Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kerukunan Umat Beragama

Deva Terkejut Muslim-Kristen Saling Bertamu saat Natal dan Idul Fitri, Diskusi Kerukunan Beragama

Merawat keberagaman terus dilakukan oleh Kanwil Agama Sulawesi Utara dengan berbagai kegiatan yang bertujuan menjaga

Penulis: Fistel Mukuan | Editor: Aswin_Lumintang
istimewa
Suasana Fokus Group Discussion Survey Kerukunan Umat Beragama di Sulut 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Merawat keberagaman terus dilakukan oleh Kanwil Agama Sulawesi Utara dengan berbagai kegiatan yang bertujuan menjaga kebersamaan dalam pluralitas di daerah ini. Terakhir, bersama dengan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama mengadakan Monitoring dan Penguatan Data Melalui Focus Group Discussion (FGD) Kerukunan Umat Beragama Tahun 2020.

Kegiatan ini dibuka Kabag Tata Usaha Kanwil Kemenag Provinsi Sulawesi Utara, H Aswin Kiay Demak, S.Ag, M.Pd.K yang saat itu hadir bersama Kasubag Ortala dan KUB, Santi Kalangi, S.Th, M.Pd.K.

Acara FGD Kerukunan Umat Beragama yang dipandu Deva Alvina Br Sebayang, S.Si, MA berlangsung hangat dan menarik.

Terkait Kerukunan di daerah ini, Drs MS Anwar Sandiah, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulut mengatakan, kehidupan rukun dan damai antar umat beragama di Sulut sudah berlangsung sejak dahulu. ''Umat muslim dan kristen serta agama lainnya di Sulut baik. Itu bisa dilihat saat kami FKUB melakukan pertemuan. Tidak ada riak-riak ataupun silang pendapat yang menjurus perpecahan antar umat, '' ujar Anwar.

Pada kesempatan itu Anwar juga menyentil kasus di Kabupaten Minahasa Utara yang berhasil diredam. ''Itu bagian dari kerjasama pemerintah dan semua tokoh agama serta aparat, '' ujarnya.

Sementara itu, Aswin Lumintang mewakili unsur media memberikan contoh kehidupan di Kampung Jawa Tondano yang hidup berdampingan secara damai dengan warga Tondano lainnya. ''Kalau pun pernah ada riak-riak, itu bukan karena soal agama melainkan tanah. Dan, itu pun mampu diselesaikan dengan dialog antara tokoh agama dan masyarakat yang di fasilitasi oleh kepolisian, '' ujarnya.

Contoh lainnya yakni, budaya silaturahmi saat hari raya keagamaan. ''Iya di sini (Sulut) kalau hari raya Idul Fitri kami yang kristen bertamu kepada teman-teman muslim. Sebaliknya kalau Natal teman-teman muslim berkunjung ke rumah kami, '' ujar Winda Mintjelungan dari Kesbangpol Sulut.

Deva yang memandu acara ini mengaku terkejut budaya saling silaturahmi antara umat muslim dan kristen berjalan baik di daerah ini. ''Di sini mungkin biasa, tapi di daerah saya ini sudah tidak terjadi, '' ujarnya.

Sedangkan Dr Denny Pinontoan, dosen UKIT Tomohon menjelaskan, bahwa ancaman keberagaman pernah terjadi di Sulut. '' Dulu tahun 1970 sempat terjadi konflik yang menyebabkan terjadi pembakaran di rumah ibadah Ban Hin Kiong dan pelemparan di Gereja GMIM Sentrum. Ini membuktikan bahwa letupan-letupan bisa terjadi setiap saat, dan itu mengancam kerukunan umat beragama, '' ujar Denny.

Diskusi ini semakin hangat saat Dra Hj Umul  Hidayati M.A selaku peneliti pada Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan memberikan beberapa pertanyaan kepada para nara sumber maupun peserta saat itu.

Ikut hadir Emmy Senewe dari FKUB Sulut, Gloria A Politon dari IAKN, Erny Jacob dari PUKKAT dan para peserta lainnya

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved