Sejarah TNI
Jenderal Sudirman, Sosok Pemimpin Besar Pertama Tentara Indonesia, Jadi Panglima di Usia 29 Tahun
Pada 1 Januari 1946, Tentara Keamanan Rakyat berganti nama menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Kemudian diubah lagi pada 24 Januari menjadi Tentara.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Jenderal Soedirman adalah Pemimpin Besar dan Panglima pertama tentara Indonesia.
Sebagai panglima besar Tentara Nasional Indonesia pertama, ia adalah sosok yang dihormati di Indonesia.
Nama aslinya adalah Raden Soedirman (selanjutnya Sudirman) lebih banyak tinggal bersama pamannya ketimbang bersama orangtuanya.
Masalah ekonomi menjadi alasan utama Sudirman tinggal bersama pamannya, Raden Cokrosunaryo yang saat itu adalah seorang camat.
Sudirman mulai mengenyam bangku sekolah ketika ia berusia 7 tahun. Ia dimasukkan ke Hollandsche Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk pribumi pada masa kolonial Belanda.
Lulus dari HIS, Sudirman kemudian pindah ke sekolah menengah milik Taman Siswa. Namun hanya satu tahun karena sekolah milik Taman Siswa itu dianggap liar oleh Belanda dan akhirnya dilarang.
Sudriman kemudian pindah ke MULO, setingkat SMP Wiworotomo. Di Wiworotomo, Sudirman banyak belajar ilmu agama dari Raden Muhammad Kholil. Ia terkenal sangat taat beragama, bahkan teman-temannya menjulukinya sebagai “Haji”.
Ia juga aktif berorganisasi, ia menjadi salah satu pendiri organisasi kepemudaan, seperti pramuka di bawah naungan Muhammadiyah, Hisbul Wathan (HW).
Meski prestasi akademiknya biasa saja, namun Sudirman terkenal sangat disiplin, hal ini tidak lepas dari didikan sang paman.
Pernah dalam sebuah acara jambore yang diadakan oleh HW di lereng Gunung Slamet yang sangat dingin, semua peserta jambore tidak tahan dengan hawa dingin yang menyengat itu.
Semua bermalam di rumah-rumah penduduk setempat, kecuali satu orang, Sudirman.
Pada 1934, sang paman yang mengasuhnya meninggal dunia. Hal ini membuat perekonomian keluarganya semakin payah.
Beruntung Sudirman tetap diizinkan sekolah di Wiworotomo sampai ia tamat pada 1935 tanpa membayar tagihan sekolah.
Lulus dari MULO Wiworotomo, Sudirman kemudian melanjutkan ke Kweekschool, sekolah calon guru milik Muhammadiyah di Solo. Namun karena kendala biaya, ia hanya bertahan setahun dan kemudian pulang ke Cilacap, Jawa Tengah.
Pulang ke Cilacap, Sudirman menjadi guru di HIS Muhammadiyah sekaligus menjadi anggota organisasi tersebut. Ia kemudian diangkat menjadi kepala sekolah di sekolah tersebut.