Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kabar Parncis

Charlie Hebdo, Media Satir Pengolok-olok Ekstrimisme Islam, Pernah Belasan Karyawan Tewas Diserang

Mengenal Media  Charlie Hebdo, Belasan Anggota Karyawannya Pernah Tewas Karena Sering Diserang Atas Karya Kontroversialnya

Editor: Aldi Ponge
internet
Charlie Hebdo, Media satir Perancis 

TRIBUNMANADO.CO.ID -  Charlie Hebdo, Media satir Perancis yang suka mengolok-ngolok ekstremisme Islam

Charlie Hebdo pernah diancam dan dibom berulang kali bahkan belasan karyawannya tewas diserang.

Banyak kritikus media di seluruh dunia mengatakan karyawan editorial Charlie Hebdo sebenarnya telah menyerang Islam itu sendiri;

orang-orang yang bekerja pada Charlie Hebdo mengatakan mereka mengkritik intoleransi, penindasan dan bentuk politis dari Islam yang mengancam demokrasi.

Baca juga: Investor Legendaris Tentang Covid-19: Ini Mungkin Krisis Terburuk yang Pernah Saya Lihat Dalam Hidup

Namun, dengan kebebasan berekspresi sebagai kredo, publikasi secara rutin itu telah mendorong batas-batas hukum ujaran kebencian di Perancis dengan seringkali karikatur seksual eksplisitnya menyinggung hampir setiap orang.

Keputusan media itu mempublikasikan kartun-kartun baru pekan ini yang menghina lawan mereka dari dunia Islam melatarbelakangi serangan yang baru-baru ini terjadi di Perancis pada Kamis lalu, di mana 3 orang tewas secara brutal di gereja.

Charlie Hebdo telah mengkritik satir atas meninggalnya anak-anak para migran, korban virus corona, pecandu narkoba yang sekarat, para pemimpin dunia, neo-Nazi, Paus, uskup, pemimpin Yahudi, tokoh agama, politik serta hiburan lainnya.

Edisi pekan ini, mereka menampilkan kartun pemakaman seorang guru yang dipenggal, menunjukkan petugas yang membawa dua peti mati, satu untuk bagian tubuh, dan lainnya untuk bagian kepala.

Sejak sidang dibuka bulan lalu atas serangan 2015 yang menewaskan 12 kartunis Charlie Hebdo, media satir itu menghabiskan hampir setengah dari sampul mingguannya untuk mengejek ekstremisme Islam.

“Kami membutuhkan tindakan yang kuat untuk menghentikan Islamisme tetapi juga untuk mengutuk tindakan sekecil apapun, kata-kata yang tidak toleran atau penuh kebencian terhadap orang-orang Perancis dari latar belakang imigran.

" Karena Perancis tidak terbagi antara Muslim dan non-Muslim, antara beriman dan tidak beriman, antara orang-orang dengan akar Perancis dan orang-orang Perancis dari latar belakang imigran," tulis editor Charlie Hebdo, Riss dalam editorial pekan ini dikutip Associated Press (AP).

"Tidak, Perancis terbagi antara demokrat dan anti-demokrat."

Sirkulasi media itu kecil dan banyak orang Perancis sendiri mengatakan tempat itu menjijikkan atau esktrem namun membela hak mereka untuk tetap ada.

Media Charlie Hebdo menimbulkan amarah umat Islam setelah mencetak ulang karikatur Nabi besar umat Islam, Muhammad Saw yang awalnya diterbitkan majalah Denmark tahun 2005.

Baca juga: Subsidi Gaji Rp 1.2 Juta Segera Dicairkan, Ini Jadwal Pencairan Gelombang Kedua untuk Pekerja Swasta

Kartun itu dipandang sebagai bentuk penghinaan terhadap Islam dan banyak muslim di seluruh dunia merasa benar-benar terluka namun mengutuk keras kekerasan yang datang sebagai respons atas penerbitan kartun itu.

Pada tahun 2011 kantor Charlie Hebdo dibom setelah menerbitkan edisi 'lelucon' yang 'mengundang' sang Nabi untuk menjadi editor tamu dengan karikatur di sampul majalah itu.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved