Di Bawah Ancaman AS, Turki Tetap Aktifkan Sistem Rudal S-400 Buatan Rusia
"Kami akan menggunakan S-400 seperti beberapa anggota NATO menggunakan S-300," ujarnya seperti dikutip TASS dari kantor berita Anadolu
TRIBUNMANADO.CO.ID - Turki melanjutkan persiapan untuk mengaktifkan sistem rudal anti-pesawat S-400 buatan Rusia, di tengah tekanan Amerika Serikat (AS).
"Kami terus memeriksa dan mempersiapkan sistem (rudal anti-pesawat S-400) sesuai dengan rencana kami," kata Menteri Pertahanan Hulusi Akar, Kamis (12/11).
"Kami akan menggunakan S-400 seperti beberapa anggota NATO menggunakan S-300," ujarnya seperti dikutip TASS dari kantor berita Anadolu.
Namun menurut Akar, proposal Turki untuk membentuk gugus tugas teknis dengan AS untuk mempelajari kompatibilitas S-400 dan jet tempur generasi kelima F-35 tetap berlaku.
Kemungkinan sanksi tetap ada
Sementara Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik-Militer Clarke Cooper menyatakan pada awal November lalu, kemungkinan Washington akan menjatuhkan sanksi terhadap Turki atas pembelian sistem rudal permukaan-ke-udara S-400 buatan Rusia masih tetap ada.
Rusia mengumumkan pada September 2017 bahwa mereka telah menandatangani kesepakatan senilai US$ 2,5 miliar dengan Turki untuk pengiriman sistem rudal anti-pesawat S-400 ke Ankara.
Berdasarkan kontrak tersebut, Ankara menerima satu set resimen sistem rudal pertahanan udara S-400.
Kesepakatan itu juga termasuk transfer sebagian teknologi produksi ke Turki.
Turki adalah negara anggota NATO pertama yang membeli sistem rudal pertahanan udara S-400 dari Rusia.
Pengiriman peluncur S-400 ke Turki dimulai pada 12 Juli 2019.
Keputusan Turki membeli sistem rudal permukaan-ke-udara S-400 telah menyebabkan reaksi negatif yang tajam dari AS dan NATO.
AS terus menekan untuk membuat Turki membatalkan pembelian.
Karena Turki belum menyerah pada tekanan dan tidak akan melepas sistem S-400.
Washington telah mengeluarkan Ankara dari program untuk mengembangkan jet tempur F-35 generasi kelima.