Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Penanganan Covid

Pandemi Covid 19 Sudah Cukup Panjang, Ini Permintaan Perawat ke Pemerintah, Mulai Jenuh & Kelelahan

Perawat pun punya permintaan kepada pemerintah.disampaikan oleh Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Lampung Dedy Afrizal.

TRIBUNNEWS/HERUDIN
Petugas medis memakai alat pelindung diri (APD) lengkap bersiap di lobi Hotel U Stay kawasan Mangga Besar, Jakarta, Senin (28/9/2020). Pasien Covid-19 berstatus orang tanpa gejala (OTG) sebagian mulai diisolasi pada sejumlah hotel di Jakarta untuk mengantisipasi daya tampung RS Darurat Wisma Atlet yang padat. Sebanyak 5 lantai di hotel tersebut disediakan ruangan khusus untuk pasien tanpa gejala. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Inilah yang dirasakan perawat di Indonesia saat ini. 

Ketika pandemi covid 19 sudah cukup panjang. 

Kejenuhan dan kelelahan mulai dirasakan. 

Dan perawat pun punya permintaan kepada pemerintah. Yang harus segera dipenuhi. 

Hal ini disampaikan oleh Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Lampung Dedy Afrizal.

Dia menuturkan, kondisi perawat hampir di semua wilayah yang menangani Covid-19 mengalami kelelahan.

Pihaknya meminta pemerintah serius memberikan batasan ketat pada jam kerja perawat.

"Karena sudah cukup panjang pandemi Covid-19, sudah mulai titik kejenuhan kelelahan dirasakan oleh rekan-rekan perawat," kata dia dalam diskusi virtual Jumat (30/10/2020).

Pihaknya menilai, pemerintah memang telah memodifikasi jam kerja perawat, di mana semula 8 jam per shift menjadi 4 jam.

Namun, aturan itu tidak berlaku sampai di daerah-daerah.

Sehingga perlu perhatian khusus pemerintah agar lebih gencar mengetatkan jam kerja perawat.

"Apakah hal ini juga sudah dilakukan di semua tatanan pelayanan kesehatan publik, ini juga perlu kita dilakukan evaluasi dan juga koordinasi di daerah karena durasi yang terlalu panjang dalam pelayanan keperawatan Covid-19 ini akan menimbulkan suatu tingkat stress yang tinggi," kata dia.

Tingkat stres dipicu risiko tinggi pekerjaan perawat sebagai garda terdepan penanganan Covid-19.

Dedy melanjutkan, jika perawat jenuh dan kelelahan maka masyarakatlah yang akan dikorbankan, lantaran tidak mendapatkan pelayanan kesehatan prima.

"Bayangkan saja jika 8 jam sebagaimana jadwal tugas dalam satu shift harus menggunakan pakaian hazmat, tidak bisa membayangkan. Harus disosialisasikan (4jam kerja) sampai ke bawah sehingga hal-hal yang beresiko terhadap tingkat stres pada rekan-rekan perawat juga dapat kita minimalisir termasuk dampak di masyarakat juga," terang dia.

Meski demikian, dirinya berharap agar tenaga kesehatan di seluruh Indonesia tetap profesional menjalankan tugas kemanusiaan ini.

"Tetap semangat. Kita sudah memilih profesi perawat sebagai jalan hidup kita dan pilihan itu pun merupakan pilihan yang maha kuasa dan bagaimana kita bisa menjaga marwah semua tugas ini dengan keikhlasan dan penuh profesionalisme," kata Dedy.

Selain itu, PPNI meminta agar masyarakat dapat membantu meringankan tugas perawat dengan displin menerapkan protokol 3M (Memakai masker, Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta Menjaga jarak).

Sari misalnya perawat 28 tahun di rumah sakit di sebuah Kabupaten di Kalimantan Selatan.

Dirinya mengungkapkan, sampai hari ini jam kerja di rumah sakitnya masih memberlakukan 8 jam per satu kali shift.

Menurutnya, hal itu dilakukan lantaran kurangnya tim kesehatan untuk penanganan Covid-19.

"Di tempat kami masih 8 jam kerjanya, perawat di ruang biasa maupun di ruang Covid-19," tuturnya saat dihubungi Tribunnews.com.

Ia pun merasakan stres karena khawatir setiap pulang berdinas di kediamannya ada kelompok rentan Covid-19.

"Stress karena di rumah ada bayi dan lansia, kan imunitas mereka termasuk rentan. Pasien Covid-19 sejak bulan Mei enggak pernah kosong, malah lebih banyak dari pasien di ruangan biasa," ungkap Sari.

2.800 Perawat Terinfeksi Covid-19

8 bulan pandemi Covid-19 di Indonesia dilaporkan ada 2.800-an perawat terinfeksi virus corona, 104 diantaranya meninggal dunia.

Hal itu disampaikan, Ketua Umum DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhilah dalam diskusi virtual Jumat (30/10/2020).

"Sampai hari ini perawat yang terinfeksi saja 2.890-an, di mana 104 meninggal dunia. Semua itu yang byname, byaddress yang masuk ke sistem," ujar Harif.

Menurutnya, angka tersebut bisa bertambah lantaran pekerjaan profesional perawat kian hari makin berat, di tengah angka positif Covid-19 yang belum melandai.

"Perawat bertugas di depan paling berat tugasnya. Jika ada yang terinfeksi maka ada efek dominonya, ada yang double shift, over time atau bisa dipinjam untuk ruangan orang lain, makin besar tingginya angka infeksi," ungkapnya.

Pihaknya pun berharap agar pemerintah memperluas tes PCR gratis untuk petugas kesehatan.

Sejauh ini, Harif menuturkan, tes PCR gratis baru dirasakan perawat di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten.

"Kita harapkan ini bisa sampai 10 provinsi yang jadi episentrum Covid-19. Itu salah satu upaya untuk bagaimana keamanan dan keselamatan perawat bisa terjaga," harap dia.

Sebagaimana diketahui, pemerintah lewat Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 saat ini terus menggencarkan kampanye penyuluhan protokol kesehatan 3M yaitu Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak.

Kampanye 3M ini terus menerus disosialisasikan supaya masyarakat tidak lupa bahwa penyebaran Covid-19 banyak datang dari pergerakan manusia.

Makanya, pelaksanaan 3M harus dijalankan secara ketat.

Artikel ini telah tayang di:

Tribunnews.com dengan judul Perawat Covid-19 Minta Agar Pemerintah Ketatkan Jam Kerja: Kami Kelelahan,

https://www.tribunnews.com/nasional/2020/10/31/perawat-covid-19-minta-agar-pemerintah-ketatkan-jam-kerja-kami-kelelahan?page=all

Subscribe YouTube Channel Tribun Manado:

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved