Sosok Tokoh
Sejarah Hari Ini: Berpulangnya Presenter Kuliner Bondan Winarno, Dikenal dengan Jargon 'Maknyus'
Tiga tahun lalu, tepatnya pada 29 November 2017, presenter kuliner Bondan Winarno meninggal dunia karena gagal jantung.
Mungkin karena belajarnya di Italia, Bondan kemudian lebih menyukai makanan Italia yang serba pasta, dibandingkan dengan masakan Indonesia.
Baca juga: Sosok Mike Tyson Legenda Tinju Dunia yang Akan Lawan Roy Jones Jr Minggu Siang ini
Suka makanan dan makan
Mengutip Harian Kompas, 6 Desember 2004, Bondan dikenal luas untuk hal yang dia gemari penuh gairah sejak kecil, kuliner.
"Saat kanak-kanak, saya dipanggil 'gendut' karena memang saya gemuk lantaran suka makanan dan makan," ujar Bondan.
Bondan yang menulis buku 100 Makanan Tradisional Indonesia Maknyus berujar tentang kegairahannya pada kuliner sejak masa kanak-kanak.
"Saat kelas 1 SMP, untuk mendapat tanda kecakapan khusus memasak yang dijahit di lengan kemeja Pramuka, saya diuji," kata Bondan, alumnus SMP 1 Semarang.
Untuk ujian itu, Bondan harus memasak nasi dengan sebutir kelapa.
"Saya kupas sabutnya sampai bersih dan saya gunakan air kelapanya untuk menanak nasi. Jadinya seperti nasi uduk. Agak susah memang karena batok kelapa yang basah tidak segera bisa menghantarkan panas," tutur Bondan.
Ikut berbagai kursus dan pelatihan
Diberitakan Harian Kompas, 24 Januari 2007, setelah sempat kuliah di Undip, Bondan mengikuti berbagai kursus dan pelatihan, seperti periklanan, pemasaran, manajemen, keuangan, jurnalisme, penerbitan, dan produksi film di dalam maupun di luar negeri.
Dunia komunikasi dan manajemen terus menarik bagi Bondan, tetapi sejak tahun 2000 urusan wisata dan kuliner yang banyak digeluti Bondan.
Ia menemukan hal dahsyat dalam kuliner. Utamanya, karena kuliner langsung dapat dinikmati.
"Itu karena saya bersikap terbuka terhadap makanan. Saya tidak punya prasangka terhadap makanan dan selalu ingin mencicipi," tuturnya.
Sebelum dikenal sebagai pakar goyang lidah, Bondan tercatat pernah bekerja sebagai Staf Bank Dunia untuk Urusan Eksternal.
Setelah itu, ia terjun dalam bidang jurnalisme hingga menjabat sebagai Pimpinan Redaksi Suara Pembaharuan di Jakarta sejak 2001.