Berita Internasional
Masih Ingat Serangan 11 September 2001? Pesawat Tabrak Menara WTC New York, Hampir 3.000 Orang Tewas
Tabrakan itu meninggalkan sebuah lubang cukup besar di antara lantai 80 dan 85 bangunan berlantai 110 tersebut.
Para penumpang juga telah mengetahui insiden yang terjadi di New York dan Washington saat pesawat mengalami delay.
Mengetahui bahwa pesawat tidak kembali ke bandara seperti yang diklaim para pembajak, sekelompok penumpang dan pramugari merencanakan pemberontakan.
Para penumpang melawan keempat pembajak dan diduga menyerang kokpit dengan alat pemadam kebakaran.
Pesawat itu kemudian terbalik dan melesat ke tanah dengan kecepatan lebih dari 500 mil per jam
United Airlines juga melaporkan pesawatnya yang lain dengan nomor penerbangan 175, jenis Boeing 767, berpenumpang 65 orang, dengan rute Boston-Los Angeles juga jatuh.
"Kami sangat ngeri dengan kejadian tragis ini. Seluruh pikiran dan doa kami panjatkan bagi semua korban dan keluarganya yang terlibat," kata Ketua American Airlines Donald Carty, seperti diwartakan Harian Kompas, 12 September 2001.
Kalimat itu dikeluarkan karena pihak berwenang tertinggi di bidang keamanan yang bekerja sama sangat dekat dengan Pemerintah AS tidak mengizinkan mengeluarkan informasi lain.
Pemerintah AS juga telah menutup seluruh penerbangan sipil.
Penuh kabut

Dalam sekejap, AS, khususnya Manhattan (New York) dan Washington dipenuhi kabut.
"Saya sedang nonton TV, tiba-tiba terdengar suara bom yang sangat keras. Salah satu sisi Gedung World Trade Center meledak dan reruntuhannya jatuh bagai helaian kertas," kata salah seorang saksi mata Jeanne Yurman.
"Saya mendengar ambulans dan menara di sebelah utara terbakar," lanjutnya.
World Trade Center, menara kembar pencakar langit yang terdiri dari 110 lantai itu, dan merupakan gedung tertinggi di New York.
Sekitar 40.000 orang bekerja di kedua gedung tersebut dan lebih dari 150.000 orang setiap hari mengunjungi tempat itu untuk berbisnis atau sekadar melihat-lihat.
Pada pukul 09.00 malam waktu setempat, Presiden Georde W Bush menyampaikan pidato di televisi dari Oval Office dan menyatakan bahwa serangan itu ulah para teroris.