Penanganan Covid
Perawat yang Tangani Covid-19 Masih Ada yang Kerja 8 Jam per Sif, 'Sudah Mulai Titik Kejenuhan'
Terkait penanganan covid-19 yang masih melanda Indonesia. Diketahui pengorbanan para perawat dalam menangani covid-19 patut di ajungi jempol.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Terkait penanganan covid-19 yang masih melanda Indonesia.
Diketahui pengorbanan para perawat dalam menangani covid-19 patut di ajungi jempol.
Hampir seluruh wilayah di Indonesia para perawat sedang berjuang menangani covid-19 hingga kelelahan, hingga batasan jam kerja jadi perhatian.
Baca juga: Tak Hanya Keracunan Melaney Ricardo Ternyata Sakit ini, Tyson Lynch Ungkap Kondisi Terkini
Baca juga: Ingat Novia Bachmid, Ternyata Tak Hanya Indonesia Idol 2020, Novia Juga Ikut 2 Ajang Pencarian Bakat
Baca juga: Alasan Natasha Wilona Tinggalkan Anak Band Bikin Fans Penasaran, Ada Apa?
foto : Ilustrasi virus corona di Indonesia. (ist)
Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPNI (Lampung) Dedy Afrizal mengungkapkan, kondisi perawat hampir di semua wilayah yang menangani Covid-19, kelelahan.
Pihaknya meminta pemerintah serius memberikan batasan ketat pada jam kerja perawat.
"Karena sudah cukup panjang pandemi Covid-19."
"Sudah mulai titik kejenuhan, kelelahan dirasakan oleh rekan-rekan perawat," kata dia dalam diskusi virtual, Jumat (30/10/2020).
Pihaknya menilai, pemerintah memang telah memodifikasi jam kerja perawat, dari semula 8 jam per sif, menjadi 4 jam.
Namun aturan itu tidak berlaku sampai di daerah-daerah.
Sehingga, perlu perhatian khusus pemerintah agar lebih gencar mengetatkan jam kerja perawat.
"Apakah hal ini juga sudah dilakukan di semua tatanan pelayanan kesehatan publik?"
"Ini juga perlu kita dilakukan evaluasi dan juga koordinasi di daerah."
"Karena durasi yang terlalu panjang dalam pelayanan keperawatan Covid-19 ini akan menimbulkan suatu tingkat stres yang tinggi," tuturnya.
Tingkat stres dipicu oleh risiko tinggi pekerjaan perawat sebagai garda terdepan penanganan Covid-19.
Dedy melanjutkan, jika perawat jenuh dan kelelahan, maka masyarakat lah yang akan dikorbankan, lantaran tidak mendapatkan pelayanan kesehatan prima.
"Bayangkan saja jika 8 jam sebagaimana jadwal tugas dalam satu sif harus menggunakan pakaian hazmat, tidak bisa membayangkan."
"Harus disosialisasikan (4jam kerja) sampai ke bawah, sehingga hal-hal yang berisiko terhadap tingkat stres pada rekan-rekan perawat juga dapat kita minimalisir."
"Termasuk dampak di masyarakat juga," paparnya.
Meski demikian, dirinya berharap agar tenaga kesehatan di seluruh Indonesia tetap profesional menjalankan tugas kemanusiaan ini.
"Tetap semangat. Kita sudah memilih profesi perawat sebagai jalan hidup kita."
"Dan pilihan itu pun merupakan pilihan yang maha kuasa dan bagaimana kita bisa menjaga muruah semua tugas ini dengan keikhlasan dan penuh profesionalisme," tutur Dedy.
Selain itu, PPNI meminta agar masyarakat dapat membantu meringankan tugas perawat dengan displin menerapkan protokol 3M (Memakai masker, Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta Menjaga jarak).
Sari, perawat berumur 28 tahun di rumah sakit di sebuah Kabupaten di Kalimantan Selatan mengungkapkan, sampai hari ini jam kerja di rumah sakitnya masih memperlakukan 8 jam per sif.
Menurutnya, hal itu dilakukan lantaran kurangnya tim kesehatan untuk penanganan Covid-19.
"Di tempat kami masih 8 jam kerjanya, perawat di ruang biasa maupun di ruang Covid-19," tuturnya saat dihubungi Tribunnews.
Ia pun merasakan stres karena khawatir setiap pulang berdinas di kediamannya ada kelompok rentan Covid-19.
"Stres karena di rumah ada bayi dan lansia, kan imunitas mereka termasuk rentan."
"Pasien Covid-19 sejak bulan Mei enggak pernah kosong, malah lebih banyak dari pasien di ruangan biasa," ungkap Sari.
Selama 8 bulan pandemi Covid-19 di Indonesia, dilaporkan ada 2.800-an perawat terinfeksi Virus Corona, 104 di antaranya meninggal dunia.
Hal itu disampaikan Ketua Umum DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhilah dalam diskusi virtual, Jumat (30/10/2020).
"Sampai hari ini perawat yang terinfeksi saja 2.890-an, di mana 104 meninggal dunia."
"Semua itu yang by name, by address, yang masuk ke sistem," tutur Harif.
Menurutnya, angka tersebut bisa bertambah, lantaran pekerjaan profesional perawat kian hari makin berat, di tengah angka positif Covid-19 yang belum melandai.
"Perawat bertugas di depan paling berat tugasnya."
"Jika ada yang terinfeksi maka ada efek dominonya."
"Ada yang double shift, over time, atau bisa dipinjam untuk ruangan orang lain, makin besar tingginya angka infeksi," ungkapnya.
Pihaknya pun berharap agar pemerintah memperluas tes PCR gratis untuk petugas kesehatan.
Sejauh ini, Harif menuturkan, tes PCR gratis baru dirasakan perawat di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten.
"Kita harapkan ini bisa sampai 10 provinsi yang jadi episentrum Covid-19."
"Itu salah satu upaya untuk bagaimana keamanan dan keselamatan perawat bisa terjaga," paparnya.
Sementara, Satgas Covid-19 melaporkan per 29 Oktober 2020 pukul 06.00, tingkat penggunaan tempat tidur untuk pasien Covid-19 di Wisma Atlet menurun.
Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan, kesempatan ini bisa digunakan tenaga medis dan kesehatan untuk relaksasi sejenak.
Doni mengatakan, puncak dari pasien yang dirawat di ruang isolasi, yaitu di tower 6 dan 7, mencapai sekitar 90%.
"Sekarang mengalami penurunan menjadi di posisi sekitar 43,5% yang 43,71%."
"Tentunya kerja keras dari para dokter dan tenaga kesehatan lainnya," ujar dia dalam seminar PERSI virtual, Jumat (30/10/2020).
Merujuk hal itu, angka kesembuhan pasien positif Covid-19 terbilang tinggi, dan diharapkan upaya protokol kesehatan makin membuahkan hasil.
foto : Ilustrasi perawat sedang memeriksa pasien. (ist)
"Mudah-mudahan angkanya tidak bertambah lebih banyak lagi," tutur Doni.
Pihaknya mencatat, dalam penanganan Covid-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, diterjukan setidaknya 3 ribu tenaga medis dan kesehatan.
"Saya sampaikan kepada tenaga medis dan kesehatan pada momentum ini, supaya dimanfaatkan untuk relaksasi, untuk istirahat bukan cuti."
"Karena ada juga dokter yang dari awal itu sampai hari ini belum pernah pulang ke kampung halamannya."
"Jadi kita minta untuk mengatur waktu, mungkin ketemu keluarga, orang tua, mohon doa restu untuk rileks dan berbagai kegiatan yang sifatnya personal."
"Sehingga nanti ketika ada kasus yang meninggal kita harapkan para dokter sudah lebih siap," harapnya. (Rina Ayu)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Masih Ada Perawat yang Tangani Covid-19 Kerja 8 Jam per Sif, Pemerintah Diminta Ketatkan Waktu Tugas, https://wartakota.tribunnews.com/2020/10/31/masih-ada-perawat-yang-tangani-covid-19-kerja-8-jam-per-sif-pemerintah-diminta-ketatkan-waktu-tugas?page=all.