Kisah Inspirasi
Kisah Siswi 8 Tahun Asal Bolsel Tinggal di Kebun, Jalan Kaki 2 KM untuk Belajar Bersama Teman
Alda adalah siswi SD Negeri Soputa, Kecamatan Helumo, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ( Bolsel ), Sulawesi Utara ( Sulut ).
Penulis: Nielton Durado | Editor: Indry Panigoro
TRIBUNMANADO.CO.ID, BOLAANG UKI - Alda Dako (8) hanya bermain bersama ibunya ketika siang hari.
Tak ada teman sebaya atau taman kanak-kanak di sekitar rumahnya.
Hanya hutan dan pohon jeruk yang masih belum juga berbuah.
Alda adalah siswi SD Negeri Soputa, Kecamatan Helumo, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ( Bolsel ), Sulawesi Utara ( Sulut ).
Siswi yang saat ini duduk di kelas dua ini tidak tinggal di desa.
Baca juga: Viral Soal Ujian Sekolah Singgung Nama Anies Baswedan, Disdik DKI Jakarta Langsung Tegur Oknum Guru
Ia dan keluarganya memilih tinggal di kebun, yang jauh dari perkampungan.
Bukan karena ingin menyendiri, namun karena orang tua Alda tak punya rumah di desa.
Setiap hari Alda mengisi kekosongan waktunya dengan membantu sang ibu di kebun.
Meski tinggal di kebun, namun Alda tetap menikmati masa kecilnya bersama sang ibu.
Rumah keluarganya pun jauh dari kata layak.
Hanya terbuat dari papan seadanya, dan tak ada aliran listrik di malam hari.
"Sudah tiga tahun kami disini," kata sang ibu ketika berbincang dengan Tribun Manado, Senin (14/12/2020) di rumahnya.
Sang Ibu yang bernama Lian Idrus mengatakan jika di rumah tersebut mereka tinggal bersama suami. .
"Bertiga dengan suami, tapi sekarang lagi kerja di desa," aku dia.
Lian mengaku jika keluarga kecilnya berasal dari Gorontalo.
Kemudian datang mencari hidup di Kabupaten Bolsel.
Namun karena tak memiliki tanah, ia pun dipinjamkan lahan di kebun untuk dijaga.
Saat meminjam tanah tersebut, Lian diharuskan menanam berbagai jenis tanaman.
Mulai dari jeruk, hingga Cengkih.
Baca juga: Kisah Perjuangan Seorang Ayah, Dirikan Tenda di Atas Bukit 20 Meter, Demi Putrinya Belajar Online
Nantinya, hasil panen akan dibagi dalam lima tahun kedepan.
Selama tiga tahun tinggal di kebun, Lian mengatakan jika anaknya tak pernah mengeluh.
"Alda juga senang tinggal disini, tapi memang dia tak ada teman kalau siang hari," kata dia.
Sebelum Pandemi Corona, Alda adalah siswa yang rajin.
Setiap hari ia jalan kaki ke desa untuk sekolah.
'Karena kami tak punya kendaraan, jadi harus jalan kaki," aku dia.
Namun sekarang, Alda lebih banyak menghabiskan waktu di rumahnya.
Jika di rumah, sang ibu selalu meminta Alda belajar di siang hari.
Wajar saja jika malam datang, keluarganya hanya bisa bertahan dengan lampu botol berisi minyak.
"Disini belajar hanya bisa siang, kalau malam susah belajarnya. Karena gelap dan kami tak ada listrik," aku Lian.
Dalam seminggu, Alda biasanya dua kali turun ke desa Soputa.
Ia harus belajar kelompok bersama teman-temannya. "Kalau hari Rabu atau Kamis, Alda sering ke Desa jalan kaki untuk belajar kelompok. Kalau pulang pergi kira-kira jaraknya 2 Kilometer," beber sang ibu.
Meski begitu, Alda sering diantar oleh warga yang akan pergi ke kebun dengan motor.
"Kadang numpang di orang yang mau ke kebun, kadang juga jalan kaki," ucapnya.
Meski bertahan dengan berbagai kekurangan, namun Lian mengaku sejauh ini pemerintah tak pernah tutup mata.
Dirinya bersama keluarga selalu mendapatkan bantuan sembako dari pemerintah.
"Bantuan sembako yang kami dapatkan, tapi kalau uang tunai tidak ada," kata dia.
Wanita 26 tahun ini mengatakan jika saat ini keduanya bersama dengan sang suami sudah membeli sebidang tanah di desa.
Namun karena keterbatasan biaya, mereka belum bisa membangun rumah impiannya.
"Baru tanah yang dibeli, kalau rumah kami belum mampu bangun," aku dia.
Kedepannya Lian berharap meski keluarga kecilnya tinggal di kebun.
Namun sang buah hati tetap bisa menjaga semangatnya untuk bersekolah.
"Sebagai orang tua, kami hanya ingin anak kami sukses. Itu saja," tegasnya.
Sementara itu, Sangadi (Kepala Desa) Soputa Umar Basalama mengatakan jika Lian bersama suami adalah warga Gorontalo yang pindah ke Bolsel.
"Mereka memang belum punya rumah di desa, jadi memilih tinggal di kebun," kata dia.
Umar mengatakan jika pemerintah selalu memberikan bantuan kepada keluarga kecil tersebut.
"Bantuan sembako selalu kami berikan, nanti di tahun-tahun yang akan datang, kita akan coba berikan bantuan yang lain," aku dia.
Selain itu, Lian Idrus bersama keluarganya juga sudah terdaftar sebagai masyarakat Soputa.
"Kartu keluarganya sudah ada, jadi memang sudah terdaftar sebagai warga Soputa," tegasnya. (nie)
Kunjungi channel Youtube kami:
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/alda-dako.jpg)