Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

RI Siap-siap Resesi, Utang untuk Biayai APBN Meroket

Perekonomian Indonesia akan segera memasuki masa resesi. Diprediksi pada kuartal III perekonomian RI

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie Tombeg
Tribunnews.com
Menteri Keuangan Sri Mulyani 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Perekonomian Indonesia akan segera memasuki masa resesi. Diprediksi pada kuartal III perekonomian RI mengalami kontraksi hingga minus 2,9 persen. Angka tersebut jauh dari perkiraan sebelumnya yakni minus 2,1 persen hingga 0 persen.

Penerbangan Manado-Jepang Dibuka, Komiditi Perikanan Sulut Bakal Sasar Pasar Jepang

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun akan berada di kisaran minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen. Sebelumnya, proyeksi Sri Mulyani berada di kisaran minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen.

"Kementerian Keuangan merevisi forecast untuk September, sebelumnya untuk tahun ini minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen. Forecast terbaru September untuk 2020 di minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen," ujar Sri Mulyani, Selasa(22/9).

Dengan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi yang cenderung negatif di akhir tahun, Sri Mulyani mengatakan pada kuartal III dan IV maka pertumbuhan ekonomi juga bakal negatif. Sebelumnya, Sri Mulyani selalu optimistis pada kuartal IV perekonomian masih bisa tumbuh positif. Meski, pemerintah masih mengupayakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV mendatang bisa mendekati 0.

"Ini artinya negatif teritori kemungkinan akan terjadi pada kuartal III dan juga masih akan berlangsung kuartal IV, yang kita upayakan untuk bisa dekati 0 atau positif," kata dia.

Bendahara Negara merinci berdasarkan komponen pendorong pertumbuhan ekonomi, untuk konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan negatif di kuartal III yaitu minus 3,0 persen hingga minus 1,5 persen. Sebelumnya di kuartal II, konsumsi juga minus 5,6 persen.

Hanya komponen konsumsi pemerintah yang diperkirakan masih positif 9,8 persen hingga 17 persen di kuartal III. Sebelumnya di kuartal II, konsumsi pemerintah minus 6,9 persen.

Investasi diperkirakan minus 8,5 persen hingga minus 6,6 persen di kuartal III. Begitu juga dengan ekspor yang diperkirakan minus 13,9 persen hingga minus 8,7 persen. Impor juga diperkirakan minus 26,8 persen hingga minus 16 persen.

Pagi Ini Jokowi Pidato di Sidang Umum PBB

Utang Meroket

Menkeu juga mencatatkan realisasi pertumbuhan utang dalam membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 mencapai Rp 693 triliun per akhir Agustus 2020. Angka itu naik 143,3 persen dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 285,1 triliun. Sri Mulyani menuturkan realisasi pembiayaan utang pada akhir Agustus 2020 setara dengan 56,8 persen dari target revisi pembiayaan utang pemerintah yang mencapai Rp1.220,5 triliun pada APBN 2020.

"Beban APBN luar biasa berat dan ini terlihat dari sisi pembiayaan," ujar Menkeu. 

Sri menjabarkan utang untuk membiayai APBN tersebut terdiri dari penerbitan surat berharga negara (SBN) sudah mencapai Rp 671,6 triliun guna membiayai APBN tahun ini. "Pembiayaan dengan defisit yang tadi mencapai Rp 500 triliun, pemerintah sudah menerbitkan SBN secara neto sebesar Rp 671,6 triliun," ujarnya.

Selain itu, Sri Mulyani menjelaskan, pemerintah juga mengambil pinjaman sebesar Rp 22 triliun, sehingga total utang pembiayaan APBN Rp 693,6 triliun.

" Juga menarik pinjaman neto sebesar Rp 22 triliun, sehingga pembiayaan utang kita sudah mencapai Rp 693,6 triliun dari yang akan diperkirakan mencapai Rp 1.220 triliun," katanya. Eks direktur pelaksana Bank Dunia itu menambahkan, realisasi pembiayaan utang tersebut cukup besar yakni melesat 131 persen.

"Ini kenaikan yang luar biasa untuk SBN kita yaitu 131 persen dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp 290,7 triliun. APBN kita luar biasa berat dan ini terlihat dari sisi pembiayaannya," pungkas Sri Mulyani.

Dollar AS
Dollar AS (AFP)
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved