Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Islam

Mimpi Menurut Al-Quran Hadits dan Para Ulama, Ada Mimpi dari Allah Ada Juga Mimpi dari Setan

Bagaimanakah mimpi menurut pandangan Islam? Berikut ini sederet dalil Al-Quran dan Hadits yang berbicara tentang mimpi.

Penulis: Rizali Posumah | Editor: Rizali Posumah
IST/MedicalNewsToday
Ilustrasi - Mimpi dalam Islam diyakini selain karena aspek fikiran, juga berhubungan dengan ilham atau wahyu. 

Mimpi hanyalah sebatas pemberi kabar baik atau peringatan atau pelajaran.

Mimpi dapat diceritakan kepada siapa pun, namun hanya mimpi yang baik-baik saja. Sebagaimana yang dikatakan Nabi dalam hadits berikut: 

 "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik-baik saja atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)

Iibnu Hajar menjelaskan bila mimpi itu adalah mimpi Nabi maka bagian dari kenabian adalah hakikatnya dan bila dari selain nabi maka itu adalah perumpamaan.

Sedangkan menurut Al-Khithabi mimpi datang sesuai dengan cara datangnya nubuwwah.

Imam Malik ketika ditanya tentang mimpi, "apakah semua orang dapat menafsirkan mimpi?" beliau berkata, "apakah bermain-main dengan nubuwwah lalu katanya mimpi adalah bagian dari kenabian? maka janganlah bermain-main dengan kenabian" (Al-Asqalani, :510)

Ibnu Sirin berkata ada dua macam mimpi yaitu: yang hak (benar) dan yang bathil (tidak benar).

Adapun mimpi yang hak adalah mimpi yang dilihat seseorang dalam keadaan jiwa yang stabil, tidak sedang memikirkan atau mengharap sesuatu.

sedangkan mimpi yang bathil adalah mimpi yang berasal dari bisikan hati, cita-cita, keinginan, mimpi bercampur (seksual) juga mimpi yang menakutkan dan membuat pilu hati yang berasal dari Syaithan maka mimpi seperti ini tidak ada tafsirannya.

Dengan demikian mimpi dalam Islam diyakini selain karena aspek fikiran, juga berhubungan dengan ilham atau wahyu.

Saat ini, tidak ada lagi manusia yang mendapatkan wahyu, karena wahyu hanyalah hak para Nabi dan Rasul Allah.

Bila mimpi itu merupakan ilham dari Allah maka itu berfungsi sebagai kabar gembira bagi seorang
hamba.

Kabar tersebut seperti hendak memberitahukan tentang adanya ujian keimanan, petikan dari sebagian kejadian di masa depan untuk mempersiapkan diri menghadapinya saat waktunya tiba dan menumbuhkan spirit dalam berjuang.

Dalam menyikapi mimpi haruslah selalu berbaik sangka dan tidak sembarangan menceritakannya, kecuali kepada orang yang tepat, atau alim yang memiliki ilmu dari sisi Allah.

Bila mimpi itu baik maka hendaklah bersyukur kepada Allah swt dan boleh menceritakannya
kepada orang yang dicintai atau kepada orang yang alim.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved