Kabar Korea Utara
Kim Jong Un Menangis, Ceritakan Kondisi Terkini Korea Utara, Kali Ini Tak Provokasi Amerika
Korea Utara kena sanksi internasional akibat uji coba senjata, Pyongtang juga didera oleh banjir, terjangan topan, hingga dampak virus corona.
Dalam tayangan yang disiarkan media pemerintah berbentuk rekaman itu, tidak ada dalam parade militer yang mengenakan masker.
Leif-Eric Easley, pengajar di Universitas Perempuan Ewha mengatakan, Pyongyang jelas menggelar perayaan skala besar di tengah pengetatan yang dilakukan dunia.
"Ini menunjukkan otoritas Korea Utara lebih perhatian dengan sejarah politik dan moral nasional daripada mencoba mencegah virus corona," ujar Easley.
Kim Jong Un Perintahkan "Perang" Selama 80 Hari untuk Mendongkrak Ekonomi
Kim Jong Un disebut memerintahkan jajarannya untuk " perang" selama 80 hari demi mengerek perekonomian Korea Utara.
Berdasarkan pemberitaan media setempat, Kim memerintahkan manuver itu jelang kongres Partai Buruh Korea yang dihelat pada Januari mendatang.
Keputusan yang dibuat saat pertemuan rutin partai itu diambil setelah ekonomi negara itu dihantam banjir, virus corona, maupun sanksi dari PBB.
Mobilisasi massa, seperti penambahan jam kerja yang panjang maupun pemberian tugas tambahan merupakan hal umum di Korea Utara.
Biasanya, Pyongyang bakal menggunakan terminologi militer seperti " Perang" untuk menggambarkan perjuangan yang dilakukan publik.
Namun, kantor berita KCNA yang rilis dalam bahasa Inggris menggunakan istilah yang lebih diplomatis, "kampanye", atas perintah Kim Jong Un.
Dalam ulasan KCNA, pemerintah Korea Utara sudah menunjukkan sebuah momen bersejarah yang mereka berikan dengan harga sangat mahal.
"Dengan berani kami mengatasi pencobaan dan kesulitan berat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tapi kami tak boleh berpuas diri," jelas media itu.
Dilansir AFP Selasa (6/10/2020), "pertempuran" ini dipandang sebagai upaya menunjukkan loyalitas kepada pemerintah negeri penganut ideologi Juche itu.
Sementara di masa lalu, para pembelot maupun aktivis kemanusiaan menyatakan langkah tersebut hanyalah manuver Pyongyang guna melegalkan kerja paksa.
Pertemuan partai penguasa pada Januari, pertama dalam lima tahun terakhir, bertujuan untuk meletakkan pondasi ekonomi baru.
Pyongyang disebut menderita kemunduran perekonomian yang sangat hebat, di mana rencana yang mereka susun tahun ini harus mereka batalkan.