Info BMKG
Curah Hujan Tinggi Akibat Dampak Fenomena La Nina, BMKG: Diperkirakan Hingga April Tahun Depan
Situasi ini diperkirakan mulai mereda pada Januari-Februari 2021 dan berakhir sekitar Maret-April 2021.
“Jika peristiwa El Niño dikaitkan dengan pemanasan di Pasifik tropis bagian tengah dan timur.
Sedangkan, kejadian La Niña adalah kebalikannya,” ujar Indra saat dihubungi Kompas.com, Minggu (4/10/2020).
Dengan demikian, yang terjadi pada fenomena La Nina adalah pendinginan yang tidak biasa di mana anomali suhunya melebihi minus 0,5 derajat celcius di area yang sama dengan El Nino.
La Nina merupakan anomali sistem global yang cukup sering terjadi dengan periode ulang berkisar antara 2 sampai 7 tahun.
Kejadian La Nina terjadi saat Samudera Pasifik dan atmosfer di atasnya berubah dari keadaan netral (normal) pada periode waktu 2 bulan atau lebih.
Perubahan di Samudera Pasifik dan atmosfer yang ada di atasnya ini terjadi dalam siklus yang dikenal dengan sebutan ENSO (El Nino – Southern Oscillation).
Saat itu, atmosfer dan lautan saling berinteraksi, memperkuat satu sama lain, dan menciptakan putaran yang saling mengamplifikasi (memperkuat) perubahan kecil di lautan.
Jika kopel (couple) antara lautan dan atmosfer sudah sepenuhnya terjadi maka ENSO dikatakan telah terbentuk.
Bagaimana La Nina timbul?
Mekanisme terbentuknya La Nina secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:
Saat Angin Passat (trade wind), kolam air laut yang hangat dapat mencapai lebih jauh ke Pasifik barat.
Hal ini termasuk pula Indonesia sehingga Perairan Indonesia lebih hangat dari biasanya.
Adapun Samudera Pasifik bagian tengah akan lebih dingin dari biasanya dan termoklin akan lebih dangkal di timur.
Akibatnya, air laut lebih dingin dari level bawah naik ke permukaan sebagai penguatan upwelling.
“Konveksi dan pembentukan awan menguat di wilayah Indonesia, seiring dengan sirkulasi Walker juga menguat,” kata Indra.