Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Menteri KKP Baru

Sosok Sakti Wahyu Trenggono Sebelumnya Dampingi Prabowo Subianto, Kini Diangkat Jadi Menteri KKP

Sebelumnya diketahui Presiden Joko Widodo memanggil para calon menteri ke Istana Negara. Terkait hal tersebut kini ditetapkan 6 menteri baru.

Editor: Glendi Manengal
Tribunnews
Profil Wahyu Sakti Trenggono Wakil Menteri Pertahanan yang kini menjadi Menteri Menteri Kelautan dan Perikanan. (KKP) 

melansir Kontan.co.id, Wahyu ternyata bukan sembarangan. Bisnisnya menggurita dan dimulai dari nol.

Wahyu adalah pendiri PT Teknologi Riset Global (TRG) Investama.

Lelaki jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Bina Nusantara (Binus) ini mendirikan TRG Investama pada tahun 2007.

Saat ini, perusahaan ini memiliki gurita bisnis dalam bidang telekomunikasi, teknologi, properti, media, dan e-commerce.

Diketahuu Wahyu Satria Trenggono memiliki kekayaan mencapai Rp 7 Triliun.

Namun, jauh sebelum itu, lelaki kelahiran Semarang ini telah merintis bisnis dengan bendera PT Solusindo Kreasi Pratama (SKP) dan membangun PT Tower Bersama Infrastruktur.

Perusahaan yang disebut terakhir saat ini dikenal sebagai penyedia infrastruktur menara telekomunikasi terbesar di Indonesia dengan kepemilikan lebih dari 14.000 menara.

Tetapi, siapa sangka jika lelaki yang akrab disapa 'Mas Treng' ini menyebut jika tak pernah bermimpi menjadi taipan dalam bisnis telekomunikasi.

Saat berbincang dengan KONTAN pada Kamis (8/9/2016)

ia menyebut sejak kecil hanya ingin bekerja dengan baik di sebuah perusahaan dan merintis karier menjadi profesional sukses dan bermanfaat bagi banyak orang.

Cita-cita yang dinilai sangat sederhana mengingat Trenggono bukanlah lahir dari keluarga yang mapan secara ekonomi.

Ia menuturkan sejak kecil terbiasa hidup prihatin.

Pria berkumis ini mengisahkan bahwa ketika harus kuliah di ITB dan jauh dari kampung halamannya di Semarang keprihatinan menjadi hal yang dekat dengannya.

Bahkan, untuk membayar uang kuliah saja, keluarganya harus menjual tujuh ekor kambing.

“Saya dulu bayar kuliah Rp 22.000 harus jual tujuh ekor kambing dan dikirim sama nenek saya Rp 35.000,” kenangnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved