Berita Nasional
Peristiwa 11 Tahun Jatuhnya Helikopter Tewaskan Ayah, Tak Membuat Letda Nugra Trauma Masuk Militer
Letda Nugra Pussaka kini sudah dilantik menjadi perwira remaja TNI tahun 2020, setelah berhasil lulus dari Akademi Militer atau AKMIL.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Letda Nugra Pussaka kini sudah dilantik menjadi perwira remaja TNI tahun 2020, setelah berhasil lulus dari Akademi Militer atau AKMIL.
Dulunya Ayah Letda Nugra Pussaka adalah seorang Kopassus yang meninggal akibat kecelakaan helikopter pada tahun 2009 Silam.
Kejadian itu terjadi pada 2009, kecelakaan Helikopter Bolkow-105/HS-7112/Riky Route di kawasan perbukitan Rawa Beber, Cianjur Selatan, Senin 8 Juni 2009, menewaskan Brigjen TNI (Anumerta) Ricki Samuel.
Ricki Samuel adalah Komandan Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (Pusdikpassus) pada waktu itu.
11 tahun setelah peristiwa itu, anak dari Ricki Samuel, yakni Letda Nugra Pussaka meneruskan jejak sang ayah berdinas di dunia militer.

Simak profil dan biodata Letda Nugra Pussaka, anak mantan petinggi Kopassus yang baru saja menjadi perwira TNI muda 2020.
Profil dan biodata Letda Nugra Pussaka jadi sorotan setelah ia menceritakan kehidupannya dalam tayangan di channel youtube TNI AD, Sabtu (10/10/2020).
Dalam video tersebut, tampak pula Jenderal Andika Perkasa memberikan selamat dan semangat secara langsung kepada Letda Nugra Pussaka.
Letda Nugra Pussaka merupakan lulusan taruna akmil tingkat IV tahun pendidikan 2019/2020.
Perwira TNI muda ini mengaku kehidupannya sedari kecil memang tak jauh dari dunia kemiliteran.
Karena mulai kakek hingga ayahnya semuanya dari kalangan militer.
"Karena memang tertarik juga dari kecil, lihat bapak memimpin anggota" kata pemuda yang akrab disapa Saka itu.
"Bapak dulu di Kopassus" tambah Saka.
Saka menyadari kalau proses menjadi prajurit TNI memang tak mudah.
Bahkan Saka sempat merasa capek dan lemah saat menjalani pendidikan di Akmil.
Tapi tekad Saka untuk bisa seperti ayahnya tak pernah padam.
"Bapak dulu saja bisa, masa saya gak bisa" ujar Saka.
Saka juga sempat berbincang dengan Jenderal Andika Perkasa setelah acara kelulusannya dari Akmil.
Jenderal Andika Perkasa sempat memberikan semangat agar Saka terus sukses.
"Selamat ya, harus sukses" ujar Jenderal Andika Perkasa.
Menurut Assila Amelia, kakak Saka, adiknya itu dikenal sebagai sosok yang pendiam tapi sebenarnya peduli.
Assila juga menyebut tak banyak orang tahu apa yang telah dilalui Saka.
"Banyak hal telah dilalui Saka.
Misalnya dari umur 8 tahun sudah ditinggal mamanya, lalu umur 10 tahun ditinggal sama papa" ujar Assila.
Meski demikian, Assila mengaku bangga dengan adiknya itu karena memiliki semangat yang tinggi dan bisa memotivasi dirinya sendiri.

Assila yakin mendiang orangtuanya pasti akan bangga juga melihat pencapaian sang adik.
"Saya rasa mereka pasti akan sangat bangga melihat Saka sudah mencapai tahap hidup sejauh ini" ujar Assila.
Perlu diketahui juga, Letda Nugra Pussaka merupakan anak mantan petinggi Kopassus bernama Brigjen TNI (Anumerta) Ricki Samuel.
Mantan Komandan Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (Pusdikpassus) itu meninggal dunia dalam kecelakaan Helikopter Bolkow-105/HS-7112/Riky Route di kawasan perbukitan Rawa Beber, Cianjur Selatan, Senin 8 Juni 2009.
Ricki Samuel dikarunia 2 anak bernama Assila Amelia dan Nugra Pussaka.
Nugra Pussaka ternyata mengikuti jejak langkah ayahnya untuk terjun ke dunia kemiliteran.
Aditya Putra Calon Taruna Akmil yang Jatuh Bangun Demi Jadi TNI
Sebelumnya, kisah perjuangan menjadi prajurit TNI tak kalah mengharukan juga datang dari Aditya Putra Pratama (20).
Aditya adalah satu dari sekian banyak Calon Taruna yang ketika itu tengah berjuang untuk menjadi taruna Akademi Militer (Akmil) Magelang.
Cerita dan biodata Aditya Putra Pratama jadi sorotan setelah ia mengungkap perjuangannya jatuh bangun demi menjadi seorang perwira TNI.
Aditya Putra Pratama mengungkapkan hal itu dalam tayangan Buletin TNI AD yang diunggah di kanal Youtube resmi TNI AD.
Dalam tayangan tersebut, diketahui Aditya Putra Pratama merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Ayahnya yang merupakan seorang prajurit TNI telah meninggal dunia tahun 2003 silam.
Sehingga, ibunya lah yang kini menjadi tulang punggung keluarga bekerja sebagai sopir Transjakarta.
Berikut ulasan cerita dan biodata Aditya Putra Pratama selengkapnya.
1. Ingin membanggakan ibunya
Alasan Adit, sapaan akrabnya, ingin menjadi tentara tidak lain karena ingin membanggakan ibunya, Ayu, yang bekerja sebagai sebagai sopir Transjakarta.
Seperti dilansir dari Tribunnews dalam artikel 'Tangis Calon Taruna Akmil yang Ingin Jadi Tentara Agar Ibunya Bangga'
Bag Adit, ibunya adalah segala-galanya untuknya.
Sebab dari ia kecil, kata Adit, ibunya telah bersusah payah bekerja untuk membesarkannya dan kedua saudaranya.
Hingga kini pun, kata Adit, ibunya kerap berangkat bekerja pukul dua atau tiga dini hari demi memenuhi kebutuhan mereka sekeluarga sehari-hari.
Hal itu juga, kata Adit, yang membuatnya berkeinginan membantu ibunya untuk mencari nafkah bagi keluarganya.
Dengan suara bergetar, Adit mengungkapkan keinginannya yang begitu besar untuk jadi tentara agar ibunya bisa pensiun dan menikmati masa tuanya di rumah merawat kakaknya yang berkebutuhan khusus dan adiknya yang yatim sejak dalam kandungan.
"Saya ingin kalau nanti saya diterima Taruna, terus saya jadi Letnan Dua.
Saya benar-benar ingin ibu berhenti kerja. Ibu istirahat, menikmati masa tuanya di rumah. Mengurus adik, kakak," ungkap Adit dengan suara bergetar.
2. Almarhum ayahnya tentara
Terbata-bata, Adit pun mengungkapkan betapa inginnya dia jadi tentara untuk membahagiakan adiknya,
Adinda, yang ingin merasakan menjadi anak seorang prajurit TNI.
Itu karena meski almarhum ayah Adit seorang tentara, namun Adinda tidak pernah melihat sosok ayahnya sebab Adinda lahir tiga bulan setelah ayah mereka wafat.
Adit ingin sekali menjadi tentara untuk adiknya yang hanya bisa memandangi foto ayah mereka di ruang tamu dan kadang merasa iri dengan teman-temannya yang memiliki ayah.
"Waktu itu, adik pernah bilang, enak ya jadi anak tentara. Enak ya punya bapak.
Di situ kayak... ya saya langsung kayak.. sebagai ibaratnya kakak.. saya harus bisa jadi tentara buat adik saya, buat ibu, apalagi yang adik sejak lahir sampai sekarang belum pernah bertemu bapak.
Jadi.. motivasi itu ada ya karena ibu, kakak, dan adik," kata Adit yang kemudian menarik napas panjang, menunduk, kemudian mengusap air matanya.
3. Perjuangannya tak main-main
Perjuangan Adit untuk meraih keinginannya yang mulia tidaklah main-main.
Sejak lulus program akselerasi di SMA pada 2017 lalu, sudah dua kali ia gagal masuk Akademi Kepolisian karena belum cukup umur untuk masuk Akademi Militer.
Kemudian di tahun ketiganya lulus yakni pada 2019 ia mencoba masuk Akmil dan gagal di tingkat Panitia Daerah (Panda).
Barulah pada tahun ini dia lulus sebagai Calon Taruna Akmil Magelang.
Selama menjalani serangkaian seleksi sebagai Calon Taruna di Akmil Magelang, Adit pun masih kerap ingat dengan ibu, kakak, dan adiknya di rumah.
"Setiap di barak saya suka teringat. Ibu lagi apa ya, Dinda, kakak, adik, berangkatnya sama siapa, malam-malam perempuan. Jadi sebelum tidur saya suka kepikiran ibu, suka sedih saja," ungkap Adit.
Tak lupa ia berterima kasih kepada keluarganya di rumah, khususnya ibunya, atas segala doa dan perjuangan yang mengantarkannya selangkah lagi untuk menempuh pendidikan di Akmil Magelang.
Mengucapkan rasa sayang ke keluarganya, Adit meminta keluarganya untuk terus mendoakannya agar bisa kuat menjalani pendidikan di Akmil Magelang dan lulus dengan pangkat Letnan Dua.
"Kalau Adit keluar dari sini bisa banggain keluarga, bisa banggain Dinda, bisa banggain Mas Dika, bisa bikin ibu menangis, tapi menangis karena bangga.
Bukan karena kekecewaan ke Adit selama Adit di rumah," ungkap Adit yang kemudian menunduk menahan tangis.
4. Perjuangan sang ibu
Mengenakan seragam sopir Transjakarta, Ayu menceritakan perjuangannya membesarkan Adit dan dua orang anaknya yang lain.
Ayu menceritakan, dirinya ditinggal ayah Adit yang seorang tentara pada 2003 silam ketika tengah mengandung anak ketiganya.
Setahun setelah kematian suaminya itu, Ayu mulai berusaha bangkit dan berjuang dengan mencari pekerjaan.
Menjadi seorang sopir Transjakarta sekaligus seorang ibu dan juga ayah tidaklah mudah bagi Ayu.
Ia pun kerap harus menitipkan ketiga anaknya itu kepada kedua orang tuanya

Ayu bersyukur kedua orang tuanya mendukung perjuangan Ayu untuk membesarkan ketiga anaknya.
"Alhamdulillah saya dikelilingi keluarga yang semua sayang sama saya. Orang tua saya mendukung. Orang tua saya memberikan izin, karena menurut beliau, selain untuk sosialisasi, saya juga tidak harus terpuruk dengan keadaan seperti ini, saya harus berjuang, saya harus bangkit dengan keadaan saya harus membiayai tiga orang anak selain mendapat pensiunan dari almarhum," ungkap Ayu.
Bagi Ayu, keluarga adalah kekuatan lahir dan batin untuknya yang harus membesarkan dan membiayai ketiga anaknya.
Ayu pun menyadari, sebagai seorang ibu ia masih memiliki kekurangan.
"Pada saat saya sudah di rumah saya sebisa mungkin berperan sebagai ibu walaupun dengan segala kemurangannya, karemna dengan kegiatan saya di luar itu kan mungkin emosi agak memuncak jadi anak-anak sudah memahami, karena dari kecil mereka sudah tahu pekerjaan ibunya," kata Ayu.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive