Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Wanita Cantik Menjadi Transgender Bertubuh Kekar Agar Masuk Militer AS, Demi Ayah yang Sekarat

Kondisi ayahnya yang sekarat semakin membuat Paulo bersikeras menghilangkan semua bekas wanita yang ada dalam dirinya

Editor: Finneke Wolajan
25hournews.com
Paulo Batista, transgender yang ingin bergabung dengan militer AS 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kisah seorang transgender yang berjuang agar masuk ke militer Amerika Serikat.

Paulo Batista ingin menjadi tentara militer Amerika Serikat setelah dirinya menjadi transgender.

Demi sang ayah, Paulo Batista mati-matian berjuang mempermak tubuhnya menjadi kekar dan berotot agar masuk dalam militer AS.

Paulo Batista, transgender yang ingin bergabung dengan militer AS
Paulo Batista, transgender yang ingin bergabung dengan militer AS (Kolase 25hournews.com/istimewa)

Kondisi ayahnya yang sekarat semakin membuat Paulo bersikeras menghilangkan semua bekas wanita yang ada dalam dirinya.

Sayang niat baik Paulo harus terganjal aturan Presiden Donald Trump yang melarang transgender masuk dalam militer AS.

Dilansir dari berita NBC, Jumat (16/10/2020), Batista merupakan seorang transgender sejak belasan tahun lalu.

Ia secara efektif dilarang dari dinas militer di bawah kebijakan yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump pada 2017 dan secara resmi diadopsi pada 2019.

Aturan itu membalikkan kebijakan yang telah diberlakukan oleh pemerintahan mantan Presiden Barack Obama, setelah peninjauan ekstensif, untuk memungkinkan dinas militer transgender.

Meski begitu Batista tetap melanjutkan pencariannya.

Ia mengharapkan pembebasan atau perubahan kebijakan yang memungkinkannya masuk militer.

Bahkan ketika perekrut militer menolak permohonannya.

Dia memompa besi di garasinya hingga lengannya yang berotot dan bertato mampu menahan beban 275 pound.

Ia bahkan melakukan 100 push-up dalam sehari untuk mewujudkan impiannya.

Batista juga belajar untuk Armed Services Vocational Aptitude Battery, sebuah tes yang dikembangkan oleh Pentagon untuk mengukur potensi rekrutan.

“Hati saya dijual untuk ini sebagai karier.

Ada perasaan tentang memakai seragam itu,” kata Batista.

Berusia 36 tahun, Batista sebenarnya terlalu tua untuk Angkatan Darat atau Marinir.

Oleh karena itu dia fokus pada Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

“Ketika Anda menyukai apa yang Anda lakukan, itu bukan lagi pekerjaan, dan melayani negara saya tidak akan pernah menjadi pekerjaan.”

Mahkamah Agung AS telah memutuskan bahwa kebijakan transgender di masa pemerintahan Trump dapat bertahan sementara menghadapi empat tuntutan hukum terpisah di pengadilan yang lebih rendah.

Meskipun sebagian besar personel militer transgender pada 2019 diizinkan untuk terus bertugas, rekrutan baru telah dijauhkan.

“Sepengetahuan saya, tidak ada orang transgender yang berhasil mendaftar (ke militer) sejak pelarangan diberlakukan,” kata Jennifer Levi dari GLBTQ Legal Advocates & Defenders, salah satu kelompok yang menggugat pemerintahan Trump.

Calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden, yang merupakan wakil presiden Obama, telah berjanji untuk menginstruksikan Pentagon untuk memulihkan hak transgender untuk bertugas di militer jika ia memenangkan pemilihan 3 November nanti.

Jajak pendapat menunjukkan Biden memimpin Trump.

Departemen Pertahanan mengatakan tidak ada pejabat yang bersedia memberikan komentar untuk artikel ini dan tidak menanggapi permintaan Reuters untuk data tentang pendaftaran calon transgender.

Batista masih tampil sebagai perempuan pada tahun 2002 ketika ia masuk ke Korps Pelatihan Perwira Cadangan Junior militer, tetapi keluar untuk merawat ayahnya yang sakit.

Fred Batista meninggal karena kanker pada 2007 di usia 69 tahun.

“Saya tidak ingin melakukan apa pun selain menjadikan satu orang, pahlawan saya, bangga pada saya dari atas,” kata Batista.

"Impian Amerika sejati yang kita semua tahu adalah kebebasan murni, tidak peduli siapa atau apa Anda," tandasnya.

Awalnya Terpana, Pasien Corona Syok, Dokter Cantik Idolanya Ternyata Transgender & Miss Trans Queen

Masih kisah seorang transgender, sosok Beoncy Laishram mendadak ramai diperbincangkan publik.

Pasalnya Beoncy Laishram dikenal sebagai dokter cantik yang memberikan dirinya untuk ikut merawat pasien Covid-19.

Tak hanya cantik penampilan Beoncy Laishram yang modis sukses membuat semua pasien Covid-19 dan para tim medis terpesona.

Namun siapa sangka saat tahu identitas asli dokter Beoncy Laishram, semua orang mendadak terkejut dan merasa tak percaya.

Ya dokter Beoncy Laishram merupakan seorang transgender.

tribunnews
Beoncy Lashiram (news18.com)

Ia menjadi transgender pertama yang ikut berjuang menangani pasien Covid-19 di negaranya.

Melihat penampilannya kala bertugas, semua mengira Beoncy Lashiram adalah wanita tulen.

Sebab Beyonce terlihat cantik dan mempesona di usia muda.

Pakaiannya pun modis dan pas di badan.

Sehari-hari Beoncy Laishram yang berusia 27 tahun bertugas di rumah sakit swasta Imphal, India.

Di balik penampilannya seperti dokter yang anggun itu, Beoncy adalah transgender.

Bagi kalangannya, Beoncy Laishram adalah simbol kebanggaan.

Betapa tidak? Ia adalah dokter transgender pertama di Manipur, kota kelahirannya.

Selama ini, di tempat kelahirannya, identitas transgender acapkali terpinggirkan.

Banyak yang menganggap remeh status transgender.

Tapi Beoncy Laishram telah membuktikan anggapan itu salah.

Karena kecerdasannya, ia berhasil menempuh pendidikan kesehatan di Regional Institute of Medical Sciences (RIMS), Imphal.

Usai lulus, Beoncy langsung mengabdi kepada masyarakat.

Hari ini, Beoncy Laishram yang mengenakan APD lengkap ikut ambil bagian dalam memerangi pandemi COVID-19, itu sesuai impiannya yang ingin menjadi dokter dan membantu orang.

Soal statusnya, Beoncy Laishram tegas menyatakan dirinya adalah wanita seutuhnya.

"Saya terlihat seperti perempuan sekarang, jadi tidak ada yang menyadari saya trans-gender sampai mereka mendengar suara saya," ucap Beoncy Laishram, dikutip TribunSolo.com dari news18.

Beoncy Laishram menyadari banyak orang terkejut mengetahui fakta jika ia dulu adalah laki-laki.

"Beberapa orang terkejut, tapi hanya sebentar," tambahnya.

Beoncy Laishram bersyukur tempatnya saat ini hidup menerima kehadirannya dan tak pernah mempermasalahkan statusnya sebagai transgender.

"Saya telah bekerja di sini sejak November 2019.

Tidak ada diskriminasi atau kebencian yang diarahkan kepada saya. Semua rekan saya memperlakukan saya sebagai teman," kata Beoncy.

Ia mengakui sebagai transgender sudah melakukan operasi kelamin seperti wanita di Puducherry.

Hal itu yang membuatnya merasa pantas disebut sebagai wanita.

Kisah heroik Beoncy Laishram dimulai ketika ia banyak membantu masyarakat kurang mampu yang sulit mendapat akses kesehatan.

Kinerja Beoncy sebagai dokter juga mendapat pujian dari rekannya.

“Dia bagus dalam pekerjaannya. Kami tidak melihatnya sebagai dokter transgender. Dia ramah kepada semua dan telah bekerja keras dengan pasien COVID di rumah sakit,” kata Santa Khurai, seorang aktivis transgender Manipuri.

tribunnews
Beoncy Lashiram (www.freepressjournal.in)

Sebagian artikel ini sudah tayang di Sosok.id dan TribunSolo.com dengan judul Tak Lagi Ada Bekas Fisik Wanita, Pria Transgender Mati-matian Bentuk Otot Demi Gabung ke Militer AS, Tapi Ditolak oleh TrumpKisah Dokter Cantik Tangani Pasien Covid-19, Banyak yang Kaget saat Tahu Identitas Aslinya

Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul KISAH Transgender Wujudkan Mimpi Ayah yang Sekarat, Setengah Mati Bentuk Otot Demi Jadi Militer AS

Sumber: TribunStyle.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved