Bean Intermedia (2020) Personal Branding merupakan teknik
mempromosikan diri dan mempertahankan reputasi dan kesan individu.
Tiga hal penting yang perlu dipadukan adalah keterampilan, pengalaman, dan kepribadian diri
agar menjadi suatu personal branding yang dikenal orang.
Dengan demikian seorang TS otomatis adalah cerminan paslon yang diusung.
Meskipun harus diakui ada unsur atau faktor lain bagi seorang pemilih untuk memilih paslon tertentu,
namun peran TS turut berkontribusi besar dalam menarik simpati pemilih.
Sifat, karakter, reputasi, prestasi, serta cara komunikasi seorang TS akan sangat berpengaruh
dalam menarik simpati masyarakat.
Hal ini sejalan dengan hasil yang saya peroleh dalam beberapa focus group discussion selama
memfasilitasi kuliah Marketing & Business bahwa Personal Branding sangat berpengaruh atas sukses
tidaknya kita menarik pelanggan dan bahkan menjadikan pelanggan sebagai loyal customers.
Oleh karenanya, Personal Branding seorang TS berkontribusi besar dalam menarik suara pemilih.
Bagaimana seorang pemilih akan mempercayai seroang TS yang notabene tidak memiliki prestasi
khusus, memiliki gaya hidup buruk, sering membuat keonaran di tengah masyarakat dan bahkan
seorang yang sering menyebar ujaran kebencian terhadap paslon lain baik secara langsung maupun
dalam media sosialnya?
Dapatkah seorang TS seperti ini diikuti dan didukung warga yang menjadi target market-nya?
Bandingkan dengan seorang TS yang memiliki reputasi dan prestasi tinggi serta kemampuan
komunikasi efektif dan empatik, tidak pernah menjatuhkan atau menyebar ujaran kebencian
terhadap paslon lain dan hanya berfokus pada strong personal branding formation dan terus solid bergerak?
Sudah pasti jawabannya bahwa tidak ada yang ingin mengikuti TS yang berkarakter negatif.
It’s all about trust.
Jelas terlihat dan dapat saya buktikan bahwa beberapa pemilih yang ada di sekitar tempat tinggal
saya akhirnya berpindah haluan memilih paslon yang diarahkan TS ber-personal branding positif.
Di akhir pembicaran kami di malam 9 Desember 2020, terbersit ada kekecewaan rekan-rekan saya
yang menyesali salah memilih tim sukses untuk meng-goalkan paslon yang diusung mereka.
Saya hanya bisa memberikan komentar singkat, “Next time, try to get more qualified tim-sukses
who have great personal branding to be trusted by the society”.
(Tribunmanado.co.id/Aco)
BERITA TERPOPULER :
Baca juga: Pratiwi Noviyanthi, Sosok Pramugari yang Pilih Pensiun Dini, YouTuber dengan Subscribers 356K
Baca juga: Keputusan Tokoh Dunia yang Berujung Kacau Balau, Skotlandia Kehilangan Separuh Warga Karena Pandemi
Baca juga: Sandiaga Disuruh Pakai Kemeja Putih, Tak Mengira Dipilih jadi Menteri: Saya Jawab Bismillah
TONTON JUGA :