Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Jenderal AH Nasution, Peletak Dasar Perang Gerilya Melawan Belanda, Lolos dari Penculikan G30S PKI

Nasution dikenal sebagai peletak dasar perang gerilya dalam perang melawan penjajah Belanda.

Editor: Ventrico Nonutu
Istimewa
Jenderal TNI AH Nasution, Jendral yang Lolos Dari Seranggan G30S PKI 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sosok Jenderal Abdul Haris Nasution merupakan salah satu orang yang menjadi target penculikan pasukan Gerakan 30 September (G30S) pada 1 Oktober 1965.

Namun dirinya lolos dari peristiwa tersebut.

Meskipun lolos, Nasution harus kehilangan putri bungsunya, Ade Irma Suryani yang berusia 5 tahun.

Ade Irma Suryani tertembak ketika hendak dibawa ke tempat aman oleh adik Nasution, Mardiah.

KISAH Letnan Pierre Tendean, Jadi Korban G30S saat Selamatkan Nyawa Jenderal Nasution

Sebut Nonton Film G30S/PKI Tidak Dilarang, Mahfud MD: Yang Dilarang Itu Melanggar Protokol Kesehatan

Tak hanya kehilangan Ade Irma Suryani, Nasution juga kehilangan ajudannya, Lettu Pierre Tendean yang diculik lantaran dikira dirinya adalah Nasution.

Nasution dikenal sebagai peletak dasar perang gerilya dalam perang melawan penjajah Belanda.

Nasution juga memimpin pasukan Siliwangi saat ada pemberontakan PKI di Madiun pada 1948 hingga dirinya menjadi incaran PKI.

Diketahui, Nasution lahir di Kotanopan, Sumatera Utara, 3 Desember 1918.

Nasution merupakan konseptor Dwifungsi ABRI yang disampaikan pada 1958 lalu diadopsi selama pemerintahan Soeharto.

Bersama Soeharto dan Soedirman, Nasution menerima pangkat kehormatan Jenderal Besar pada 5 Oktober 1997 ketika ulang tahun ABRI.

Nasution dilahirkan di keluarga Batak Muslim di Desa Hutapungkut, Kotanopan.

Pria yang akrab disapa Pak Nas ini merupakan anak kedua dan merupakan putra tertua dalam keluarganya.

Ayah Nasution adalah pedagang tekstil, karet dan kopi, serta anggota organisasi Sarekat islam.

Sosok ayah Nasution begitu relijius dan berharap anak-anaknya belajar di sekolah agama.

Namun sang ibunda ingin Nasution belajar kedokteran di Batavia.

Nasution menikahi Johanna Sunarti dan memiliki dua anak, Hendrianti Saharah dan Ade Irma Suryani.

Saat lulus sekolah pada 1932, Nasution menerima beasiswa untuk belajar mengajar di Bukit Tinggi.

Lalu pada 1935, Nasution melanjutkan studi selama tiga tahun di Bandung.

Nasution yang awalnya ingin menjadi guru pun lama-lama tertarik ke dunia politik.

Nasution membaca banyak buku karya Soekarno bersama teman-temannya.

Setelah itu ia kembali ke tanah kelahirannya dan mengajar di Bengkulu.

Setahun setelahnya, Nasution pindah ke Tanjung Raja dekat Palembang untuk mengajar.

Pada 1940, saat Belanda menjajah Indonesia, Nasution bergabung dalam korps perwira cadangan kolonial Belanda.

Nasution berpikir itu adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan pelatihan militer.

Nasution kemudian dikirim ke Akademi Militer Bandung untuk pelatihan dan pada 1940 dipromosikan menjadi kopral, lalu menjadi sersan.

Nasution diangkat menjadi perwira di Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL).

Karier Nasution terus meningkat, di antaranya menjadi Wakil Panglima Besar di Yogyakarta (1948), Panglima Komando Jawa (1948-1949), lalu KSAD (1949-1952 dan 1955-1962).

Serta Menteri Keamanan Nasional (1959-1966), Wakil Panglima Besar Komando Tertinggi (1962-1963 dan 1965) hingga Ketua MPRS (1966-1972).

Nasution meninggal dunia pada 6 September 2000 di Jakarta setelah menderita stroke yang kemudian koma. (TribunWow.com

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Profil Jenderal TNI AH Nasution yang Kehilangan Pierre Tendean dan Putrinya Ade Irma Suryani di G30S dan di Tribunjakarta.com dengan judul Mengenal Sosok Jenderal TNI AH Nasution, Lolos dari Penculikan G30S PKI

https://jakarta.tribunnews.com/2020/09/29/mengenal-sosok-jenderal-tni-ah-nasution-lolos-dari-penculikan-g30s-pki?page=all

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved