Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sosok Seperti Jakob Oetama Baru akan Lahir 50 - 100 Tahun Lagi

Jakob Oetama, pendiri grup Kompas Gramedia, wafat pada 9 September 2020 lalu

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie Tombeg
Istimewa
Jakob Oetama 

Nasir kemudian diminta menghadap, dan secara khusus Jakob bertanya, ada tidak ada orang-orang yang menghambat penyaluran dana untuk korban Tsunami Aceh. "Saya tidak menyebutkan, saya mengatakan itu bagian dari prosedur yang harus dihadapi karena ada perubahan sistem dan lain-lain," ucap Nasir menirukan jawabannya saat menghadap Jakob Oetama beberapa tahun silam.

Nasir kemudian menjelaskan, anak-anak di sekolah itu tidak langsung menerima bantuan yang disalurkan Kompas. Alasannya tak lain karena harus lewat pembayaran via rekening. "Sementara anak-anak sekolah kadang tidak punya rekening, terutama yang tinggal di kampung. Kalau dititipkan di guru atau sekolah, dengan bantuan SPP anak-anak itu terkadang tidak sampai," katanya.

"Kebingungan di gurunya, karena dia lihat rekening dia, bingung antara uangnya sudah masuk apa belum sementara titipannya itu tidak cukup banyak, ratusan ribu saat itu untuk membayar SPP," katanya lagi.

Ini salah satu kisah dari sisi kemanusiaan Jakob yang jelas terekam dalam ingatan Nasir. Ini pula yang disebut Nasir sebagai kemanusiaan yang menjulang ke langit. "Itu perhatian dari sisi kemanusiaan untuk bantuan langsung, bantuan dana kemanusiaan Kompas, dan beliau secara diam-diam juga membantu ke sana ke sini. Seperti itu, tidak disampaikan kepada kami karena itu beliau sendiri yang tahu," ujar dia. (tribun network/gen/ras/dod)

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved