Yasti Klaim Olly-Steven Unggul 65 Persen
Bolaang Mongondow di bawah naungan beringin. Itu ‘lagu lama’ saat Pasangan Calon Gubernur-Wakil Gubernur Sulawesi
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO – Bolaang Mongondow di bawah naungan beringin. Itu ‘lagu lama’ saat Pasangan Calon Gubernur-Wakil Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey-Steven Kandouw (39,74 persen) kalah dari paslon Partai Golkar, Benny Mamoto-David Bobihoe (44,99 persen) pada Pilgub Sulut 2015.
Kini Pilgub 2020. Bolmong bakal jadi kandang banteng. Indikasi itu terlihat dari bocoran hasil survei yang dibeberkan Bupati Bolmong Yasti Soepredjo Mokoagow. "Survei terakhir pasangan Olly-Steven unggul di Bolmong dengan 61 hingga 63 persen," kata Yasti dalam pertemuan dengan wartawan Biro Bolmong, Jumat pekan lalu.
Baca juga: Sosok Seperti Jakob Oetama Baru akan Lahir 50 - 100 Tahun Lagi
Sebagai perbandingan, hasil survei yang dirilis Lingkaran Survei Indonesia (LSI) KCI Network, Minggu (13/9/2020), menyebut elektabilitas petahana mencapai 68,1 persen. Jauh meninggalkan pasangan Christiany Eugenia Paruntu-Sehan Salim Landjar yang beroleh 16,9 persen dan pasangan Vonnie Anneke Panambunan-Hendry Runtuwene dengan 7,2 persen.
Menariknya di Bolaang Mongondow Raya (BMR) yang diperkirakan daerah sulit, ternyata mudah bagi Olly-Steven untuk meraup suara. Dapil BMR dan Minahasa Selatan-Minahasa Tenggara, petahana masih di atas pasangan lain. Menurut Yasti, perolehan suara petahana menunjukkan tren melejit. Ia hakul yakin raihan suara petahana di Bolmong dapat menembus 65 persen. "Trennya terus meningkat," katanya.
Ia menuturkan, semua poros kekuatan Olly-Steven di Bolmong gotong royong untuk memenangkan pasangan tersebut. "Dengan Pak Yani (Yanni Tuuk) saya jalan bersama," katanya.
Setiap poros kekuatan, sebutnya, punya tugas masing-masing. PDIP misalnya menggerakkan
masin partai di desa. PDIP memang punya kekuatan melimpah di Bolmong. Yasti dalam sejumlah kesempatan menjanjikan sumbangan 1.000 persen kemenangan bagi Olly-Steven dalam Pilgub 2020.
Selain dukungan Yasti, sekurangnya ada tiga poros kekuatan yang menopang kekuatan Olly-Steven di Bolmong. Poros pertama adalah mesin PDIP. Banteng adalah kampiun di Pileg 2019 dengan tujuh kursi. Mesin partai terus dipanaskan dengan konsolidasi partai hingga ke pelosok desa.
Bendahara DPC PDI P Bolmong Welty Komaling sesumbar Olly-Steven meraih 80 persen suara di Bolmong. "Konsolidasi partai berjalan dengan baik. Dengan kerja keras dan gotong royong kami berkeyakinan bisa menang 80 persen," ujarnya.
Para anggota DPRD Bolmong dari PDIP juga berlomba lomba memenangkan
Olly-Steven di wilayahnya. Seperti Wolter Barakati dan Ramono. Kedua politisi muda ini memasang target 80 persen kemenangan Olly-Steven di kandang masing-masing. "Target 80 persen," ujar Wolter.
Baca juga: 55 Persen Publik Ingin PSBB Dihentikan
Poros kekuatan kedua adalah dukungan partai Islam yakni PKB dan PPP. Kedua partai ini bakal mengunci suara Muslim untuk petahana. PKB punya empat kursi di DPRD Bolmong.
Jaringan GP Ansor di Bolmong pun cukup solid. Sementara PPP punya dua kursi dan punya pengaruh kuat di daerah berbasis Muslim seperti di kawasan pantai utara. Ketua Fraksi PKB Supandri Damogalad mengatakan, warga Bolmong cukup dewasa untuk menentukan pemimpin yang pluralis. "Warga akan memilih pemimpin yang membawa kemajuan bagi daerah," kata dia.
Supandri mengimbau agar kampanye jadi ajang adu program serta tidak mempolitisasi agama. Ketua DPC PPP Bolmong Satira Manoppo menjamin pihaknya tegak lurus mendukung Olly-Steven. "Ini sudah merupakan perintah dari pusat untuk mengamankan suara Olly-Steven di Bolmong," katanya.
Ungkap Satira, partainya fokus menggarap kantong suara partainya seperti di kawasan pantai utara. Dia hakul yakin daerah-daerah yang kini ‘menguning’ bisa memilih Olly-Steven pada 9
Desember nanti. "Saya yakin itu," kata dia.
Menarik melihat koalisi ‘abang ijo’ di pilpres terjadi juga di Bolmong. Koalisi ini turut berandil pada tingginya angka survei PDIP di Bolmong. Sumber Tribun Manado membeber, keunggulan Olly-Steven dalam survei tersebut merata di semua kecamatan.
Ada empat kultur politik di Bolmong. Pertama Pantura yang dihuni beragam etnis, kemudian Passi dan Lolayan dengan mayoritas etnis Mongondow dan Dumoga Raya yang dihuni etnis Minahasa, Mongondow, Jawa dan Bali. Olly-Steven, menurut survei, unggul di empat kultur ini.
Poros kekuatan ketiga yang tak kalah hebatnya adalah para sukarelawan.
Mereka terdiri dari mantan birokrat, tokoh budaya, tokoh agama, tokoh pemuda dan tokoh masyarakat. Semuanya punya jejaring yang kuat dan jadi panutan masyarakat. Tim Independen ODSK Bolaang Mongondow Raya (BMR) mengadopsi kearifan lokal ke dalam cara meraih massa dalam kontestasi Pilgub 2020. "Kami pakai door to door atau dalam bahasa sini disebut Sonsoma," kata Ketua Tim Independen ODSK BMR Ati Ginoga dalam rapat konsolidasi pemenangan petahana bersama Tim Independen ODSK
BMR di Gedung Restoran Lembah Bening, Kotamobagu Rabu (14/10/2020). Menurut dia, cara tersebut sangat efektif untuk memberi sosialisasi kepada masyarakat mengenai capaian serta visi dan misi ODSK. Ia menyebut, tim independen terdiri dari mantan birokrat, tokoh pemuda, tokoh masyarakat serta tokoh budaya.
Isu isu suku yang menyerang ODSK dapat diredam dengan tinjauan para budayawan.
Budayawan Bolmong Chairun Mokoginta angkat bicara mengenai politik identitas yang kerap menyeret etnis Mongondow ke dalam pusarannya.
Menurut Chairun, terdapat empat kriteria pemimpin dalam kebudayaan Mongondow. Pria yang sudah meneliti adad Mongondow sejak tahun 1970 ini, mengaku tak ada keharusan orang Mongondow memilih Mongondow. "Itu tidak ada. Selama meneliti saya tidak menemukan referensi orang Mongondow harus pilih Mongondow. Kalau ada yang berikan referensi perlu dipertanyakan dari mana itu berasal," katanya kepada Tribun Manado via ponsel, Selasa (6/10/2020) malam.
Ia menyebut empat kriteria tersebut. Pertama, kata dia, Moko Dotol atau patriotisme.
"Pemimpin harus mampu menjaga wilayah, memberi rasa aman dan nyaman kepada rakyat," katanya.
Kedua adalah Moko Rakup atau mengayomi seluruh anggota masyarakat. Ini berkaitan demgan masalah ekonomi. "Selanjutnya adalah Mokodia atau amanah. Artinya pemimpin
harus konsisten," katanya.
Baca juga: CHORD Lagu Belum Ada Judul - Iwan Fals: Cukup Lama Aku Jalan Sendiri
Terakhir Moko Anga yang berarti baik dari sikap dan perilaku. Moko Anga dahulunya jadi
kriteria pengkaderan Bogani. Ia mengatakan, empat kriteria itu sejalan dengan tiga
karakter orang Mongondow.
Ketiga karakter itu mencerminkan sikap orang Mongondow yang demokratis. "Mo’o ulean atau bila terjadi gesekan dan benturan sesama, maka diselesaikan secara damai. Kedua, Mo’o Aheran atau saling menghargai. Jadi orang Mongondow itu saling menghargai. Siapa pun yang datang ke Mongondow harus di terima. Ketiga, Mobo Bangkalan atau saling menghormati," ujarnya.
Sebut dia, budaya Mongondow sangat demokratis dalam memilih pemimpin. Budaya sejak ribuan tahun itu selaras dengan konsep Pancasila dan NKRI. "Saya sebagai peneliti
kebudayaan memang belum mendapatkan sebuah patokan atau prinsip kita harus memilih si ini atau si itu,” akunya.

Berdasarkan data
Dukungan terhadap paslon Olly-Steven terus ditunjukkan Yasti. Bupati Bolmong tersebut tak segan mengklaim kemenangan petahana di wilayah yang dipimpinnya.
Menurut pengamat politik Ferry Liando, klaim tim sukses seperti itu adalah hal wajar. Dikarenakan sudah merupakan tugas tim sukses dalam mewartakan hal-hal positif tentang siapa yang didukungnya. "Itu wajar, karena tugas tim sukses adalah mewartakan hal-hal yang positif tentang siapa yang didukungnya," kata Liando, Minggu kemarin.
Meski demikian, menurut Liando, karena yang diucapkan itu bahasa numerik, sehingga harusnya dilengkapi dengan data-data kuantitatif. "Perlu ada data yang diperoleh dari hasil-hasil survei. Apalagi yang mengucapkan itu adalah pejabat publik," ujar Akademisi Unsrat ini.
Selain itu, klaim Yasti tersebut tak boleh hanya atas dasar asumsi atau perkiraan. "Semua ucapan ke publik tidak boleh atas dasar asumsi atau perkiraan. Jika statement itu atas dasar data dan fakta maka akan memberikan pengaruh pada kepercayan publik," ungkap Liando.
Sedangkan, jika kalu tidak sesuai data, akan berdampak pada jatuhnya kewibaaan. "Akan berdampak pada jatuhnya kewibawaan dari pejabat yang mengucapkan," ujar Dosen Fisip ini.
DUKUNGAN DPRD BOLMONG
PDIP 7 kursi
PKB 4 kursi
PPP 2 kursi
Olly-Steven 13 kursi (43,33%)
Nasdem 7 kursi
PKS 3 kursi
VAP-HR 10 kursi (33,33%)
Golkar 5 kursi
Demokrat 1
PAN 1
CEP-Sehan 7 kursi (23,33%)
Pilkada Bolmong 2015
Pemilih 172.790
Suara Sah 91.679
Tak Sah 667
Olly-Steven 36.432 (39,74%)
Maya Rumantir-Glenny Kairupan 14.001 (15,27%)
Benny Mamoto-David Bobihoe 41.246 (44,99%)

Stefanus Sampe PhD
Analis Politik dari Unsrat
Perlu Tingkatkan Elektabilitas
Cara ilmiah untuk mengukur elektabilitas (tingkat keterpilihan) dari seorang kandidat adalah melalui metode survei. Survei itupun harus dilakukan dengan prosedur dan standar penelitian ilmiah sehingga objektif, dapat dipertanggungjawabkan dan valid sesuai dengan kebenaran realita. Tanpa survei sulit sekali untuk meyakini angka-angka tersebut yang pada akhirnya jatuh pada tebak-tebakan seperti ‘lotto singapur’ atau ‘feeling’ mengenai persentase tingkat elektabilitas.
Tapi kalau angka 63 persen itu didapat melalui survei yang sesuai standar ilmiah maka angka 63 persen tersebut menjadi valid. dan bahwa benar. Tingkat elektabilitas Olly Dondokambey-Steven Kandouw di Bolmong telah mencapai angka tersebut.
Dari pengamatan saya, saat pilkada, hasil survei itu umumnya lebih sebagai alat kampanye daripada sebagai alat atau referensi untuk mendesain strategi-strategi untuk memenangkan kandidat.
Hal ini sangat jelas terlihat ketika banyak kandidat yang mengklaim tingkat popularitas dan elektabilitas mereka lebih tinggi dari yang lain tanpa penelitian yang objektif untuk menarik para pemilih khususnya yang belum memiliki pilihan untuk mendukung dan memilih mereka.
Karena menurut hasil survei, mereka lebih unggul. Hasil survei demikian tidak dapat digunakan dalam penyusunan strategi kampanye karena data-datanya tidak jelas dan hanya berdasarkan rekayasa untuk kepentingan kampanye semata.
Kemudian, tingkat elektabilitas ini bisa saja berubah sesuai dangan perjalanan waktu dan dinamika yang terjadi di masyarakat. Pada waktu yang akan datang bisa saja angka ini naik atau bahkan turun. Karena itu, perlu strategi kampanye yang tepat untuk menaikkan tingkat popularitas ini.
Kalau memang angka 63 persen itu didapat sesuai dengan prosedur dan standar ilmiah, berarti strategi kampanye dari Olly-Steven sudah ‘on track’ atau sesuai dengan yang direncanakan, yaitu memperoleh dukungan yang besar bagi pemilih di Bolmong.
Tinggal bagaimana Olly-Steven dan tim kampanye mempertahankan atau malah meningkatkan persentase atau tingkat elektabilitas di Bolmong sampai pada hari pencoblosan nanti 9 Desember 2020. (art/hem/mjr)