Fadli Zon
Tiga Presiden Amerika Serikat Larang Prabowo Subianto Mengunjugi, Fadli Zon Aprisiasi Kunjungan
Di bawah Presiden Bill Clinton, George W Bush, dan Barack Obama, Prabowo Subianto dilarang mengunjungi Amerika Serikat.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Di bawah Presiden Bill Clinton, George W Bush, dan Barack Obama, Prabowo Subianto dilarang mengunjungi Amerika Serikat.
Mungkin bisa dikatakan dua dekade Letjen (Purn) Prabowo Subianto tidak diizinkan berkunjung ke Amerika Serikat karena dituduh melanggar hak asasi manusia.
Alasannya Prabowo, yang pernah menjadi menantu diktator Presiden Soeharto dan Danjen Kopassus, disalahkan atas kekejaman yang dilakukan oleh pasukan khusus yang dipimpinnya.
Tapi sekarang, Prabowo adalah menteri pertahanan Indonesia dan larangan itu telah dicabut.

Atas undangan Menteri Pertahanan AS Mark T.Esper, Prabowo akan tiba di Washington minggu ini dan diharapkan bertemu dengan pejabat tinggi di Pentagon pada hari Kamis besok.
Bagi Prabowo, yang akan berusia 69 tahun pada hari Sabtu dalam perjalanannya, kunjungan tersebut adalah puncak dari pencarian selama bertahun-tahun untuk mendapatkan kehormatan.
Bagi Washington, ini menyoroti pentingnya Indonesia, sekutu AS yang berpotensi penting melawan China, dan selanjutnya menandakan degradasi hak asasi manusia ke masalah diplomatik kecil.
Wakil Ketua Umum Pembina Partai Gerindra Fadli Zon mengapresiasi rencana kunjungan Prabowo ke Amerika Serikat.

Menurutnya, kunjungan Prabowo tersebut akan memberikan banyak manfaat bagi Indonesia.
"Sebagai tokoh militer terdidik dan memiliki wawasan serta jaringan internasional luas, relasi antara @prabowo dengan AS saya kira akan memberi banyak manfaat bagi kepentingan pertahanan Indonesia," tulis Fadli Zon dikutip Wartakotalive.com dari akun Twitternya, Senin (19/10/2020).
Dari sisi taktis, menurut Fadli Zon, kunjungan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto @prabowo ke Amerika Serikat menjadi bagian dari upaya penguatan alutsista (alat utama sistem pertahanan) kita.
"Sebelum diundang ke Pentagon, kita tahu Menteri Pertahanan telah lebih dahulu melakukan kunjungan kerja ke Perancis, Cina, Rusia, dan Turki. Kunjungan-kunjungan itu erat kaitannya dengan diplomasi pertahanan dan rencana penguatan alutsista kita.
tribunnews
Prabowo Subianto dan Jokowi saat menjajal MRT Jakarta. (Instagram)
Namun, rencana pembelian sejumlah pesawat tempur dari Rusia, atau kapal laut dari Cina, ternyata telah disambut reaktif oleh AS," imbuhnya.
Fadli menyebut, Indonesia terancam dikenai sanksi CAATSA (Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act) oleh Amerika jika meneruskan niat dan proses pembelian alutsista dari kedua negara tadi.
Sehingga, sebagai negara berdaulat dan menganut politik luar negeri bebas-aktif, kunjungan ke Washington DC ini sangat penting dan diperlukan.
