Berita Internasional
China: Sikap Menyalahkan Hanya akan Membawa Bencana yang Lebih Besar
China baru-baru ini berusaha untuk membentuk kembali narasi pandemi dari wabah awal di Wuhan menjadi kisah keberhasilan
TRIBUNMANADO.CO.ID - Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan sikap menyalahkan hanya akan membawa bencana yang lebih besar.
Beberapa hari setelah Amerika Serikat (AS) dan China saling menyerang di forum PBB terkait wabah virus corona,
Wang menyebutkan, masing-masing negara telah "mengubah tempat internasional PBB yang khusyuk menjadi ruang pertunjukan untuk melayani mereka yang memiliki kepentingan politik dan pribadi".
China baru-baru ini berusaha untuk membentuk kembali narasi pandemi dari wabah awal di Wuhan menjadi kisah keberhasilan negeri tembok raksasa dalam menghentikan penyebaran virus corona.
Tetapi, AS telah membuat negara-negara lain mengkritik Beijing karena penanganan epidemi virus corona.
China menekan berita tentang penyakit pernapasan itu ketika pertama kali muncul tahun lalu dan mengecilkan saran awal soal risiko penularannya.
"Selain bekerja sama dan saling membantu, kami tidak punya pilihan lain," kata Wang, Senin (28/9), dalam acara yang diselenggarakan oleh Asosiasi Diplomasi Publik China, di mana dia berusaha untuk menempatkan China sebagai kekuatan utama yang bertanggungjawab.
Pernyataan Wang datang kurang dari seminggu setelah Presiden AS Donald Trump menggunakan pidato tahunannya di Majelis Umum PBB untuk menyerang China. Dan, Duta Besar AS untuk PBB mengeluarkan nada marah yang mengejutkan para diplomat.
Trump dalam pidatonya menuntut tindakan terhadap China karena menyebarkan "wabah" virus corona ke dunia, yang memicu kemarahan dari Beijing.
"Seperti yang ditekankan oleh Sekretaris Jenderal PBB (Antonio) Guterres, epidemi ini bukan hanya peringatan, tetapi juga latihan krisis," ujar Wang seperti dilansir Channel News Asia.
"Dalam menghadapi tantangan global seperti epidemi, jika kita menempuh jalan kita sendiri atau memperlakukan tetangga kita sebagai musuh, itu hanya akan membawa bencana yang lebih besar," tegasnya.
China Hancurkan Masjid di Xinjiang, 16 Ribu Rusak dan Lebih 1 Juta Warga Uighur Ditahan
China telah menghancurkan ribuan masjid di Xinjiang.
Kabar ini berdasarkan laporan dari lembaga konsultan di Australia pada Jumat (25/9/2020)
Laporan terbaru tentang pelanggaran HAM yang terus meluas di wilayah dirundung konflik tersebut.
Kelompok-kelompok HAM mengatakan, lebih dari 1 juta warga Uighur dan orang-orang Muslim yang sebagian besar berbahasa Turki, ditahan di kamp dan para penduduk dipaksa menghentikan kegiatan tradisional dan keagamaan.
Sekitar 16.000 telah hancur atau rusak, menurut laporan Australian Strategic Policy Institute (ASPI) berdasarkan citra satelit yang mendokumentasikan ratusan situs suci itu.
Sebagian besar penghancuran terjadi dalam 3 tahun terakhir, dan diperkirakan 8.500 masjid hancur total, kata laporan itu, yang mencantumkan kerusakan lebih banyak terjadi di luar pusat kota Urumqi dan Kashgar.
Banyak masjid yang lolos dari penghancuran total telah dicopot kubah dan menaranya, menurut penelitian itu, yang memperkirakan kurang dari 15.500 masjid utuh dan rusak dibiarkan berdiri di sekitar Xinjiang.
Jika laporan itu benar adanya, akan menjadi jumlah terendah rumah ibadah Muslim di wilayah tersebut sejak dekade pergolakan nasional yang dipicu Revolusi Kebudayaan pada 1960-an.
Sebaliknya, tidak ada gereja Kristen dan kuil Buddha di Xinjiang yang rusak atau hancur, dari pantauan lembaga tersebut.
ASPI juga mengatakan, hampir sepertiga dari situs suci utama Islam di Xinjiang - termasuk tempat suci, makam, dan rute ziarah - telah dihancurkan.
Sementara itu investigasi AFP bulan lalu menemukan puluhan kuburan telah dihancurkan di wilayah tersebut.
Tulang-tulang manusia dan batu bata dari makam yang rusak pun berserakan di tanah.
Meski begitu China bersikeras penduduk Xinjiang mendapatkan kebebasan beragama sepenuhnya.
Saat ditanya tentang temuan itu pada Jumat (25/9/2020), Kementerian Luar Negeri China mengatakan, lembaga penelitian itu "tidak memiliki kredibilitas akademis" dan membuat "laporan anti-China serta kebohongan anti-China".
Juru Bicara Kemenlu China Wang Wenbin mengatakan, ada sekitar 24.000 masjid di Xinjiang.
"Jumlah total masjid di Xinjiang lebih dari 10 kali lipat jumlah di Amerika Serikat (AS), dan jumlah rata-rata masjid per orang Muslim-nya lebih tinggi di beberapa negara Muslim," kata Wang dalam jumpa pers yang dikutip AFP.
Laporan yang dipublikasikan kemarin muncul sehari setelah ASPI mengatakan, telah mengidentifikasi jaringan pusat penahanan di wilayah itu jauh lebih besar dari perkiraan sebelumnya.
Beijing mengatakan, jaringan kampnya adalah pusat pelatihan kejuruan, yang diperlukan untuk melawan kemiskinan dan anti-ekstremisme.
Bantah Tuduhan Hancurkan Belasan Ribu Masjid
Kementerian Luar Negeri China membantah klaim yang disebutkan oleh sebuah lembaga pemikir Australia bahwa, mereka telah menghancurkan ribuan masjid di wilayah Xinjiang.
Kemenlu China mengklaim ada lebih dari 24.000 masjid di wilayah itu, dan mengungkapkan lebih banyak masjid per kapita daripada banyak negara Muslim lainnya.
Lembaga Kebijakan Strategis Australia (ASPI) telah merilis laporan pada hari Kamis (24/9/2020) yang memperkirakan sekitar 16.000 masjid di Xinjiang telah dihancur atau rusak akibat kebijakan Pemerintah China yang komunis itu.
Laporan itu mengungkapkan bahwa, sebagian besar masjid di wilayah itu telah dihancurkan sejak 2017.
Perkiraan ini dianalisis dan dibuat dengan menggunakan citra satelit, dan berdasarkan sampel dari 900 situs keagamaan sebelum 2017, termasuk masjid, tempat suci, dan situs keramat.
“Pemerintah China telah memulai kampanye sistematis dan disengaja untuk menulis ulang warisan budaya Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, dan untuk membuat tradisi budaya asli itu tunduk pada 'bangsa China',” kata laporan ASPI.
"Di samping upaya koersif lainnya untuk merekayasa ulang kehidupan sosial dan budaya Uighur dengan mengubah atau menghilangkan bahasa, musik, rumah, dan bahkan metode diet Uighur.
Kebijakan Pemerintah China telah secara aktif menghapus dan mengubah elemen kunci dari warisan budaya nyata mereka," kata laporan itu.
Menanggapi laporan tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin menyebut tuduhan itu hanyalah ‘fitnah’.
Penegasan itu disampaikanya selama konferensi pers pada hari Jumat (25/9/2020).
Wang mengatakan ASPI telah menerima dana asing untuk membuat segala macam kebohongan terhadap China.
"Jika kami melihat jumlahnya, ada lebih dari 24.000 masjid di Xinjiang, yang sepuluh kali lebih banyak daripada di AS," kata Wang.
Artinya, menurut Wang, setiap satu masjid untuk 530 Muslim di Xinjiang.
“ Ini lebih banyak masjid per kapita daripada banyak negara Muslim lainnya didunia ini,” ujarnya.
China saat ini berada di bawah pengawasan internasional karena perlakuan mereka terhadap Muslim Uighur dan klaim dugaan pelanggaran kerja paksa di Xinjiang.
Di mana Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutip laporan yang kredibel yang mengatakan satu juta Muslim yang ditahan di kamp-kamp telah dipekerjakan secara paksa oleh China.
China membantah telah memperlakukan orang Uighur dengan buruk, dan mengatakan kamp-kamp itu adalah pusat pelatihan kejuruan yang diperlukan untuk mengatasi ekstremisme.
BERITA TERKINI TRIBUNMANADO:
• Kisah Catherine Panjaitan, Lihat Langsung Ayahnya Dibunuh Antek PKI: Dia Dilempar Seperti Binatang
• BACAAN Doa Qunut Subuh, Qunut Nazilah dan Qunut Witir Tulisan Arab dan Bahasa Latin Lengkap Artinya
• 8 Cara Meningkatkan Imunitas Tubuh, Senjata Lawan Virus Corona
SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO OFFICIAL: