Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

UMKM

UMKM Sulut Bangkit, Meynio Kembali Memproduksi Oleh-oleh Manado Nike Tore Nio's Ribuan Kantong

Mey, sapaan ibu tiga anak ini sempat lima bulan tak berproduksi. Bahkan, produk Nike Tore miliknya sebagian dikembalikan.

Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: David_Kusuma
Tribun Manado/Fernando Lumowa
Meynio Sumendap menyiapkan kemasan Nike Tore Nio's, oleh-oleh khas Manado di workshop miliknya di Perumahan Istana Kabar Indah, Kawangkoan Baru, Kecamatan Kalawat, Minut, Rabu (28/10/2020). 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - UMKM adalah tulang punggung perekonomian Indonesia. Pendapat ini tak terbantahkan.

Sektor UMKM paling tahan banting. Sempat terpukul akibat pandemi Covid-19, tak ada permintaan hingga omzet nol, kini UMKM bangkit lagi. Usaha mereka kembali bergairah.

"Pantang menyerah. Di mana ada usaha dan kesabaran, pasti ada jalan," kata Meynio Sumendap, pemilik Nike Tore Nio's kepada Tribun Manado, Rabu (28/10/2020).

Mey, sapaan ibu tiga anak ini sempat lima bulan tak berproduksi. Bahkan, produk Nike Tore miliknya sebagian dikembalikan.

Baca juga: Sebanyak 3.591 KPPS Akan Bertugas di 513 TPS se-Minsel

Baca juga: Tamu dan Undangan Maulid Nabi di Rudis Wali Kota Kotamobagu Wajib Rapid Test

Baca juga: MOR-HJP Buat TPU untuk Masyarakat Kurang Mampu Jika Menjadi Pemimpin di Kota Manado

"Maret hingga Juli itu paling berat. Ada produksi cuma 10 persen. Itupun tak seberapa lewat online," kata Mey berkisah kepada Tribun Manado di workshop miliknya di Perumahan Istana Kabar Indah, Kawangkoan Baru, Kalawat Minut.

Ritel modern dan toko suvenir menghentikan permintaan. Omset bulanan Mey anjlok hingga 90 persen.

"Sebelum Covid omzet saya rata-rata Rp 36 juta. Ketika pandemi, turun drastis. Ada permintaan tapi sangat sedikit dan tidak pasti," jelasnya.

Baca juga: Polda Sulut Siagakan Pasukan, Antisipasi Libur Panjang Maulid Nabi

Baca juga: Sulut Kembali Ekspor Langsung 5,3 Ton Tuna Masuk Pasar Jepang

Kondisi sulit tak membuat istri Jefstrong Paulus ini patah semangat. Ia bertahan. Buah kesabaran, mulai Agustus, pelanggan tetap mulai meminta produknya.

Meskipun omset belum kembali normal, Mey bersyukur usahanya hidup lagi setelah mati suri lima bulan.

"Jika sebelumnya saya tiap hari produksi, minimal lima hari dalam seminggu, sekarang maksimal dua kali," katanya.

Baca juga: Profil Wanita Cantik Nunung Atika Marfuan Pano, Peringati Maulid Nabi Muhammad

Ia kembali bisa mempekerjakan tiga orang ibu dalam memproduksi Nike Tore Nio's.

Kini, rata-rata sebulan ia bisa menjual sedikitnya 1.200 pouch (kemasan kantong) Nike Tore Nio's ukuran 120 gram. Harganya Rp 40 ribu per kemasan

"Sudah lumayan, ritel dan toko suvenir mulai minta. Dari Gorontalo dan pembelian online juga mulai lancar," kata Mey sambil menata produknya di lemari khusus.

Baca juga: Kecelakaan Maut, Ditabrak Tronton Pengendara Motor Tewas Seketika Digilas

Oleh-oleh Nike Pertama

Meynio, perempuan asal Tanawangko, Minahasa bisa dibilang pionir oleh-oleh Nike Tore pertama di Sulut.

Sebelumnya, warga Sulut maupun pendatang cuma tahu Nike--ikan khas Danau Tondano--dijadikan perkedel saja. Penganan yang tak tahan lama. Kurang pas dijadikan oleh-oleh.

Berkat inovasi Mey, perkedel Nike garing kini bisa dijadikan oleh-oleh dan tahan lama. "Ini bisa sampai enam bulan. Dalam kemasan khusus seperti ini, selama itu masih tetap garing," katanya.

Baca juga: Ini Pesan Pastor John Montolalu dalam Muskomda yang Digelar PK Komda Sulut

Ia menyebut punya resep dan cara khusus sehingga bisa menghasilkan perkedel Nike garing dan tahan lama.

"Saat baru pertama buat, tahun lalu, sedikitnya delapan kali bikin baru jadi seperti saat ini," katanya.

Ia membuka rahasia, tak ada bahan khusus digunakan. Hanya saja kuncinya ada pada cara mencampur adonan, ikan Nike, bumbu, terigu dan tambahan penyedap harus pas.

Kemudian cara menggorengnya harus tepat. Mey yang pernah meraih predikat peserta terbaik Promosi Produk UMKM dari Diskop UMKM Sulut ini bilang, salah satu kuncinya, selalu menggunakan minyak goreng baru.

"Hanya sekali pakai. Kalau dua kali, pengaruh di rasa dan kualitas Nikenya," katanya.

Baca juga: Potret Ponakan Ganteng Jenderal TNI Andika Perkasa, Usia 17 Tahun, Rafael Sukses Curi Perhatian

Dalam sekali produksi, ia menghabiskan rata-rata 20 kg Nike, 5 kg terigu, 20 kg migor dan telur sesuai kebutuhan.

Bahan Nike ia jemput langsung dari Nelayan di Danau Tondano. Kebetulan, sang suami ASN di Inspektorat Minahasa.

Mey bilang, pendemi ini turut mendorong harga Nike yang naik hampir dua kali lipat. Jika sebelumnya satu ember Nike dibelinya Rp 300 ribuan, kini hampir Rp 600 ribuan.

Pandemi Covid-19 tak tahu kapan berakhir. Ibu tiga putra ini bertekad tetap memproduksi Nike Tore Nio's. Bahkan ia punya mimpi produknya bisa diekspor.

Baca juga: 20 Kumpulan Ucapan Bijak Selamat Maulid Nabi Muhammad SAW 1442 H, Bisa Dibagikan di FB, WA dan IG

Jika permintaan sudah kembali normal, Mey pun siap kembali memproduksi produk lainnya seperti Kriuk Teri, Kriuk Roa, Kriuk Cakalang, Abon Cakalang, Sambal Roa, Pampis Cakalang dan Cakalang Suwir.

"Semoga pandemi ini segera berlalu sehingga kita bisa berusaha normal," kata Mey yang juga pernah menekuni bisnis katering.

Nah, bagi anda yang penasaran dengan Nike Tore Nio's, bisa pesan langsung melalui Instagram @niketoremanado; Facebook Oleh Oleh Manado Nike Tore dan WhatsApp
+62 853-4120-5040.(ndo)

Baca juga: Sosok Presiden Prancis Emmanuel Macron, Awalnya Akui Pluralisime hingga Istri Lebih Tua 24 Tahun

SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUN MANADO:

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved