Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tribun Institute

Dian Praharsini Abdullah, Guru Bolmong Peraih Award Reinventing Local Heroes Dari Tribun Institute

Dian Praharsini Abdullah, Guru Bolmong yang meraih Award Reinventing Local Heroes Dari Tribun Institute

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Aldi Ponge
Tribun Manado/Arthur Rompis
Dian Praharsini Abdullah 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Dian Praharsini Abdullah, seorang guru di desa terpencil di Kabupaten Bolaang
Mongondow (Bolmong) meraih award Reinventing Local Heroes dari Tribun Institute.

Penghargaan tersebut diberikan atas dedikasi yang diberikan guru SDN Kolingangan, Kecamatan Bilalang, Kabupaten Bolmong, di bidang pendidikan untuk membangun Sulawesi Utara.

Dian dinyatakan memenuhi syarat bersama puluhan peraih award lainnya.

Dian terkejut dan sempat tak percaya saat Tribun memberitahu kabar tersebut, Selasa (15/12/2020) di rumahnya di Desa Mongkoinit, Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolmong.

Baca juga: Pemprov Sulut Ajukan Perda Covid 19 ke Mendagri, Ada Sanksi ke Pelanggar Protokol Kesehatan

"Saya tidak menyangka sama sekali bakal diganjar penghargaan ini," katanya.

Kala didatangi Tribun, Dian tengah menjaga bayinya yang berusia dua bulan.

Sewaktu Tribun datang mewawancarainya September lalu,  Dian tengah hamil tua.

Sementara Dian melayani wawancara, sang anak dijaga ibu Dian.Ini bak rendezvous.

"Sewaktu saya mengajar di Kolingangaan, ibu menemani saya di sana. Sekarang ibu menjaga anak saya," katanya.

Rumah Dian sederhana. Dindingnya terbuat dari papan.

Ada seperangkat sofa di ruang tengah serta sebuah bangku bundar kecil. Rumah itu bersih dan tertata.

Mirip Dian, yang gaya serta tutur katanya sederhana, tapi memiliki keluhuran jiwa untuk mengorbankan diri agar supaya siswa di pedalaman bisa hidup.

"Sering saya berpisah lama dengan suami yang juga guru di Bolsel demi melayani anak anak di
desa terpencil," kata dia.

Dian punya hobi membaca.Salah satu buku yang ia baca adalah Laskar Pelangi karya Andre Hirata.

Hanyut dengan kisah perjuangan bu Mus dan anak anaknya dalam segala keterbatasan memperjuangkan pendidikan, tak disangka pengalaman Bu Mus dikecapnya.

Baca juga: Teddy Pardiyana Dikabarkan Menikah Lagi, Ketua RT Beberkan Fakta soal Sosok Istrinya

"Dulu saya baca, sekarang saya alami," kata dia.

Dian memberi apresiasi kepada Tribun Manado yang sudah menggagas award tersebut.

Harapannya Tribun lebih maju dan dapat menjadi media terkemuka di Sulut yang turut memperjuangkan
pendidikan.

Dia juga berterima kasih pada Bupati Bolmong Yasti Soepredjo Mokoagow dan Kadis Pendidikan Renti Mokoginta yang sudah merancang arah pendidikan di Bolmong yang maju, inovatif dan berkarakter.

"Terima kasih pada Kepsek, rekan guru, aparat desa yang sudah menampung saya, orang tua
yang berhasrat menyekolahkan anak - anaknya di tengah berbagai keterbatasan dan para siswa yang tetap semangat," kata dia.

Sebagai PNS baru dengan gaji yang masih moderat, mengabdi di daerah terpencil butuh biaya besar.

Sebulan ia bisa habiskan uang Rp 700 ribu untuk transport sepekan sekali pulang ke rumahnya di Lolak.
Biaya itu tergolong minimal, baru biaya transport. Belum termasuk biaya lain lain.

"Tapi apa yang saya rasakan saat mengajar anak anak, mengarahkan mereka pada masa depan, lebih dari nilai uang berapapun," kata dia.

Menjadi guru adalah cita - cita Dian Praharsini Abdullah.

Tapi bekerja di daerah terpencil adalah sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan.

Ketika diangkat menjadi PNS kabupaten Bolmong dan ditempatkan di Desa Kolingangaan, salah satu desa terpencil di Bolmong, sejuta tanya berkecamuk di pikirannya.

"Saya bahkan mengira Kolingangaan itu di Dumoga, ternyata di Bilalang," kata dia.

Pengalaman pertama menuju ke desa itu sungguh mengerikan.

Di atas sebuah kendaraan pick up, duduk di atas tumpukan kayu, dilaluinya jalan yang berbatu, penuh turunan, tanjakan dan tikungan sepanjang 9 kilometer.

Desa itu terletak jauh di dalam hutan. Kepala Dian yang terus menerus kena sinar matahari sempat sakit.

Begitu pula sekujur tubuhnya akibat duduk dalam posisi yang salah selama berjam - jam.

Dian terkejut. Agak shock. Tapi ia tak menyerah. Dia maju terus demi menggapai cita - citanya menjadi pendidik.

Periode mengajar dimulai dan seribu satu kesulitan ia alami, menggodanya untuk menyerah.

Dian harus menetap di sana. Rumah tinggalnya milik seorang aparat desa.

Air sulit. Harus ditimba sejauh ratusan meter. Jangan berharap hiburan dari android.

Daerah sinyal terdekat berjarak 5 kilometer. Kontras dengan Lolak, daerah asal Dian yang panas membara, daerah itu dingin.

Di malam hari, selimut kadang tak sanggup membendung hawa dingin.

Tapi Dian tetap setia pada cita - citanya.

Berbagai pengalaman sulit itu membentuk karakternya jadi pendidik tangguh yang akan jadi sandaran hidup para siswanya. Dia menjelma bagai pohon yang meneduhi mereka dari teriknya sinar matahari ataupun hujan lebat.

Sebut dia, SD tempatnya mengajar punya 30 siswa. Ia menjadi guru kelas tiga.

"Jumlah muridnya hanya empat orang," kata dia. Ia mengaku mencurahkan semua ilmunya pada murid - muridnya.

Dia ingin mengantar mereka ke gerbang pengetahuan masing - masing dan menggapai cita - cita.

"Saya mengajar mereka pengetahuan dan karakter. Mereka bak keluarga saya, siang saya mengajar, malam mereka datang ke rumah, ada yang nginap karena orang tua mereka pergi ke kebun selama berhari - hari," ujarnya.

Dikepung seribu satu kesulitan, ia tak resah. Keresahannya muncul tatkala para siswanya tidak lagi kelihatan di kelas.

Apalagi jika berembus kabar mereka akan berhenti sekolah dan mengikuti jejak orang tuanya sebagai petani.

"Saya pasti ke rumah orang tua siswa dan membujuk mereka agar sekolah lagi," kata dia.

Di masa Covid ini, pembelajaran terhenti. Ia pun lagi hamil.

"Saya rindu mereka," katanya masygul.

Dia tak sabar untuk segera mengajar. Di usianya yang masih muda, di awal karirnya sebagai guru, Dian telah merintis sejarah untuk membebaskan anak - anak miskin di pedalaman dari putus sekolah.

Segenap daya ia kerahkan untuk tujuan itu, seperti halnya Ibu Muslimah dan Laskar Pelangi dalam Novel best seller yang dikarang Andrea Hirata. (art)

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved