Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Heboh

Mahasiswi 21 Tahun Ini Nekat Menentang Raja Thailand, Picu Demonstrasi Besar Libatkan Belasan Ribu

Padahal, mempertanyakan kekuasaan Raja Thailand selama ini adalah hal yang tabu.

Editor: Alexander Pattyranie
AP/Wason Wanichakorn
Seorang mahasiswa berusia 21 tahun sekarang menjadi simbol perjuangan generasi muda di Thailand. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, BANGKOK - Seorang mahasiswi usia 21 tahun nekat menentang Raja Thailand.

Padahal, mempertanyakan kekuasaan Raja Thailand selama ini adalah hal yang tabu.

Bahkan, pelakunya bisa dikenai hukuman penjara lama.

BERITA PILIHAN EDITOR :

 Dikenal Kejam di Desa, Pria Ini Tewas Dikeroyok Tetangga, Warga Tolak Dikubur: Anggap yang Mati Sapi

 Kecelakaan Tadi Dini Hari Jumat 25 September Mobil Pajero Sport Terguling, Lokasi Berceceran Darah

 Sosok Letjen Purn Muhammad Yunus Yosfiah, Orang Pertama yang Melarang Pemutaran Film G30S/PKI

TONTON JUGA :

Namun sekarang semakin banyak generasi muda Thailand yang menyatakan dengan

terbuka penentangan terhadap monarki.

Salah seorang diantaranya adalah Panusaya Sithijirawattankul, seorang mahasiswa

berusia 21 tahun sekarang menjadi simbol perjuangan generasi muda di sana.

Mahasiswi ini berani melawan tradisi, mengobarkan protes berujung

demonstrasi, menentang Raja Thailand.

Dengan belasan ribu orang tergabung dalam unjuk rasa baru-baru ini,

yang tidak jauh dari Grand Palace di Bangkok, Panusaya menyampaikan

protes terhadap sistem politik dan kerajaan yang ada saat ini di Thailand.

Panusaya berbicara dalam unjuk rasa terbesar anti-sistem kerajaan

sejak tahun 2014, ketika Jenderal Prayuth Chan-Ocha mengambil alih kekuasaan lewat kudeta.

"Kita memiliki ideologi yang sama, niat yang sama, tujuan yang sama:

mengakhiri rezim Prayuth, dan melakukan reformasi terhadap kerajaan, b

ukankah begitu?" katanya yang disambut meriah oleh peserta unjuk rasa.

Tanpa rasa takut terhadap aturan hukum yang melarang warga menghina raja,

Panusaya dengan suara lantang mengatakan keinginannya agar keluarga

kerajaan memiliki kuasa lebih sedikit di dunia politik.

"Saya memutuskan untuk berbicara karena kalau kita tidak berani mengatakannya,

perubahan tidak akan terjadi," katanya, dikutip dari ABC News, Jumat (25/9/2020).

"Saya tidak takut masuk penjara," ujarnya.

Meskipun mengatakan hal tersebut, Panusaya bersikeras mengatakan

bahwa dia tidaklah menghina kerajaan.

"Kita tidak ingin menghancurkan institusi. Usulan kami adalah reformasi,

bukan revolusi," tambahnya.

Jika warga negara yang menghina kerjaan, hukuman penjara dapat

dijatuhi antara 3 sampai 15 tahun.

Mungkin saja, Panusaya dapat dijatuhi hukuman penjara, bila dinyatakan

bersalah oleh undang-undang yang disebut lese majeste law.

Beberapa orang telah ditangkap dan kemudian dibebaskan dengan sejumlah jaminan.

Panusaya mengatakan bahwa waktunya untuk dipenjara akan segera tiba.

"Saya pasti akan ditahan di satu hari nanti, karena perintah penahanan sudah dikeluarkan," katanya.

"Apa yang harus saya lakukan adalah melakukan perencanaan apa yang akan saya kerjakan sebelum dan sesudah penahanan, sehingga gerakan ini tidak berhenti ketika saya atau pemimpin lain tidak ada lagi, " ujarnya.

Gerakan anti monarki yang dipimpin oleh para mahasiswa ini sudah mulai bergerak sejak bulan Juli 2020, dengan beberapa unjuk rasa dilakukan tiap minggu.

Pemimpin unjuk rasa mulai dengan tiga tuntutan: parlemen dibubarkan, konstitusi diubah, dan diakhirinya penekanan terhadap pegiat oposisi.

Setelah raja Thailand yang baru berkuasa sejak 2016, Istana meminta adanya perubahan dalam undang-undang dasar yang memberinya kuasa lebih besar dalam keadaan darurat.

Raja sekarang sudah secara pribadi berkuasa atas beberapa unit militer dan aset istana bernilai puluhan miliar dolar.

"Politik Thailand tidak berkembang sama sekali, hanya terjadi lingkaran setan. Kudeta, pemilu, kudeta, pemilu," kata Panusaya.

"Bila kita ingin kehidupan lebih baik, harus ada sistem politik yang bagus. Jadi kita harus memperbaiki masalahnya," tambahnya.

Bulan Agustus 2020 lalu, sebuah kelompok mengadakan protes menggunakan tema 'Harry Potter' melawan "Seseorang yang tidak bisa disebut namanya", karena adanya larangan menyebut nama raja Thailand King Maha Vajiralongkorn.

Mengangkat tiga jari dari film 'The Hunger Games' juga dilakukan di unjuk rasa sebagai simbol demokrasi.

tribunnews
Panusaya Sithijirawattankul mengangkat 3 jari sebagai simbol demokrasi (ABC NEWS via Reuters/Athit Perawongmetha)

Di akhir Agustus 2020, para pengunjuk rasa mulai terang-terangan menyampaikan tuntutan mereka termasuk mengurangi kuasa Raja dalam soal konstitusi, polisi, angkatan bersenjata, dan dana publik dan penghapusan UU Lese Majeste.

Adalah Ruang yang naik ke panggung dalam salah satu unjuk rasa guna membacakan manifesto politik berisi 10 hal tuntutan untuk pertama kalinya.

"Masa dengan penuh semangat mendukung pernyataan itu," kata Panusaya.

"Sulit dipercaya bahwa masyarakat Thailand, yang sudah ditekan begitu lamanya, menjadi begitu berani. Saya juga terkejut dengan diri sendiri yang begitu berani untuk berbicara," ujarnya

Menurut Panusaya, dalam hitungan jam sesudah membacakan 10 tuntutan, dia kemudian diikuti oleh polisi berpakaian preman.

"Mereka memantau saya dari luar asrama, dan kadang mengikuti saya dengan mobil ketika saya keluar," katanya.

"Mereka menghilang sebentar, tetapi kembali lagi beberapa hari lalu," jelasnya

Mendengar hal itu, warga Thailand terkejut dengan tuntutan radikal para pengunjuk rasa

Wanita pemberani ini mengatakan bahwa, orang tuanya takut dan khawatir akan keselamatannya.

"Mereka (orangtua) mengatakan bahwa kalau gerakan ini menentang pemerintah boleh-boleh saja, tetapi meminta saya tidak berbicara menentang kerajaan," katanya.

"Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya tidak bisa melakukan hal tersebut, karena itulah akar permasalahannya, dan kalau kita tidak menyelesaikan masalah monarki, tidak bisa menyelesaikan masalah lain. Saya harus menyebutnya," terangnya.

Beberapa orang yang lebih tua mendukung gerakan mahasiswa ini, kata Kanokrat Lertchoosakul dosen ilmu politik dari Chulalongkorn University di Bangkok.

Yang lain mengatakan 'terkejut" bahwa para mahasiswa berani meminta bahwa institusi yang sakral, tidak bisa disentuh dan penuh dicintai ini harus melakukan reformasi.

"Tuntutan ini merupakan tuntutan paling radikal dalam sejarah politik Thailand," kata Lertchoosakul.

"Generasi yang lebih tua tidak berani berbicara mengenai apa yang mereka pikirkan. Apakah kita suka atau benci mengenai sesuatu, kami hanya menyimpan di dalam hati. Inilah ajaran yang kami terima dari kecil," jelasnya.

Semua orang menunggu langkah Raja

Sementara para pengunjuk rasa yang bersiap-siap ditahan menurut hukum di negeri itu, PM Thailand Prayuth Chan-ocha mengatakan Raja tidak memerintahkan agar ada penahanan.

Polisi mengatakan sedang mempertimbangkan untuk menindak para pemimpin demo yang berlangsung 19 September 2020.

Namun sampai sekarang belum melakukan dan tidak mengatakan pasal apa yang dilanggar.

PM Prayuth sudah memperingatkan bahwa Thailand akan 'terbakar api besar' bila perbedaan terus terjadi.

tribunnews
Raja Thailand Maha Vajiralongkorn. (AFP/LILLIAN SUWANRUMPHA) (AFP/LILLIAN SUWANRUMPHA)

Namun sejauh ini masih mengijinkan unjuk rasa besar dilakukan dengan alasan kebebasan berpendapat.

Dia mengatakan bahwa, desakan bagi adanya reformasi monarki adalah hal yang tidak bisa diterima dan, sekarang bukan waktu yang tepat untuk mendiskusikan hal tersebut.

"Saya mendengar protes politik warga dan masalah berkenaan dengan konstitusi, saya menghormati pendapat mereka," kata PM Prayuth.

"Namun saat ini negara kita memiliki masalah mendesak yang harus ditangani yaitu kehancuran ekonomi karena Covid-19," pungkasnya.

(Serambinews.com/Agus Ramadhan)

BERITA TERPOPULER :

 Sosok Anna Maria, Ibu Gading Marten yang Cantik Sejak Muda, Jarang Terekspos Profesinya Jadi Sorotan

 Fakta Pembunuhan Ibu dan Anak Gadisnya: Ayah Baru Menghilang hingga Kesaksian Tetangga Dekat Korban

 Muhammad Yahya Ditemukan Tinggal Tulang Belulang, Identitas Dikenali Lewat Benda di Kerangkanya

TONTON JUGA :

Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Berani Melawan Tradisi, Mahasiswi Ini Kobarkan Demonstrasi Menentang Raja Thailand

Penulis: Agus Ramadhan

Editor: Zaenal

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved