Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Polemik di Prancis

Sosok Brahim Assouaoui, Pemenggal Wanita & Bunuh 2 Pria di Gereja Prancis, Tak Mati Ditembak Polisi

Brahim Assouaoui, Pelaku penyerangan di gereja Notre-Dame Nice, Prancis. Secara brutal menghabisi 3 nyawa di gereja saat jam beribadah.

Editor: Frandi Piring
Kolase Foto: AP/Istimewa
Ibrahim Issaoui, penyerang gereja di Nice Prancis. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sosok pelaku penyerangan di gereja Notre-Dame Nice, Prancis terungkap.

Ialah Brahim Assouaoui, pemuda berusia 21 tahun yang memenggal dan membunuh secara brutal 3 orang saat jam beribadah.

Pemuda Migran Tunisia itu sempat shalat Subuh di masjid sebelum menyerang sebuah gereje di Nice Prancis pada Kamis (28/102020) lalu.

Brahim Assouaoui membunuh tiga orang, salah satunya wanita yang dipenggal kepalanya, sehingga memicu kecaman dari berbagai belahan dunia, lansir The Telegraph, Senin (2/11/2020).

Ia menunaikan shalat subuh hanya beberapa jam sebelum mengamuk dan laporan itu muncul pada Senin (2/11/2020).

Polisi menyatukan pergerakan Brahim Assouaoui dari rekaman CCTV, kata sumber yang dekat dengan penyelidikan tersebut.

Detektif telah menanyai Ramzan Magamadov, imam masjid di pusat kota.

(Penyerangan di Gereja Notre-Dame Nice, Prancis)

Dia mengatakan terkejut mengetahui dari polisi bahwa pembunuhnya telah shalat di sana.

Magamadov, yang tidak hadir saat shalat subuh pagi pada Kamis, mengatakan telah bertanya kepada mereka yang hadir apakah mereka ingat pernah melihat Assouaoui, tetapi tidak ada yang mengetahuinya.

“Mungkin ada orang yang tidak kita kenal karena masjid menyambut semua komunitas: Chechnya, Afrika Utara, Komoro dan Afrika," katanya.

Penyelidik mencoba untuk memastikan apakah Assouaoui menerima perintah dari kelompok jihadis atau dibantu oleh kaki tangannya.

Dia belum diperiksa secara detail karena masih dalam kondisi kritis di rumah sakit setelah ditembak delapan kali oleh polisi.

Brahim Assouaoui Berteriak saat Ditembak Polisi

Pria secara membabi buta menusuk dan memenggal warga hingga menyebabkan tiga orang tewas.

Tragedi berdarah itu terjadi di sebuah gereja di Kota Nice, Prancis pada Kamis (29/10/2020).

Pria itu menghabisi 3 nyawa orang saat beribadah di Gereja.

Tragedi berdarah ini diduga merupakan serangan teroris.

Presiden Prancis pun langsung merespon serangan ini dengan menggelar rapat darurat.

Melansir Reuters pada Kamis, polisi dan pejabat setempat mengatakan bahwa pelaku sempat meneriakkan sesuatu dalam aksinya.

(Penyerangan di Gereja Nice, Prancis/istimewa)

Wali Kota Nice, Christian Estrosi, yang menggambarkan serangan itu sebagai terorisme,

mengatakan di Twitter bahwa peristiwa itu terjadi di sekitar gereja Notre Dame kota Nice, dan polisi saat ini telah menahan penyerang tersebut.

Estrosi mengatakan salah satu orang yang terbunuh di dalam gereja diyakini sebagai penjaga gereja.

Kemudian, Estrosi mengatakan bahwa penyerang masih terus berteriak, bahkan setelah dia ditahan pasca-ditembak.

"Tersangka penyerang pisau ditembak oleh polisi saat ditahan, dia dalam perjalanan ke rumah sakit, dia masih hidup," kata Estrosi kepada wartawan.

“Sudah cukup,” kata Estrosi.

"Sekarang waktunya bagi Prancis untuk membebaskan dirinya dari hukum perdamaian untuk secara definitif menghapus Islamo-fasisme dari wilayah kami," ungkapnya.

Polisi mengatakan 3 orang dipastikan tewas dalam serangan itu dan beberapa lainnya cedera.

Seorang sumber dari kepolisian mengatakan bahwa korban yang dipenggal kepalanya adalah seorang wanita.

Politisi Prancis Marine Le Pen juga berbicara tentang pemenggalan kepala yang terjadi dalam serangan di kota Nice.

Estrosi mengatakan para korban tewas dengan "cara yang mengerikan".

"Metodenya cocok, tanpa diragukan lagi, yang digunakan melawan guru pemberani di Conflans Sainte Honorine, Samuel Paty," katanya, merujuk pada seorang guru Prancis yang dipenggal kepalanya pada awal Oktober dalam serangan di pinggiran kota Paris.

Berbeda dengan keterangan yang diberikan oleh polisi, Estrosi mengatakan dia bisa memastikan bahwa 2 orang telah meninggal.

Sementara orang ketiga adalah seorang wanita yang terluka parah, telah mencoba melarikan diri dari dalam gereja menuju bar di seberang gedung.

Departemen kejaksaan anti-teroris Perancis mengatakan telah diminta untuk menyelidiki serangan tersebut.

Wartawan Reuters di tempat kejadian mengatakan polisi dengan senjata otomatis telah memasang penjagaan keamanan di sekitar gereja, yang berada di jalan Jean Medecin di Nice, jalan utama perbelanjaan kota.

Beberapa ambulans dan kendaraan pemadam kebakaran juga sudah berada di lokasi.

Serangan itu terjadi saat Perancis masih terguncang atas peristiwa pemenggalan kepala seorang guru sekolah menengah Prancis bernama

Samuel Paty oleh seorang pria asal Chechnya, pada awal Oktober ini.

Penyerang mengatakan dia ingin menghukum Paty karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam pelajaran kewarganegaraan.

Belum jelas apakah serangan pada Kamis (29/10/2020) masih terkait dengan kontroversi kartun Nabi Muhammad, yang oleh umat Islam dianggap menghujat.

Sejak pembunuhan Paty, para pejabat Perancis, yang didukung oleh banyak warga, telah menegaskan kembali hak untuk menampilkan kartun Nabi Muhammad,

dan gambar-gambar itu telah dipajang secara luas di pawai sebagai bentuk solidaritas dengan guru yang terbunuh.

Hal itu telah memicu luapan kemarahan di beberapa bagian dunia Muslim, dengan beberapa pemerintah menuduh pemimpin Perancis Emmanuel Macron mengejar agenda anti-Islam.

(Kompas.com)

(*)

Tautan:

Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Penyerang Gereja Nice Sempat Shalat Subuh Sebelum Memenggal Seorang Wanita dan Membunuh Dua Pria, https://aceh.tribunnews.com/2020/11/03/penyerang-gereja-nice-sempat-shalat-subuh-sebelum-memenggal-seorang-wanita-dan-membunuh-dua-pria.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved