Hari Pahlawan
Bung Tomo, Pahlawan Kelahiran Oktober Pernah Jadi Jurnalis & Aktif Dalam Kelompok Politik dan Sosial
Sayangnya, pada usia 12 tahun, ia tak bisa melanjutkan pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), pendidikan setara sekolah menengah pertam
TRIBUNMANADO.CO.ID - Hari ini 75 tahun lalu, jargon “merdeka atau mati” dicetuskan oleh Bung Tomo.
Kata-kata itu Bung Tomo cetuskan saat dirinya menggelorakan semangat para pejuang pada Pertempuran Surabaya 10 November 1945.
Dia lah pahlawan yang berjuang bersama rakyat Surabaya untuk bertempur melawan tentara Inggris.
Momen pertempuran rakyat Surabaya melawan tentara Inggris hingga saat ini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Jargon “merdeka atau mati” tidak lagi asing terdengar di telinga masyarakat Indonesia.
Dikutip dari Kompas.id, Sutomo atau yang lebih dikenal dengan Bung Tomo adalah seorang nasionalis yang ingin mati-matian membela Tanah Airnya.
Ia tak hanya tokoh dalam perang melawan penjajah.
Pemuda kelahiran Surabaya, 3 Oktober 1920, ini pernah menjadi jurnalis dan aktif dalam kelompok politik dan sosial.
Sutomo tumbuh di keluarga yang menghargai pendidikan.
Di rumahnya, Sutomo kecil sudah kerap menyatakan pendapat dan bicara terus terang.
Sayangnya, pada usia 12 tahun, ia tak bisa melanjutkan pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), pendidikan setara sekolah menengah pertama.
Hal tersebut lantaran dampak depresi yang melanda dunia saat itu.
Ia lantas memutuskan untuk bekerja kecil-kecilan.
Sutomo kemudian belajar di Hoogere Burgerschool (HBS) secara korespondensi.
Meski begitu, ia tidak secara resmi lulus dari sekolah tersebut.
