Kakek Ini Menangis Curhat ke Istri Jenderal Andika Perkasa, Sakit Stroke Tapi Menolak ke Rumah Sakit
Sopir mobil sewa di kawasan objek wisata Bromo ini curhat harus banting stir selama 6 bulan lamanya lantaran terdampak pandemi
TRIBUNMANADO.CO.ID - Istri Jenderal Andika Perkasa membagikan kegiatannya kala mengunjungi daerah Bromo, Jawa Timur.
Diah Erwiany Trisnamurti Hendrati Hendropriyono alias ibu Hetty sempat berbincang dengan sejumlah sopir hardtop di sana.
Sopir mobil sewa di kawasan objek wisata Bromo ini curhat harus banting stir selama 6 bulan lamanya lantaran terdampak pandemi.
Kala itu KSAD Jenderal Andika Perkasa bersama istrinya menikmati indahnya alam Indonesia yakni Bromo, Jawa Timur.
Kemudian keduanya kembali menjumpai warga yang ada di kawasan Bromo.
Kali ini ibu Hetty menyambangi seorang petani Bromo bernama Warnoto dan usianya cukup terbilang tua.
"Saya kerjanya ya di ladang, melayani wisatawan dengan kuda, ya ada ibu saya sambut selamat datang, ibu dari mana bu gitu," ucap Warnoto.
Warnoto tak kuasa mengungkapkan perasaannya kala bertemu langsung dengan ketua umum Persit Kartika Chandra Kirana (KCK) tersebut.
"Ya dikatakan kaget ya kaget, dikatakan enggak ya enggak," ungkapnya.
"Apa kabar pak? Selamat sore," ucap ibu Hetty menyapa pak Warnoto.

Pak Warnoto yang sudah berdiri di depan rumahnya pun menyambut hangat kedatangan ibu Hetty.
"Terimakasih, bapak kok cakep sekali pakai sarung, pakai ini habis upacara ya?," tanya ibu Hetty.
"Sudah tua bu," sahut pak Warnoto.
Ibu Hetty pun juga menyapa dengan ramah keluarga pak Warnoto yang berdiri dekat dengannya.
Pak Warnoto pun memperkenalkan anak dan cucunya bernama Mahendra dan Riswanto.
"Ini anak, ini cucu cakep-cakep cucunya," puji ibu Hetty.
"Kalau bapaknya yang ini meninggal, kalau yang ini cerai," jelas pak Warnoto.
"Jadi saya sudah tua sudah 63 masih menghadapi tantangan ini," ucap pak Warnoto sambil menangis.
"Oalaah," kata ibu Hetty sambil menenangkan pak warnoto.
"Kasihan bu," ungkap pak Warnoto tak mampu menahan kesedihannya.
Seolah merasa simpati, ibu Hetty diam dan mendengarkan dengan seksama keluhan salah satu petani Bromo itu.
"Tuhan sayang sama kita semua," sahut ibu Hetty.
Sementara itu ibu Hetty didampingi oleh Tantriana Sari, Bupati Probolinggo.
Bupati tersebut juga turut mencari tahu keadaan rakyatnya selama corona melanda.
"Kelas berapa mbah?," tanya ibu Tantriana menanyakan pendidikan cucu Warnoto.
"Ini SMP kelas 2, yang ini masih SD kelas 4," jawab Warnoto menunjuk satu persatu cucu laki-lakinya.
"Tapi kita punya kekurangan bu, selama corona ini kita nggak bekerja," ungkapnya.
"Jabang meminta handphone bu," tambahnya dengan lirih dan kembali menangis.
"Iya, iya, betul iya, jadi nggak bisa sekolah karena nggak punya handphone untuk sekolah," ujar ibu Hetty.

Ternak Kambing dan Menanam Kol
Ibu Hetty dan rombongan pun masuk ke dalam rumah Warnoto.
Rumah sederhana yang berada di tengah hamparan kebun dan hutan.
Ketika dipersilahkan masuk, ibu Hetty pun meminta untuk melihat bagian ruangan lainnya.
Warnoto pun memperlihatkan bagian kamar kepada istri KSAD Jenderal Andika Perkasa itu.
Saat tengah menyusuri rumah Warnoto, ibu Hetty pun berseloroh mengenai sebuah suara yang muncul dari luar rumah.
"Itu siapa yang manggil-manggil saya?," ujar ibu Hetty.
"Kambing bu," jawan Warnoto.
"Oh kambing," timpal ibu Hetty bercanda.
Kemudian ibu hetty ke kandang kambing, setelah itu ke lahan.
Di sana terlihat anak Warnoto sedang memotong kol.
"Pak itu kambing panggil panggil saya mau kenalan apa?," ujar ibu Hetty.
"Coba kita lihat, mungkin dia mau kenalan sama saya," ucap ibu Hetty.
"Mungkin bu ya," timpal pak Warnoto.
"Iya kok dia panggil panggil," ujar ibu Hetty lagi.
"Tahu, jauh jauh ibu sudi masuk di rumah kita," ungkap pak Warnoto.
"Loh kan seneng, boleh masuk kan seneng saya," ucap ibu Hetty.
Ibu Hetty pun diantarkan menuju kandang kambing, ia pun menyapa kambing-kambing yang sedari tadi masih mengeluarkan suara.
Sesampainya di kandang kambing, ibu Hetty mengajak kambing-kambing itu mengobrol layaknya manusia.
"Hei kalian mau kenalan sama saya apa? Orang saya lagi ngobrol," ujar ibu Hetty.
"Apa? mau ikut ngobrol? Mau ngobrol apa? kamu mau cerita apa?," seloroh ibu Hetty.
"Alhamdulillah ada 5 kambingnya, entar gendut kita jual," lanjut ibu Hetty.
Lalu, ibu Hetty diajak untuk mengunjungi lahan perkebunan yang tak berada jauh dari kediaman Warnoto.
"Ini siapa?," tanya ibu Hetty menanyakan sejumlah orang yang tengah memetik kol.
"Ya ini bu, ini yang kita panen, harga murah, tetep kita panen, kalau tunggu mahal cucu saya lapar bu," ungkap Warnoto.
"Heeh jadi walaupun murah tetep kita panen," sahut ibu Hetty.
Beruntung, Pak Warnoto menanam kol di lahannya sendiri.
"Biasanya setelah kubis (kol) apa pak?," tanya ibu Tantriana.
"Ini menunggu dulu bu, kalo sudah kemarau baru saya tanami kentang," ungkap pak Warnoto.
Sewa Kuda
Sementara itu, sebelum corona melanda, diakui pak warnoto jika kuda juga dipakai sebagai mata pencaharian tambahan.
"Tapi setelah corona akan diam, sekarang tidak saya pakai untuk narik sudah," ujarnya.
Jadi sebelum ada virus corona, pak Warnoto melayani jasa wisata dengan kuda selama 5 bulan.
Ibu Hetty pun meminta untuk diantarkan menuju tempat kuda.
"Itu kalo narik biasanya berapa?," tanya ibu Hetty.
"Biasa itu kalo sekali cuma 100 ribu," ujar pak warnoto.
"Hah? berapa? 100 ribu? udah 6 bualn nggak ada," timpal ibu Hetty.
"Tapi kan tetep harus kita kasih makan," ujar ibu Hetty.
"Tapi kan untuk makan saya dengan keluarga kana da bantuan apa gitu, kita terima bu, kita syukuri," ujar pak Warnoto.
"Dari pemerintah nggak boleh bohong," tambah pak Warnoto.
"Iya dong," timpal ibu Hetty.
"Lah ini yang terlalu banyak menurunkan air mata, cucu saya tidak bisa sekolah, tidak bisa belajar," ujarnya.
"Karena nggak punya handphone, nanti saya kirim handphone," ujar ibu Hetty.
"Terimakasih ibu," ujar pak Warnoto sambil menangis haru.
Saat berkunjung, ibu Hetty memberikan uang kepada anak pak Warnoto, sementara kedua cucunya diberi handphone.
Sakit Stroke
Diketahui jika di usia 63 tahun pak Warnoto menderita sakit stroke.
Selama 4 bulan Warnoto tidak bisa berjalan, ibu Hetty pun menawarkan untuk membawanya ke rumah sakit.
Namun, Warnoto menolak ajakan ibu Hetty dengan alasan dirinya bisa ke alternatif ke Tosari.
"Nihh kakeknya yang sudah kerja keras, sini," ujar ibu Hetty.
"Tapi maaf ya bu, saya sekarang agak deglok," ujar pak Warnoto.
"Apa tuh?," tanya ibu Hetty.
"Mau kumat biasanya," ujar pak Warnoto.
"Hah?," timpal ibu Hetty.
"Stroke-nya ini, saya baru stroke loh," ungkap pak Warnoto.
"Dokter mana dokter," ujar ibu Hetty.
"Heeh nggak apa-apa ini, jangan nganu ntar, kalo dibantu nggak apa-apa, tapi kalo ini sudah beberapa hari sudah gini sudah saya dengan berobat ke Tosari belum ada waktunya dengan kabntongnya," ungkap pak Warnoto.
"Bu bupati aja sampai kalah sibuknya sama bapak sampai nggak punya waktu berobat gitu loh," ujar ibu Hetty.
"Ini bapak jabatannya apa di kampung ini, sampai nggak punya waktu berobat, aduh pak, pak," tambah ibu Hetty.
Ibu Hetty pun bersikeras mengajak pak Warnoto berobat ke rumah sakit untuk mengobati stroke-nya.
"Saya bawa ke rumah sakit, berobat gak usah bayar, saya yang bayar," ucap ibu Hetty.
"Aduh bu, ndak usahlah berobat sekarang ndak usah lah bu, sudah," tolak pak Warnoto.
"Amplopnya nggak berkurang walaupun tak obatin," seloroh ibu Hetty.
Namun pak Warnoto meminta untuk berobat ke Tosari.
Ibu Hetty masih ngotot membawa pak Warnoto ke rumah sakit.
"Eeh kalo ke rumah sakit sudah bu, kita maaf kita tolak," ujar pak Warnoto.
"Loh? Emang biasanya kemana, ke dukun apa?," ujar ibu Hetty.
"Oh tidak, ke dukun saya nggak mau, biasanya ada dokter langganan di Tosari itu tahu," ungkap pak Warnoto.
Pak Warnoto menolak dengan alasan ada dokter langganan di Tosari.
Saking tak mengerti dan kebingungan, ibu Hetty pun bertanya Tosari itu apa karena penasaran.
"Tosari itu apa sih bu?," tanya ibu Hetty kepada Bupati Probolinggo Tantriana Sari.
"Puskesmas," ujar ibu Tantriana.
"Oh boleh, boleh, Puskesmas, dokter praktek, nanti diantar sama Babinsa, diantar Babinsa naik apa?," tanya ibu Hetty pada ajudannya.
"Siap naik motor," sahut ajudan.
"Bukan naik kuda," sahut ibu Hetty.
"Wah kudanya ditaruh situ mogok di jalan," timpal pak Warnoto.
"Iya kuda suruh istirahat, Pak Babinsa saya minta tolong ya," ujar ibu Hetty.
Ibu Hetty pun berpamitan dengan pak Warnoto sambil memberikan wejangan agar tetap menjaga kesehatan dan tak menangis lagi meratapi nasib.
Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul PETANI Ini Curhat ke Istri Jenderal Andika, Tolak Berobat ke Rumah Sakit, Pilih Tempat Ini, Bingung!