Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah PKI

Latar Belakang Pemberontakan PKI Madiun dan Para Tokoh yang Terlibat, Amir Syarifuddin hingga Muso

Pemberontakan di Madiun termasuk perang saudara, karena PKI berhadapan dengan Pemerintahan Republik Indonesia pimpinan Soekarno dan Mohammad Hatta.

Editor: Rizali Posumah
Wikipedia
Partai Komunis Indonesia (PKI). 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Dalam  catatan sejarah, Partai Komunis Indonesia (PKI) beberapa kali melakukan pemberontakan.

Pemberontakan pertama terjadi pada masa Pemerintahan Hindia Belanda tahun 1926. Pemberontakan kedua terjadi di Madiun 1948. 

Pemberontakan di Madiun termasuk perang saudara, karena PKI berhadapan dengan Pemerintahan Republik Indonesia pimpinan Soekarno dan Mohammad Hatta.

Ada beberapa faktor alasan pemberontakan PKI di Madiun, berikut ulasannya:

Setelah penandatanganan Perjanjian Renville pada tahun 1948, hasil kesepakatan perundingan Renville dianggap menguntungkan posisi Belanda.

Sebaliknya, Indonesia menjadi pihak yang dirugikan dengan semakin sempit wilayah yang dimiliki.

Banyak unit bersenjata dari Partai Republik kembali dari zona konflik. Hal ini memberikan beberapa keyakinan sayap kanan Indonesia bahwa mereka akan mampu menandingi PKI secara militer.

Unit gerilya dan milisi di bawah pengaruh PKI diperintahkan untuk membubarkan diri.

Di Madiun kelompok militer PKI menolak untuk pergi bersama dengan perlucutan senjata para anggota yang dibunuh pada bulan September tahun yang sama.

Pembunuhan itu memicu pemberontakan kekerasan. Hal Ini memberikan alasan untuk menekan PKI.

Hal ini diklaim oleh sumber-sumber militer bahwa PKI telah mengumumkan proklamasi 'Republik Soviet Indonesia' pada tanggal 18 September dengan menyebut Musso sebagai presiden dan Amir Syarifuddin sebagai perdana menteri.

Musso atau Muso Manowar
Musso atau Muso Manowar (Wikipedia.org via BangkaPos)

Pada saat yang sama PKI mengecam pemberontakan dan meminta tenang.

Pada 30 September Madiun diambil alih oleh TNI dari Divisi Siliwangi. Ribuan kader partai terbunuh dan 36 000 dipenjara.

Di antara beberapa pemimpin yang dieksekusi termasuk Musso yang dibunuh pada 31 Oktober saat tertangkap di Desa Niten Kecamatan Sumorejo, Ponorogo.

Diduga ketika Musso mencoba melarikan diri dari penjara. Aidit dan Lukman pergi ke pengasingan di Republik Rakyat Tiongkok.

amir syarifudin23243
amir syarifudin23243 ()
Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved